VERSI-VERSI AL QUR'AN Mengapa para sahabat Muhammad menulis versi2 unik Qur'an? Mengapa versi2 unik Qur'an ini kemudian dibakar? Ketika Muhammad wafat di tahun 632M, Qur'an belum dicatat dan dikumpulkan dalam sebuah buku. Para Muslim hanya menghafalkan sebagian besar Qur'an saja. Hal ini terutama dilakukan oleh para Muslim yang kenal dekat Muhammad. Qur'an berarti melafalkan. Ada kemungkinan bahwa beberapa ayat ditulis di atas tulang, batu, atau disembunyikan sebelum Muhammad wafat. Tak lama setelah dia wafat, para Muslim awal ini mengambil keputusan mengumpulkan ayat2 Qur'an dalam sebuah buku. Qur'an yang asli dijadikan buku di tahun 634M. Penting untuk diketahui bahwa penyusunan Qur'an terjadi karena proses politik. Di tahun 633M, terjadi perang yang menewaskan 700 Muslim. Rekan dekat Muhammad yang bernama Salim yang mampu melafalkan sebagian besar Qur'an terbunuh. Apa yang terjadi jika semua rekan2 karif Muhammad terbunuh? Para Muslim awal ingin mempertahankan kemurnian Qur'an seperti yang telah diwahyukan oleh Muhammad. Jadi Qur'an asli di tahun 634M disusun di bawah pimpinan Kalifah Abu Bakr. Qur'an inilah yang lalu dikenal sebagai codex (mushaf) Hafsah (ini terjadi 10 tahun kemudian saat Hafsah menyimpan Qur'an ini). Akan tetapi, Qur'an asli ini dihancurkan para pemimpin Islam di tahun 667 M. (Hafsah adalah salah satu istri Muhammad. Dia menjaga Qur'an yang asli itu sampai ajalnya di tahun 667 M. Para pemimpin Islam ingin menghancurkan Qur'an asli ini sebelum Hafsah sampai ajal. Tapi Hafsah menolak menyerahkan Qur'an-nya untuk dibakar. Dia berhasil mempertahankan Qur'an ini sampai ajalnya [begitu menurut Al-Masahif 24]. Penting untuk dipertanyakan: "Mengapa Hafsah tidak mau menyerahkan Qur'an asli terpenting ini untuk dibakar?"). Berdasarkan sumber2 Islam sendiri saja, tampaknya mushaf Hafsah adalah satu dari Qur'an terakhir lainnya yang dihancurkan oleh para Muslim. Apakah sebenarnya yang terjadi sehingga Qur'an asli ini tidak diterima dan bahkan harus dihancurkan? Mengapa Qur'an mushaf Hafsah ini tidak dipertahankan sejak dibentuk jadi buku (tahun 634 M) dan hanya dua tahun setelah Muhammad wafat (di tahun 632M)? Untuk mengetahuinya sebabnya, maka perlu dimengerti prosedur awal yang ditetapkan dalam mengumpulkan Qur'an yang asli. Abu Bakr memerintahkan bahwa ayat2 Qur'an yang dikumpulkan harus disampaikan oleh kesaksian paling sedikit dua Muslim. Versi awal Qur'an ini tentunya yang paling banyak diingat para pengikut Muhammad di tahun 634M. Dengan begitu jelas alasannya mengapa Hafsah tidak mau menyerahkan Qur'an-nya yang asli untuk dibakar. Sejarah bagaimana Qur'an dicatat dinyatakan di sumber2 tulisan Muslim yang patut dipercayai, yakni hadis. Masalah Qur'an mulai muncul di saat kekalifahan ketiga Islam, yang dipimpin oleh Kalifah Usman (644 – 656M). Rupanya saat itu agama Islam sudah menyebar luas gara2 penyerangan militer Islam. Para tentara Muslim membaca berbagai versi Qur'an yang berbeda-beda. Orang2 ini bertanya,"Apakah Qur'an yang ini benar2 murni seperti yang diwahyukan dan diajarkan Muhammad?" Hadis yang paling terpercaya yakni Sahih Bukhari mencatat bagaimana prajurit2 Muslim bersengketa tentang versi2 Qur'an yang berbeda. Hadis Sahih Bukhari, volume 6, buku 61, nomer 510 Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur'an, jadi dia berkata pada `Uthman, "Wahai, ketua para umat! Selamatkan negara ini sebelum mereka bersengketa tentang Qur'an seperti yang terjadi pada orang2 Yahudi dan Kristen sebelumnya." Dalam menangani permintaan ini, Kalifah Uthman mengirim pesan kepada Hafsah karena Hafsahlah yang punya Qur'an asli yang dikumpulkan di tahun 634M. Inilah yang ditulis Uthman kepada Hafsah: "Kirim pada kami susunan naskah2 Qur'an sehingga kami bisa mengumpulkan bahan2 Qur'an dalam jilid2 yang sempurna dan kami akan mengembalikan susunan naskah Qur'an itu padamu." Hafsah lalu mengirimkan Qur'an-nya pada Uthman. Lalu Kalifah Uthman memerintahkan orang2nya yang mengerti Qur'an untuk menyusun Qur'an sekali lagi. Ini yang tertulis dalam hadis: Uthman lalu memerintahkan empat orang menulis kembali Qur'an dalam duplikat2 yang sempurna. Setelah ini dilakukan, Qur'an mushaf Hafsah dikembalikan pada Hafsah. "Uthman mengembalikan naskah2 Qur'an yang asli pada Hafsah." Setelah memiliki versi baru Qur'an, Uthman memerintahkan semua Qur'an2 yang lain dibakar. Inilah yang tertulis dalam hadis: Uthman mengirim sebuah duplikat Qur'an pada setiap propinsi Muslim, dan memerintahkan naskah2 Qur'an yang lain dibakar, tidak peduli apakah tertulis di naskah2 terpisah atau seluruh kumpulan Qur'an, harus dibakar. Ini berarti terjadi perubahan drastis. Pertanyaan yang muncul adalah, "Mengapa Qur'an2 dan naskah2 Qur'an lainnya harus dibakar?" Jawabannya terdapat dalam pernyataan Hudhaifa di hadis: "Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur'an." Hudhaifa tidak ingin ada versi Qur'an yang berbeda. Bagi Hudhaifa, satu versi Qur'an berarti kesatuan seluruh umat Muslim. Jika tentara Muslim tidak bersatu, maka Islam akan runtuh. Apa yang salah pada versi2 Qur'an yang lain sehingga harus dibakar musnah? Apakah Qur'an yang sekarang ada benar2 asli seperti yang dipercaya Muslim jaman modern? Karena alasan pembakaran semua versi Qur'an yang berbeda hanyalah alasan politik, maka Qur'an modern merupakan hasil keputusan politis para pemimpin politik Muslim, dan bukan keputusan sang Nabi Muhammad. Pertanyaan2 seperti ini tidak akan pernah bisa dijawab. Tapi sudah pasti bahwa Qur'an yang ada saat ini tidaklah sama dengan Qur'an asli yang disusun hanya dua tahun setelah Muhammad wafat. Sudah pasti bahwa Qur'an mushaf Hafsah merupakan Qur'an yang paling asli, paling tepat sepanjang masa. Tapi para pemimpin Muslim malahan ngotot membakarnya. Apa sih sebenarnya yang terjadi di tahun2 awal Islam? Bukti ada Beberapa Versi Qur'an yang Berbeda Sumber2 literatur Islam menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat versi Qur'an yang ada sebelum Kalifah Usman mengeluarkan perintah pembakaran. (referensi: "Al Tamhid 2, 247). Empat versi Qur'an itu ditulis oleh orang2 yang kenal dekat dengan Muhammad. Setiap orang menulis versi Qur'an-nya sendiri. Berdasarkan sumber2 Islam, perbedaan versi Qur'an ini cukup serius sehingga mengakibatkan perpecahan antar Muslim. Sumber Islam "K. Al Masahif" melaporkan bahwa perbedaan begitu serius sehingga seorang Muslim menyebut Muslim lainnya bid'ah: Sewaktu pemerintahan Uthman, guru2 mengajarkan pelafalan ini dan itu pada murid2nya. Ketika para murid bertemu dan tidak setuju cara pelafalan tertentu, mereka melaporkan perbedaan ini kepada guru2 mereka. Mereka lalu mempertahankan cara pelafalan mereka, dan menuduh pihak lain bid'ah. (Abu Bakr `Abdullah b. abi Da'ud, "K. al Masahif). Jadi keputusan politis dikeluarkan untuk menciptakan satu versi Qur'an saja. Hal ini tidak disetuji oleh para Muslim awal yang telah menyusun Qur'an versi mereka sendiri. Siapakah orang2 ini? Sumber literatur Islam menyatakan orang2 terpilih ini yang menyusun Qur'an mereka sendiri. Hadis Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer 150 Aku mendengar sang Nabi berkata, "Belajarlah pelafalan Qur'an dari empat orang ini: (1) Abdullah Ibn Mas'ud, (2) Salim (yang terbunuh di perang tahun 633M), dan dia adalah budak Abu Hudhaifa yang dimerdekakan, (3) Ubayy b. Ka'ab, dan (4) Muadh bin Jabal." Jadi ada beberapa orang khusus yang dipilih Muhammad karena pengetahuan mereka akan Qur'an dan orang2 ini lalu menyusun Qur'an versi mereka sendiri. Qur'an2 ini beredar luas dan digunakan di kalangan Muslim. Hal inilah yang menyebabkan tentara2 Muslim saling bersengketa dan menuduh satu sama lain bid'ah. Setelah Qur'an yang "resmi" diterbitkan dan keluar perintah pembakaran Qur'an versi lain, maka sekelompok Muslim marah. Keterangan berikut dari literatur Islam mungkin merupakan keterangan yang terpenting tentang orang2 yang mengenal Muhammad secara pribadi. Mari mulai dengan Abdullah Ibn Mas'ud yang diminta untuk membakar versi Qur'an-nya sendiri. "Bagaimana mungkin kau memerintahkan dirku untuk melafalkan pembacaan Zaid, sedangkan aku melafalkannya dari mulut sang Nabi sendiri akan tujuhpuluh Sura?" "Apakah aku, " tanya Abdullah, "harus melupakan apa yang kuketahui dari bibir sang Nabi sendiri?" ("K. al Masahif" oleh Ibn abi Dawood, 824-897 AD, hal. 12, 14). Apakah Abdullah Ibn Mas'ud menganggap Qur'an yang beredar saat ini merupakan Qur'an murni, padahal dia menolak membakar Qur'an versi miliknya sendiri? Karena Mas'ud tidak sudi membiarkan Qur'an versi miliknya dibakar, maka sudah jelas Mas'ud tidak menganggap Qur'an milik Uthman itu asli. Hal yang penting untuk dipertanyakan, "Mengapa Mas'ud tidak mau menyerahkan dan membakar Qur'an miliknya?" Mas'ud adalah sahabat karib dan pelayan pribadi Muhammad. Nabi Muhammad mengajarkan Qur'an pada Mas'ud secara pribadi. Karena eratnya hubungan pribadi dengan Muhammad, maka Mas'ud jelas yakin bahwa dia punya kualifikasi meyakinkan untuk menyusun Qur'an versinya sendiri. Mas'ud lalu pindah ke Kufa, Irak, di mana dia menyelesaikan menyusun Qur'an versinya sendiri, yang dikenal dengan mushaf Kufan. Qur'an unik ini selesai disusunnya beberapa tahun setelah Qur'an asli milik Hafsah disusun (tahun 634 M). Qur'an versi Mas'ud tidak memiliki Sura 1, 113, dan 114 yang terdapat dalam Qur'an "resmi" saat ini. Apakah Qur'an itu benar2 asli seperti yang dipercayai Muslim sekarang? Qur'an versi lain disusun oleh Ubayy b. Ka'ab. Diapun adalah sahabat karib Muhammad dan merupakan sekretaris (juru tulis) Muhammad. Ubayy mahir melafalkan banyak ayat2 Qur'an, dan dia belajar pelafalan ini langsung dari Muhammad. Para ilmuwan Islam menemukan bahwa Qur'an versi Ubayy berbeda dengan Qur'an "resmi" karena punya Ubayy terdapat dua Sura lain (berjudul Sura Al-Khal dan Sura Al-Afd). Karena Muhammad secara pribadi mengajar Ubayy tentang Qur'an, maka mengapa yaaa Qur'an "resmi" saat ini tidak mengandung dua Sura tersebut? Ubayy wafat saat kepemimpinan Kalifah Umar, dan saat itu Qur'an yang "resmi" belum disusun oleh Uthman. Karena itulah, Ubayy tidak usah menyaksikan Qur'an versi miliknya dibakar atas perintah Uthman. Karena Ubayy menyusun Qur'annya sendiri dan belajar langsung dari mulut nabi Muhammad, tentunya dia akan setuju dengan sikap Mas'ud yang menolak menyerahkan Qur'an versinya untuk dibakar, bukan? Karena keputusan Uthman untuk menciptakan Qur'an versi "resmi", maka Qur'an versi Ubayy dibakar. Penting untuk dipertanyakan, "Apakah Qur'an sekarang benar2 asli?" Sekarang tentang Qur'an asli yang dikenal sebagai mushaf Hafsah. Qur'an ini dibakar para pemimpin Muslim segera setelah Hafsah meninggal. Penting untuk dipertanyakan, "Mengapa Hafsah tidak mau Qur'an bernaskah terasli ini dibakar?" Qur'an "resmi" jaman sekarang datang dari Zaid ibn Thabit, yang merupakan juru tulis Muhammad yang paling muda. Zaid, karena usia mudanya, masih hidup ketika orang2 terdekat Muhammad lainnya sudah mati. Akan tetapi, akhirnya malah Qur'an versi Zaid yang dipilih Uthman sebagai Qur'an yang "resmi." Muslim2 lain yang sangat dekat hubungannya dengan Muhammad menjadi sangat marah ketika Uthman bersikeras hanya ada satu jenis Qur'an saja yang boleh digunakan. Sumber2 Islam menunjukkan bahwa keaslian Qur'an sejak jaman Muhammad tidak jelas lagi. Jika tidak terdapat versi2 Qur'an yang berbeda, maka tentunya tidak akan ada perintah pembakaran. Kaum Muslim percaya bahwa terdapat tujuh versi Qur'an, tapi hanya Qur'an versi Uthman saja yang benar. Jadi para Muslim tidak mempermasalahkan pembakaran Qur'an2 versi lain. Akan tetapi, dibutuhkan "iman buta" untuk percaya dan menerima pandangan seperti ini. Jika Muhammad betul2 mampu secara konsisten meramalkan masa depan, maka tentunya Qur'an memang berasal dari Tuhan. Akan tetapi kenyataannya tidak begitu. Peristiwa politik pembakaran Qur'an versi lain yang dilakukan para pemimpin awal Islam membuktikan bahwa Qur'an berasal dari Jibril gadungan. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx AL QUR'AN VERSI MALAYSIA Koleksi al-Quran pada zaman awalannya sebenarnya mempunyai beberapa versi-versi dan hakikat ini diserlahkan dengan jelas ketara dalam beberapa cara. Selain dari (i) berbeda-beda sesama sendiri, mereka juga (ii) berbeda dengan ketara dari suhuf kalifah Uthman. Terdapat juga (iii) perbedaan-perbedaan dalam bacaan ayat-ayat tertentu, (iv) dalam jumlah dan nama-nama Surah dan juga (v) dari segi susunan fasal-fasal al-Quran. Satu perkara yang cukup ketara ialah, (vi) tiadanya surat al-Fatihah di dalam koleksi Quran Ibn Masud. Sudah ada ENAM perkara yang cukup mencurigakan kesahihan al-Quran dalam sejarah awalnya! Hakikatnya, sejak awal-awalan lagi, sifat dan ciri-ciri Al-Fatihah sebagai satu Doa, menyebabkan beberapa pujangga menganggapkan surah ini sebagai suatu tambahan kemudian kepada suhuf Quran asli. Ada juga mashaf-mashaf al-Quran yang lain yang tidak mengandungi surah-surah 113 dan 114 di dalam mashaf kalifah Uthman bin Affan. Mashaf dan suhuf yang lain-seperti milik Ubai bin Kabb, mempunyai surah-surah yang tidak ada di dalam koleksi kalifah Uthman itu! Pada hari ini pula, ada dua ilmuwan British, John Wansbrough dan John Burton yang mempersoalkan segala cerita Hadith yang bersabit dengan koleksi al-Quran yang asal, sebagai cerita-cerita sokongan yang diada-adakan sahaja. Burton mendapati bahawa Muhammad sendiri telah menyiapkan sebuah Quran bertulis, sebagai satu bahan peninggalan untuk diikuti dan diimani. Dia mendapati bahawa ahli-ahli fiqah (para fuqaha') Islam amat tersekat dengan bergantung hanya kepada mashaf Quran tersebut, jadi mereka telah merekakan suhuf-suhuf Quran yang berbeda-beda serta cerita cerita kalifah Uthman dan penyelarasan al-Quran oleh beliau. John Wansbrough pula, sebaliknya telah mendapati bahawa kandungan mashaf-mashaf berbeda al-Quran amat longgar ("fluid")pada zaman awalannya. Dia mendapati bahawa Quran mencapai rupa bentuk muktamadnya hanya pada KURUN YANG KETIGA zaman Islam. Sebabnya ialah pada kurun-kurun sebelum itu, keadaan antara para Muslim dan wilayah-wilayah Islam yang berlainan terlalu longgar lagi bervariasi bagi menghasilkan satu Quran yang harus ditaati oleh semua umat Muslim pada waktu itu. Wansbrough telah mendapati bahwa semua hadith-hadith Islam telah direka dan dicipta untuk mengalihkan Quran kepada zaman yang lebih awal supaya ia menampakkan kewibawaan yang lebih sahih! Bacaan-bacaan Quran yang Berbeda-beda. Dalam suhuf-suhuf yang berlainan serta versi-versi yang berbeda-beda, ada jumlah yang besar ayat-ayat yang berbeda antara satu dengan yang lain, yakni pada ayat-ayat Quran yang tertentu. Walau pun suhuf-suhuf atau mashaf-mashaf Quran yang asal dan asli itu semua telah dihapuskan, kita dapat memperolehi cukup banyak maklumat mengenai perkara ini melalui para mufassir Quran seperti at-Tabari atau sumber-sumber sejarah yang lain. Beberapa perbedaan ini tidak bawa kesan ke atas maksud kepada ayat-ayat itu. Ada kes yang hanya bersabit dengan ortografinya, walau pun hal ini cukup janggal di dalam mashaf versi kalifah Uthman. Perbedaan yang lain pula menyentuh cara-cara menyebut ayat yang berbeza-beza, dan ada juga yang bersabit dengan penggantian sinonim bagi perkataan-perkataan tertentu dalam teks versi itu. Sebagai satu Contoh, jika satu ayat Quran dibacakan dengan penghujungnya bentuk akusatif berbeda dengan penghujung yang genitif , ini akan bawa akibat merubah cara dan maksud orang berwudu (sebagai contoh) sebelum solat dengan ketaranya – kes yang jelas ialah surah 5 ayat 6! Sepertimana yang telah dibuktikan oleh ilmuwan Ignaz Goldhizer, di dalam kajian beliau Richtungen der Islamischen Koranauslegung, beberapa bahan berbeza-beza itu adalah hasil daripada pilihan-pilihan dan kecenderungan teologi dan ahli-ahli tafsir serta kelompok-kelompok Islam yang tertentu. Haruslah diperhatikan bahawa, dari zaman penyelarasan mashaf Uthman bin Affan, BERIBU-RIBU BACAAN-BACAAN YANG BERBEDA-BEDA TELAH WUJUD secara harfiah DAN DIKENALI SEKITAR UMAT ISLAM DI ZAMAN 100-300 HIJRI. Perbedaan-perbedaan ini juga telah mempengaruhi mashaf kalifah Uthman, AKIBATNYA IA TELAH MENJADI SANGAT RUMIT DAN PERKARA SULIT UNTUK MEMBEZAKAN APAKAH BACAAN ASLINYA! Bukanlah hal yang tidak adil atau `berat sebelah' untuk membuat kesimpulan bahawa keadaan yang cukup keliru tentang al-Quran telah wujud pada tahun 300 Hijriah! Keadaan ini disebabkan oleh kerana jumlah bacaan-bacaan berbeda-beda al-Quran yang berleluasa, serta pilihan dan kecenderungan kelompok-kelompok Muslim tertentu bagi mashaf-mashaf al-Quran SELAIN DARIPADA koleksi Uthman bin Affan. Ilmuwan dan pakar kajipurba/arkeologi Eropah Dr.Arthur Jeffery telah menghasilkan sebuah karya berjudul: "Materials for the History of the Text of the Qur'an" yaitu "Bahan-bahan Bagi Sejarah Suhuf al-Quran". Karya ini telah mendokumentasikan banyak bacaan-bacaan berbeda diantara koleksi-koleksi dan mashaf-mashaf yang bersaing pada zaman SEBELUM proses penyelarasan al-Quran yang telah diperintahkan oleh kalifah ketiga, Uthman bin Affan. Dr.Jeffery menyatakan bahawa : "Apabila kita meninjau dan mengkaji cerita-cerita penyelarasan mashaf Uthman b.Affan, amatlah jelas sekali kerja beliau tidaklah hanya sekadar menghapuskan kejanggalan bacaan (seperti dipercayai oleh orang Islam), tetapi merupakan satu tindakan polisi bagi menegakkan satu `teks/mashaf piawai/standar' untuk seluruh dunia Islam." Dr.Jeffery meneruskan ulasannya : "Terdapat perbedaan-perbedaan yang jauh sangat di antara mashaf-mashaf dan suhuf-suhuf yang telah wujud yang telah dicantumkan ke dalam mashaf /suhuf kota-kota besar Madinah, Mekkah, Basra, Kufa dan Damsyik. Akibatnya, "Cara penyelesaian Uthman b.Affan ialah untuk beliau menegakkan Suhuf Madinah, dan perintahkan supaya semua suhuf-suhuf yang lainnya UNTUK DIMUSNAHKAN!" Dr. Arthur Jeffery menyatakan bahawa: "Tidak ada sedikit pun kekhuatiran dan kecurigaan bahwa suhuf yang telah dipiawaikan (ditegakkan) dan dipilih oleh Uthman b.Affan ialah HANYA SATU DI ANTARA BEBERAPA BANYAK MASHAF/ SUHUF-SUHUF YANG TELAH WUJUD PADA ZAMAN BELIAU." Kesimpulan Dr.A.Jeffery ialah : "Adalah jelas ketara bahawa Suhuf yang telah dipilih dan diselaraskan oleh kalifah Uthman itu adalah HANYA SATU KOLEKSI ANTARA BANYAK SUHUF-SUHUF YANG BERSAINGAN…dan juga terdapat banyak syak wasangka yang cukup berat bahawa Uthman juga telah merubah dan sunting suhuf pilihan beliau itu. "Materials for the History of the Text of the Qur'an" ("Bahan-bahan Bagi Sejarah Mashaf/Suhuf al-Quran") (Ibid. halaman ix-x; penekanan kami) Cendekiawan yang cukup terkenal, W. Montgomery Watt, mengulas perkara bacaan-bacaan yang berbeda-beda di antara suhuf-suhuf Abdullah Ibn Masud dan Ubai Ibn Kabb, dan dia telah menulis : "Tidak ada salinan-salinan mana-mana suhuf atau mashaf-mashaf (al-Quran) terawal yang wujud pada hari ini. Tetapi Senarai Bacaan-bacaan berbeda-beda kedua-dua suhuf-suhuf yang disebutkan di atas itu ADALAH CUKUP PANJANG lagi ekstensif, senarai itu berjumlah sebanyak SERIBU LEBIH BACAAN DALAM KEDUA-DUA Suhuf tersebut!" (W.M.Watt, Bell's Introduction to the Qur'an (Pengantar Kajian al-Quran) [Edinburgh: Edinburgh University Press, 1970], hal.45; penekanan kami) Cendekia dan tokoh British Sir Norman Anderson telah menyatakan bahawa : "Jadi walaupun suhuf Kufa milik Hafsah diterima secara umumnya dalam dunia Islam, kepercayaan umat Islam yang lazim bahawa mereka hari ini mempunyai ipsissima verba atau kata-kata sahih dari Muhammad, tanpa apa-apa penyelewengan, hanya adalah satu kejahilan dan suatu hemat yang berlandaskan kepada kebutaan sejarah, sebenarnya. (Sir Norman Anderson, Islam in the Modern World (Islam Di Dunia Moden) [Leicester: Apollos, 1990], hal. 47; penekanan kami) Tokoh Islamis Alfred Guillaume telah memperhatikan bahawa : "Kedua-dua Al-Kitab dan Al-Quran telah tidak dipeliharakan dengan sempurnanya. Mereka masing-masing memiliki kecacatan dan kesilapan-kesilapan tekstual dan kecelaan suhuf. Terdapat juga pembacaan-pembacaan yang berbeda-beda di dalam suhuf-suhuf terawal…para Kristian dan Muslim yang jujur akan mengakui hakikat ini." Guillaume bersambung ulasannya : "Perbedaan jelas di antara al-Quran dan Al-Kitab hari ini, ialah Gereja Kristian telah menyimpan dan memelihara secara rapi, semua bacaan-bacaan (dan suhuf-suhuf) yang wujud…Sebaliknya, para Muslim zaman Uthman b.Affan memutuskan bahwa adalah lebih sesuai sahaja untuk menghapuskan sebanyak-banyaknya suhuf-suhuf serta dalil bacaan-bacaan yang berbeda-beda itu. Ini dilakukan supaya satu dunia Islam akan membaca hanya satu suhuf al-Quran yang telah diselaraskan oleh kalifah Uthman itu." "Fakta-fakta ini senantiasa harus dititik-beratkan bersama-sama latar belakang dalil-dalil dari Hadith-hadith yang menyerlahkan bahawa al-Quran yang ada pada hari ini masih lagi TIDAK LENGKAP." (Dipetik oleh Sir Norman Anderson, hal. 20-21; penekanan kami) L. Bevan Jones menggulungkan dengan kesimpulan : "...adalah satu hakikat [yang cukup benar] bahawa tidak ada mashaf atau suhuf yang telah mengalami penghapusan dan pemusnahan yang cukup luas dan ketara selain daripada koleksi al-Quran [semasa penyelarasannya]." (Jones, The People of the Mosque [London: SCM Press, 1932] Adakah ini semua helah dan konspirasi orang Kristian untuk memperkecilkan al-Quran? Jauh sekali! Jika benar-benar begitu, tidak terdapat ilmuwan-ilmuwan Islam sendiri yang akan mengulas dan membentangkan masalah awalan al-Quran ini. Tetapi, hujah-hujah para ilmuwan Barat di atas juga menerima sokongan dari tokoh-tokoh dan ilmuwan Islam sendiri. Seorang tokoh Islam agung dan pujangga terkenal, Ibni Khaldun, juga bersetuju bahawa sememangnya ada korupsi di dalam al-Quran disebabkan pencatat-pencatatnya, mahupun hasil daripada kesilapan-kesilapan sengaja atau sebaliknya : "Tulisan Bahasa Arab pada zaman permulaan Islam bukanlah sesuatu yang bermutu tinggi atau pun sempurna dari segi ketepatan atau keunggulan. Ia juga bukan bermutu sederhana pun! Oleh sebab orang-orang Arab pada waktu itu bersifat kasar dan keganasan padang gurun dan tidak mahir atau arif tentang kesenian. Hakikat ini boleh dibandingkan dengan apa yang telah terjadi kepada ortografi al-Quran oleh kerana keadaan tersebut di atas. Orang-orang disekeliling Muhammad (termasuk para sahabatnya) telah mencatit al-Quran di dalam gaya tulisan yang masih belum lagi siap sempurna. KEBANYAKAN HURUF-HURUFNYA BERCANGGAH DAN BERTENTANGAN DENGAN CARA ORTOGRAFI YANG WAJIB BAGI PENULIS-PENULIS YANG ARIF DALAM SENI PENULISAN…Akibatnya, gaya ortografik orang-orang di sekitar Muhammad diguna-pakai dan diikuti, dan para ilmuwan yang arif tentang gaya ini telah memerhatikan ayat-ayat tersebut dimana gaya itu telah menonjol." "Dalam hal ini, janganlah hiraukan diri dengan `pujangga-pujangga' yang tidak bertanggung jawab yang berkata bahawa orang-orang disekeliling Muhammad adalah arif dengan seni menulis dan kononnya tidak ada percanggahan-percanggahan di antara karya-karya mereka dengan gaya dan tatacara ortografik yang betul. Contohnya, mereka cuba memberi penjelasan bahawa tambahan huruf alif di dalam "la 'adhbahannahU"- `Saya akan sungguh-sungguh sembelihnya', bahawa sembelihan itu tidak berlaku ( lA 'adhbahannahU ). Tambahan huruf ya dalam bi-ayydin `dengan tangan (kuasa),' mereka cuba jelaskan bahawa kuasa ilahi itu adalah sempurna. Ada banyak lagi bahan-bahan yang tidak berasas seperti di atas, yang berlandaskan kepada andaian-andaian yang wewenang dan ngawur semata-mata! "Mereka ini percaya bahawa penjelasan-penjelasan seperti di atas akan membebaskan orang-orang di sekitar Muhammad daripada tuduhan yang mereka ini bukanlah penulis dan pencatat yang arif atau sempurna. Jadi, mereka tidak mahu mengakui bahawa pencatit-pencatit ini sebenarnya tidak arif dan tidak pandai dalam cara penulisan." (Al-Muqaddima, Ibn Khaldun, Jilid. 2, hal. 382) Petikan dan kutipan-kutipan di atas membuktikan bahawa ahli-ahli ilmuwan dan para cendekiawan Islam sedar akan kewujudan ratusan – malah ribuan, catatan-catatan al-Quran yang bertentangan. Amatlah naïf untuk umat Islam mengandaikan bahawa suhuf-suhuf dan koleksi tekstual Kitab Suci Injil yang berjumlah besar itu mencurigakan kesahihannya, jika begitu tanggapan mereka, mereka juga terpaksa membuat kesimpulan bahawa bacaan-bacaan berbeda-beda bagi al-Quran juga membuktikan bahwa al-Quran sendiri adalah tidak berwibawa. Sudah disenaraikan lapan orang para ilmuwan yang pakar dalam bidang sejarah, sejarah mashaf dan suhuf serta ortografi di atas, dan mereka semua mendapati bahawa memang ada asas bagi sangsi-sangsi dan mencurigai kesahihan suhuf atau teks al-Quran yang wujud pada hari ini. Hakikat ini pula dikonfirmasi oleh tulisan Ibni Khaldun, seorang pujangga dan ulamak Islam yang terkemuka. Sebagai penutupnya, sesungguhnya Kitab Suci Injil adalah jauh lebih bermutu tinggi daripada al-Quran atau mana-mana kitab kuno. Ini adalah kerana Al-Kitab umat Kristian mempunyai jauh lebih banyak jumlah dalil-dalil dan bukti suhuf dan mashaf dan juga bukti-bukti bersejarah yang mendukung dan menyokong kesahihannya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar