DENGAN BUNG ESKA: JAWABAN SAYA: 1. Sikap welcome anda terhadap semua orang; mudah-mudahan bisa tetap terpelihara selama hayat dikandung badan. Tokh jika anda baik, anda sendiri yang menerima pahala, bukan orang lain dan nggak mungkin tertukar ke orang lain. Sebaliknya, jika anda jahat juga anda sendiri yang harus mempertanggungjawabkannya, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. 2. Kesesatan orang; Sebagai orang beragama ada baiknya jika kita selalu mengingat bahwa kita di dunia ini hidup bertetangga dengan setan. Nah, setan inilah yang membikin rusak dunia ini sehingga pikiran orang disesatkan dan digelapkan. Dan setan ini bisa memakan korban semua orang tanpa memandang bulu; lintas jabatan, lintas kedudukan, lintas bangsa dan lintas agama. Waspadalah! Sebab dia mendapatkan lisensi dari ALLAH untuk mencobai kita. Karena itu jika kita menghadapi orang yang sesat janganlah dengan kebencian, tapi dengan belas kasihan, sebab dia sedang tertipu. 3. Membangga-banggakan etnisnya; bukan melulu Arab, Yahudi dan Nasrani saja. Ini penyakit yang menghinggapi hampir semua orang. Karena itu waspadalah agar anda tidak tertular. Sebab orang sombong itu dibenci oleh ALLAH. 4. Diskusian saya yang melebar kemana-mana; bisa jadi begitu, karena saya masih manusia yang bisa salah. 'Kan bisa diingatkan ketika diskusi itu berlangsung? 5. Saya yang merasa paling menguasai kebenaran; ya nggak apa-apa tokh, kita 'kan harus tampil dengan penuh percaya diri? Yang nggak benar jika saya menitipkan kebenaran kepada orang lain; ini Bebek namanya. Kalau orang sudah nggak percaya dengan dirinya sendiri, dan lebih percaya dengan orang lain, gawat donk. 6. Ayat yang dipas-paskan? Kalau dipas-paskan itu masih benar. Yang nggak benar adalah kalau dipaksakan. 7. Boros ayat? Kelihatannya anda kurang cermat mengamati lalu lintas diskusian saya, ya? Bukankah lawan-lawan saya itu kehausan dan kelaparan ayat? Apa saja selalu ditanyakan: Mana ayatnya? Lagi pula, itu dalam rangka untuk memperkuat apa yang saya bicarakan. Semakin banyak kakinya semakin kuat. No problem bagi debater. Bapak Kuntaraf sendiri juga begitu 'kan?! Main gerojok ayat. Nggak apa-apa itu. Rekan-rekan Muslim kalau diskusi dengan saya juga main gerojok ayat. Dan saya nggak mengeluhkannya, selama masih cocok dengan topiknya. 8. Kenapa anda pesimis dengan diskusian? Karena nggak selesai-selesai? Apakah harus dipaksa selesai? Dibungkam, gitu? Indonesia saja sekalipun Negara dengan senjata tradisional nggak mau nyerah kepada penjajah; biar seribu tahunpun bangsa kita pasti akan memerangi penjajah. Kenapa jatuh ke generasi anda jadi loyo begini, ya?! Jadi, jika ada bangsa asing yang menjajah kita, anda akan cepat-cepat nyerah, karena pesimis bisa menang?! – mudah-mudahan jangan anda yang terpilih jadi presiden, ya?! 9. Saya sombong? Yang benar saya menyombongkan diri, bukan sombong. Kalau sedang main tinju, ya saya bawa sarung tinju. Kalau sedang badminton ya saya bawa raket, supaya saya bisa ikut bermain, 'kan?! Begitu pula kalau menghadapi orang yang sombong, maka saya kenakan kesombongan saya, ben rame koq. Bung, polisi kalau sedang dinas dengan ketika di rumah, itu beda. Demikian pula saya di milis dengan saya di kenyataan juga berbeda. Dimilis kita berhadapan dengan orang-orang semu, sehingga orang itu kadang nggak ngerti kalau dikasih kemurahan hati, malah kurangajar. Dari segi saya, saya harus perhitungan dengan waktu, sebab warnetnya mbayar. Karena itu saya suka pergunakan cara-cara yang efektif. Pekerjaan saya di internet ini bermacam-macam; mencatut email baru, mendaftar ke group-group, diskusi, dan lain-lainnya. Jadi, basa-basi yang nggak perlu terpaksa harus saya abaikan. 10. Kejagoan saya; ini menjadi prinsip saya. Anda tidak bisa intervensi di masalah ini, sebab kejagoan yang saya maksudkan adalah keunggulan dari yang saya yakini, yaitu TUHAN saya. Jika konsep keagamaan yang saya anut ini kenyataannya tong kosong, ngapain harus saya pertahankan. Saya nggak mau menjadi fanatis yang buta. Ceritanya begini: TUHAN saya itu menyatakan DIA-lah yang paling unggul. DIA juga berjanji akan menyertai umatNYA. Kalau umatNYA berdiskusi, DIA berjanji akan mendampingkan ROH KUDUSNYA. Nah, jagoan, 'kan?! Tapi kalau kenyataannya nggak demikian, ngapain saya masih tetap menjadi penginjil?! Paham?! Karena itu kalau saya kalah, saya akan mundur. Apakah salah? Kalau dipaksakan berarti jadinya penyesat. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx TULIS BUNG ESKA: Salam sejahtera bung Hakikat, Perlu digarisbawahi dengan agak panjang ini, bahwa semangat diskusi di sini bukan untuk mencari benarnya sendiri. Posisi saya di sini hanya sebagai defender, jika ada kalangan lain menyudutkan apa yang telah kami imani sebagai sumber kebenaran(untuk menghindari kesan merasa paling benar). Sepanjang tidak senorak Muskitawati, si kebenaran, sisi ap murtad dsb, mudah2an saya masih merasa didaulat untuk menangkis, sekalipun modal saya tak seberapa(hanya menggunakan sedikit pengetahuan akan isi/makna kitab suci, sedikit referensi, copas artikel sana sini yang saya anggap fair dan ilmiah plus akal yang saya rasa masih sehat. "Didaulat untuk menangkis" sebenarnya terbawa istilah sampeyan. Yang pas sebenarnya, bagi muslim dihimbau Tuhan untuk menyampaikan kebenaran isi al Quran kepada siapa saja yang mau menerima/mendengar seruannya tanpa paksaan, dengan sikap adil dan ihsan, apatah yang diketahui hanya sebaris ayat sekalipun. Saya adalah satu dari yang mungkin tidak banyak, yang menganggap non muslim( yang beriman terhadap Keberadaan Tuhan, apapun kitab yang dipegang-dan bagaimanapun katroknya dia memahami), bukan masuk kategori Kafir. Bagi saya, mereka adalah sesama yang belum tersentuh pencerahan melalui ajaran al Quran atau kitab sebelumnya(yang asli tapi-entah yang mana itu). Rekan2 saya banyak yang dari Batak non Muslim dan It's no problem dalam hubungan pertemanan. Banyak yang menurut saya salah, muslim memahami ayat yang melarang Yahudi dan Nasrani sebagai teman atau pemimpin. Mereka(masih menurut saya) mengabaikan esensi pesan sejalan dengan konteks ketika ayat terkait itu turun(waktu itu memang di dalam al Quran disebut sebahagian dari kedua bangsa itu), yakni kelakuan yang serba menolak kebenaran melalui Utusan Tuhan yang datang kepada mereka(Musa dan tak terkecuali Isa). Tak ubahnya ketika Islam datang yang ditolak bangsa Quraisy(Arab). Ada rahasia tersembunyi, hikmah apa Tuhan menurunkan utusan di daerah yang rata2 penduduknya bertabiat Buandel minta ampun itu. Salah satu kebandelan mereka adalah membangga-banggakan etnisnya dan itu bukti sisanya masih kental terlihat hingga kini: Arab, Yahudi dan Nasrani. Satu hal yang membuat agak pesimis terhadap hasil diskusi kita adalah kecenderungan sampeyan yang "merasa paling menguasai kebenaran"(dan itu sudah cukup diungkap oleh rekan seiman anda tapi berbeda jalur ), di samping anda seringkali menjawab diskusi dengan gaya melebar kemana-mana dengan senjata ayat2 yang di pas2kan dan cenderung "boros". Jadi, ada kemungkinan saya tidak selalu akan menanggapi balasan sampeyan, jika kesan itu kembali mengental dalam posting anda. Mudah2an ini sekaligus sebagai 'warning' bagi sampeyan, yang jika anda sedikit saja menurunkan kekentalan 'rasa benar sendiri'. menurut saya akan menyelamatkan anda dari sikap acuh tak acuh lawan diskusi, termasuk dari intern kristen. Di intern muslim sendiri ada koq yang gaya berdiskusi mirip sampeyan. Sedikit argumen tapi boros ayat2 yang acap tidak pas dengan topik bahasan. No problem sih, sepanjang tidak mngeluarkan otot tanda tak mampu berfikir lebih dalem. . Okey, begini singkat ceritanya; saya berikan beberapa opsi kepada anda untuk menyaksikan kedahsyatan Alkitab: 1. Berilah saya modal dari kitab-kitab yang tersisa, yang 18% itu untuk membuktikan KETUHANAN YESUS. 2. Berilah saya modal 3 kitab dari antara 66 kitab, supaya dari modal 3 kitab itu saya akan merambah ke kitab-kitab yang lainnya untuk menemukan KETUHANAN YESUS. 3. Berilah saya 18% kitab dari 66 kitab[sekitar 11 kitab], maka berdasarkan 11 kitab itu saya akan membuktikan KETUHANAN YESUS. 4. Saya berikan kesempatan kepada anda untuk membuat usulan permainan, jika saya perkirakan bisa, maka akan saya terima usulan anda. Dengan senang hati memberi kesempatan. Apakah saya masih kurang fair? Apakah saya kurang murah hati? Bukankah ini suatu tantangan yang luar biasa beraninya dari saya? Taruhannya: Bukankah anda menginginkan saya berhenti melakukan penginjilan ini? Salah besar!! Kecuali 3 yang bertanda tanya di depan he he(itu kecongkaan khas sampeyan yang sering saya sindir di wkt2 lalu. Untungnya anda tidak pernah respon). Silahkan lanjut, sobat. Saya tidak termasuk yang setuju kalau ada larangan mendirikan tempat ibadah non muslim(termasuk resiko saya difitnah antek barat, sesat dlsb), apalagi, cuma melalui media yang relatif terbatas ini. Saya begitu haqul Yaqin, Islam tak akan tumbang hanya karena omongan ngalor ngidul plus asal. Tuhan menggaransi itu dalam al Quran. Kebanyakan(menurut saya lagi) memaknai kata Fisabilillah(berjuang di jalan Tuhan), sehingga muncul di antaranya istilah Pembela Islam dlsb. Justru saya mengingatkan sampeyan"mbok iyao, kalau ngomong itu sedikit menghargai lawan diskusi, sehingga penyampaian anda itu terkesan cool dan kelihatan benarnya", gituh. Nah, itulah yang saya pasang sebagai pertaruhannya. Percuma saya terus menginjil jika saya sudah bukan jagoan lagi, 'kan?! Warning II: Merasa sebagai jagoan bukan khas alim ulama(berilmu di bidang al kitab). Kayak tong kosong aja jadinya. Saya nggak mau menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya. Celakanya, saya sudah mendengar bunyi itu he he, sekalipun kadang sayup2 Saya hanya mau menjadi orang yang berguna dan bermanfaat. Berani menerima tantangan yang fantastik ini? Dan ini terbuka untuk siapa saja selain bung Sukamto. Monggo2 Terlebih klalau sampeyan mau dengar saran saya. Kalau tidak, ya masih tetap monggo :)) Jika opsi ini tidak anda jawab, mohon deh jangan lagi koar-koar melecehkan Alkitab. Setuju? Setujuuuuu! Saya diharamkan al Quran untuk melecehkan al kitab atau sesama pencari kebenaran. Rasanya lebih baik 1 bukti daripada 1000 dugaan, bukan? Yang anda sebut sebagai bukti belum tentu secara akal sehat lawan diskusi. Wajar2 saja itu. KEBENARAN PEMAHAMAN ATAS APA SAJA, ADALAH KEBENARAN YANG AMAT RELATIF. Benar menurut kita, ada kemungkinan tumbang oleh faham yang lebih dalam dari orang lain.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar