Selasa, 24 Agustus 2010

BALI INFO - BERBAGAI VERSI AL QUR’AN – APA PENDAPAT ANDA?

 

VERSI-VERSI AL QUR'AN

 

Mengapa para sahabat Muhammad menulis versi2 unik Qur'an?
Mengapa versi2 unik Qur'an ini kemudian dibakar?

Ketika Muhammad wafat di tahun 632M, Qur'an belum dicatat dan
dikumpulkan dalam sebuah buku. Para Muslim hanya menghafalkan
sebagian besar Qur'an saja. Hal ini terutama dilakukan oleh para
Muslim yang kenal dekat Muhammad. Qur'an berarti melafalkan. Ada
kemungkinan bahwa beberapa ayat ditulis di atas tulang, batu, atau
disembunyikan sebelum Muhammad wafat. Tak lama setelah dia wafat,
para Muslim awal ini mengambil keputusan mengumpulkan ayat2 Qur'an
dalam sebuah buku.

Qur'an yang asli dijadikan buku di tahun 634M. Penting untuk
diketahui bahwa penyusunan Qur'an terjadi karena proses politik. Di
tahun 633M, terjadi perang yang menewaskan 700 Muslim. Rekan dekat
Muhammad yang bernama Salim yang mampu melafalkan sebagian besar
Qur'an terbunuh. Apa yang terjadi jika semua rekan2 karif Muhammad
terbunuh? Para Muslim awal ingin  mempertahankan kemurnian Qur'an
seperti yang telah diwahyukan oleh Muhammad.

Jadi Qur'an asli di tahun 634M disusun di bawah pimpinan Kalifah Abu
Bakr. Qur'an inilah yang lalu dikenal sebagai codex (mushaf) Hafsah
(ini terjadi 10 tahun kemudian saat Hafsah menyimpan Qur'an ini).

Akan tetapi, Qur'an asli ini dihancurkan para pemimpin Islam di tahun
667 M. (Hafsah adalah salah satu istri Muhammad. Dia menjaga Qur'an
yang asli itu sampai ajalnya di tahun 667 M. Para pemimpin Islam
ingin menghancurkan Qur'an asli ini sebelum Hafsah sampai ajal. Tapi
Hafsah menolak menyerahkan Qur'an-nya untuk dibakar. Dia berhasil
mempertahankan Qur'an ini sampai ajalnya [begitu menurut
Al-Masahif 24]. Penting untuk dipertanyakan: "Mengapa Hafsah tidak
mau menyerahkan Qur'an asli terpenting ini untuk dibakar?").

Berdasarkan sumber2 Islam sendiri saja, tampaknya mushaf Hafsah
adalah satu dari Qur'an terakhir lainnya yang dihancurkan oleh para
Muslim. Apakah sebenarnya yang terjadi sehingga Qur'an asli ini tidak
diterima dan bahkan harus dihancurkan? Mengapa Qur'an mushaf Hafsah
ini tidak dipertahankan sejak dibentuk jadi buku (tahun 634 M) dan
hanya dua tahun setelah Muhammad wafat (di tahun 632M)?

Untuk mengetahuinya sebabnya, maka perlu dimengerti prosedur awal
yang ditetapkan dalam mengumpulkan Qur'an yang asli. Abu Bakr
memerintahkan bahwa ayat2 Qur'an yang dikumpulkan harus disampaikan
oleh kesaksian paling sedikit dua Muslim. Versi awal Qur'an ini
tentunya yang paling banyak diingat para pengikut Muhammad di tahun
634M. Dengan begitu jelas alasannya mengapa Hafsah tidak mau
menyerahkan Qur'an-nya yang asli untuk dibakar.

Sejarah bagaimana Qur'an dicatat dinyatakan di sumber2 tulisan Muslim
yang patut dipercayai, yakni hadis. Masalah Qur'an mulai muncul di
saat kekalifahan ketiga Islam, yang dipimpin oleh Kalifah Usman (644 –
656M). Rupanya saat itu agama Islam sudah menyebar luas gara2
penyerangan militer Islam. Para tentara Muslim membaca berbagai versi
Qur'an yang berbeda-beda. Orang2 ini bertanya,"Apakah
Qur'an yang ini benar2 murni seperti yang diwahyukan dan diajarkan
Muhammad?"
Hadis yang paling terpercaya yakni Sahih Bukhari mencatat bagaimana
prajurit2 Muslim bersengketa tentang versi2 Qur'an yang berbeda.

Hadis Sahih Bukhari, volume 6, buku 61, nomer 510
Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur'an, jadi dia berkata
pada `Uthman, "Wahai, ketua para umat! Selamatkan negara ini sebelum
mereka bersengketa tentang Qur'an seperti yang terjadi pada orang2
Yahudi dan Kristen sebelumnya."

Dalam menangani permintaan ini, Kalifah Uthman mengirim pesan kepada
Hafsah karena Hafsahlah yang punya Qur'an asli yang dikumpulkan di
tahun 634M. Inilah yang ditulis Uthman kepada Hafsah:
"Kirim pada kami susunan naskah2 Qur'an sehingga kami bisa
mengumpulkan bahan2 Qur'an dalam jilid2 yang sempurna dan kami akan
mengembalikan susunan naskah Qur'an itu padamu."
Hafsah lalu mengirimkan Qur'an-nya pada Uthman.

Lalu Kalifah Uthman memerintahkan orang2nya yang mengerti Qur'an
untuk menyusun Qur'an sekali lagi. Ini yang tertulis dalam hadis:
Uthman lalu memerintahkan empat orang menulis kembali Qur'an dalam
duplikat2 yang sempurna. Setelah ini dilakukan, Qur'an mushaf Hafsah
dikembalikan pada Hafsah. "Uthman mengembalikan naskah2 Qur'an yang
asli pada Hafsah."

Setelah memiliki versi baru Qur'an, Uthman memerintahkan semua
Qur'an2 yang lain dibakar. Inilah yang tertulis dalam hadis:
Uthman mengirim sebuah duplikat Qur'an pada setiap propinsi Muslim,
dan memerintahkan naskah2 Qur'an yang lain dibakar, tidak peduli
apakah tertulis di naskah2 terpisah atau seluruh kumpulan Qur'an,
harus dibakar.

Ini berarti terjadi perubahan drastis. Pertanyaan yang muncul adalah,
"Mengapa Qur'an2 dan naskah2 Qur'an lainnya harus dibakar?"
Jawabannya terdapat dalam pernyataan Hudhaifa di hadis:
"Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur'an."
Hudhaifa tidak ingin ada versi Qur'an yang berbeda. Bagi Hudhaifa,
satu versi Qur'an berarti kesatuan seluruh umat Muslim. Jika tentara
Muslim tidak bersatu, maka Islam akan runtuh.

Apa yang salah pada versi2 Qur'an yang lain sehingga harus dibakar
musnah? Apakah Qur'an yang sekarang ada benar2 asli seperti yang
dipercaya Muslim jaman modern? Karena alasan pembakaran semua versi
Qur'an yang berbeda hanyalah alasan politik, maka Qur'an modern
merupakan hasil keputusan politis para pemimpin politik Muslim, dan
bukan keputusan sang Nabi Muhammad. Pertanyaan2 seperti ini tidak
akan pernah bisa dijawab. Tapi sudah pasti bahwa Qur'an yang ada saat
ini tidaklah sama dengan Qur'an asli yang disusun hanya dua tahun
setelah Muhammad wafat. Sudah pasti bahwa Qur'an mushaf Hafsah
merupakan Qur'an yang paling asli, paling tepat sepanjang masa. Tapi
para pemimpin Muslim malahan ngotot membakarnya. Apa sih sebenarnya
yang terjadi di tahun2 awal Islam?

Bukti ada Beberapa Versi Qur'an yang Berbeda

Sumber2 literatur Islam menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat
versi Qur'an yang ada sebelum Kalifah Usman mengeluarkan perintah
pembakaran. (referensi: "Al Tamhid 2, 247).

Empat versi Qur'an itu ditulis oleh orang2 yang kenal dekat dengan
Muhammad. Setiap orang menulis versi Qur'an-nya sendiri. Berdasarkan
sumber2 Islam, perbedaan versi Qur'an ini cukup serius sehingga
mengakibatkan perpecahan antar Muslim. Sumber Islam "K. Al Masahif"
melaporkan bahwa perbedaan begitu serius sehingga seorang Muslim
menyebut Muslim lainnya bid'ah:
Sewaktu pemerintahan Uthman, guru2 mengajarkan pelafalan ini dan itu
pada murid2nya. Ketika para murid bertemu dan tidak setuju cara
pelafalan tertentu, mereka melaporkan perbedaan ini kepada guru2
mereka.
Mereka lalu mempertahankan cara pelafalan mereka, dan menuduh pihak
lain bid'ah. (Abu Bakr `Abdullah b. abi Da'ud, "K. al Masahif).

Jadi keputusan politis dikeluarkan untuk menciptakan satu versi
Qur'an saja. Hal ini tidak disetuji oleh para Muslim awal yang telah
menyusun Qur'an versi mereka sendiri. Siapakah orang2 ini?

Sumber literatur Islam menyatakan orang2 terpilih ini yang menyusun
Qur'an mereka sendiri. Hadis Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer
150
Aku mendengar sang Nabi berkata, "Belajarlah pelafalan Qur'an dari
empat orang ini: (1) Abdullah Ibn Mas'ud, (2) Salim (yang terbunuh di
perang tahun 633M), dan dia adalah budak Abu Hudhaifa yang
dimerdekakan, (3) Ubayy b. Ka'ab, dan (4) Muadh bin Jabal."

Jadi ada beberapa orang khusus yang dipilih Muhammad karena
pengetahuan mereka akan Qur'an dan orang2 ini lalu menyusun Qur'an
versi mereka sendiri. Qur'an2 ini beredar luas dan digunakan di
kalangan Muslim. Hal inilah yang menyebabkan tentara2 Muslim saling
bersengketa dan menuduh satu sama lain bid'ah.

Setelah Qur'an yang "resmi" diterbitkan dan keluar perintah
pembakaran Qur'an versi lain, maka sekelompok Muslim marah.
Keterangan berikut dari literatur Islam mungkin merupakan keterangan
yang terpenting tentang orang2 yang mengenal Muhammad secara pribadi.
Mari mulai dengan Abdullah Ibn Mas'ud yang diminta untuk membakar
versi Qur'an-nya sendiri.
"Bagaimana mungkin kau memerintahkan dirku untuk melafalkan pembacaan
Zaid, sedangkan aku melafalkannya dari mulut sang Nabi sendiri akan
tujuhpuluh Sura?" "Apakah aku, " tanya Abdullah, "harus melupakan apa
yang kuketahui dari bibir sang Nabi sendiri?"
("K. al Masahif" oleh Ibn abi Dawood, 824-897 AD, hal. 12, 14).

Apakah Abdullah Ibn Mas'ud menganggap Qur'an yang beredar saat ini
merupakan Qur'an murni, padahal dia menolak membakar Qur'an versi
miliknya sendiri? Karena Mas'ud tidak sudi membiarkan Qur'an versi
miliknya dibakar, maka sudah jelas Mas'ud tidak menganggap Qur'an
milik Uthman itu asli. Hal yang penting untuk dipertanyakan, "Mengapa
Mas'ud tidak mau menyerahkan dan membakar Qur'an miliknya?"

Mas'ud adalah sahabat karib dan pelayan pribadi Muhammad. Nabi
Muhammad mengajarkan Qur'an pada Mas'ud secara pribadi. Karena
eratnya hubungan pribadi dengan Muhammad, maka Mas'ud jelas yakin
bahwa dia punya kualifikasi meyakinkan untuk menyusun Qur'an versinya
sendiri.

Mas'ud lalu pindah ke Kufa, Irak, di mana dia menyelesaikan menyusun
Qur'an versinya sendiri, yang dikenal dengan mushaf Kufan. Qur'an
unik ini selesai disusunnya beberapa tahun setelah Qur'an asli milik
Hafsah disusun (tahun 634 M). Qur'an versi Mas'ud tidak memiliki Sura
1, 113, dan 114 yang terdapat dalam Qur'an
"resmi" saat ini. Apakah Qur'an itu benar2 asli seperti yang
dipercayai Muslim sekarang?

Qur'an versi lain disusun oleh Ubayy b. Ka'ab. Diapun adalah sahabat
karib Muhammad dan merupakan sekretaris (juru tulis) Muhammad. Ubayy
mahir melafalkan banyak ayat2 Qur'an, dan dia belajar pelafalan ini
langsung dari Muhammad. Para ilmuwan Islam menemukan bahwa Qur'an
versi Ubayy berbeda dengan Qur'an "resmi" karena punya Ubayy terdapat
dua Sura lain (berjudul Sura Al-Khal dan Sura Al-Afd). Karena
Muhammad secara pribadi mengajar Ubayy tentang Qur'an, maka mengapa
yaaa Qur'an "resmi" saat ini tidak mengandung dua Sura tersebut?

Ubayy wafat saat kepemimpinan Kalifah Umar, dan saat itu Qur'an
yang "resmi" belum disusun oleh Uthman. Karena itulah, Ubayy  tidak
usah menyaksikan Qur'an versi miliknya dibakar atas perintah Uthman.
Karena Ubayy menyusun Qur'annya sendiri dan belajar langsung dari
mulut nabi Muhammad, tentunya dia akan setuju dengan sikap Mas'ud
yang menolak menyerahkan Qur'an versinya untuk dibakar, bukan?

Karena keputusan Uthman untuk menciptakan Qur'an versi "resmi", maka
Qur'an versi Ubayy dibakar. Penting untuk dipertanyakan, "Apakah
Qur'an sekarang benar2 asli?"

Sekarang tentang Qur'an asli yang dikenal sebagai mushaf Hafsah.
Qur'an ini dibakar para pemimpin Muslim segera setelah Hafsah
meninggal. Penting untuk dipertanyakan, "Mengapa Hafsah tidak mau
Qur'an bernaskah terasli ini dibakar?"

Qur'an "resmi" jaman sekarang datang dari Zaid ibn Thabit, yang
merupakan juru tulis Muhammad yang paling muda. Zaid, karena usia
mudanya, masih hidup ketika orang2 terdekat Muhammad lainnya sudah
mati. Akan tetapi, akhirnya malah Qur'an versi Zaid yang dipilih
Uthman sebagai Qur'an yang "resmi."

Muslim2 lain yang sangat dekat hubungannya dengan Muhammad menjadi
sangat marah ketika Uthman bersikeras hanya ada satu jenis Qur'an
saja yang boleh digunakan. Sumber2 Islam menunjukkan bahwa keaslian
Qur'an sejak jaman Muhammad tidak jelas lagi. Jika tidak terdapat
versi2 Qur'an yang berbeda, maka tentunya tidak akan ada perintah
pembakaran.

Kaum Muslim percaya bahwa terdapat tujuh versi Qur'an, tapi hanya
Qur'an versi Uthman saja yang benar. Jadi para Muslim tidak
mempermasalahkan pembakaran Qur'an2 versi lain. Akan tetapi,
dibutuhkan "iman buta" untuk percaya dan menerima pandangan seperti
ini.

Jika Muhammad betul2 mampu secara konsisten meramalkan masa depan,
maka tentunya Qur'an memang berasal dari Tuhan. Akan tetapi
kenyataannya tidak begitu. Peristiwa politik pembakaran Qur'an versi
lain yang dilakukan para pemimpin awal Islam membuktikan bahwa Qur'an
berasal dari Jibril gadungan.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

AL QUR'AN VERSI MALAYSIA

Koleksi al-Quran pada zaman awalannya sebenarnya mempunyai beberapa
versi-versi dan hakikat ini diserlahkan dengan jelas ketara dalam
beberapa cara. Selain dari (i) berbeda-beda sesama sendiri, mereka
juga (ii) berbeda dengan ketara dari suhuf kalifah Uthman. Terdapat
juga (iii) perbedaan-perbedaan dalam bacaan ayat-ayat tertentu, (iv)
dalam jumlah dan nama-nama Surah dan juga (v) dari segi susunan
fasal-fasal al-Quran. Satu perkara yang cukup ketara ialah, (vi)
tiadanya surat al-Fatihah di dalam koleksi Quran Ibn Masud. Sudah ada
ENAM perkara yang cukup mencurigakan kesahihan al-Quran dalam sejarah
awalnya!

Hakikatnya, sejak awal-awalan lagi, sifat dan ciri-ciri Al-Fatihah
sebagai satu Doa, menyebabkan beberapa pujangga menganggapkan surah
ini sebagai suatu tambahan kemudian kepada suhuf Quran asli. Ada juga
mashaf-mashaf al-Quran yang lain yang tidak mengandungi surah-surah
113 dan 114 di dalam mashaf kalifah Uthman bin Affan. Mashaf dan suhuf
yang lain-seperti milik Ubai bin Kabb, mempunyai surah-surah yang
tidak ada di dalam koleksi kalifah Uthman itu!

Pada hari ini pula, ada dua ilmuwan British, John Wansbrough dan John
Burton yang mempersoalkan segala cerita Hadith yang bersabit dengan
koleksi al-Quran yang asal, sebagai cerita-cerita sokongan yang
diada-adakan sahaja. Burton mendapati bahawa Muhammad sendiri telah
menyiapkan sebuah Quran bertulis, sebagai satu bahan peninggalan untuk
diikuti dan diimani. Dia mendapati bahawa ahli-ahli fiqah (para
fuqaha') Islam amat tersekat dengan bergantung hanya kepada mashaf
Quran tersebut, jadi mereka telah merekakan suhuf-suhuf Quran yang
berbeda-beda serta cerita cerita kalifah Uthman dan penyelarasan
al-Quran oleh beliau.

John Wansbrough pula, sebaliknya telah mendapati bahawa kandungan
mashaf-mashaf berbeda al-Quran amat longgar ("fluid")pada zaman
awalannya. Dia mendapati bahawa Quran mencapai rupa bentuk muktamadnya
hanya pada KURUN YANG KETIGA zaman Islam. Sebabnya ialah pada
kurun-kurun sebelum itu, keadaan antara para Muslim dan
wilayah-wilayah Islam yang berlainan terlalu longgar lagi bervariasi
bagi menghasilkan satu Quran yang harus ditaati oleh semua umat Muslim
pada waktu itu. Wansbrough telah mendapati bahwa semua hadith-hadith
Islam telah direka dan dicipta untuk mengalihkan Quran kepada zaman
yang lebih awal supaya ia menampakkan kewibawaan yang lebih sahih!

Bacaan-bacaan Quran yang Berbeda-beda. Dalam suhuf-suhuf yang
berlainan serta versi-versi yang berbeda-beda, ada jumlah yang besar
ayat-ayat yang berbeda antara satu dengan yang lain, yakni pada
ayat-ayat Quran yang tertentu. Walau pun suhuf-suhuf atau
mashaf-mashaf Quran yang asal dan asli itu semua telah dihapuskan,
kita dapat memperolehi cukup banyak maklumat mengenai perkara ini
melalui para mufassir Quran seperti at-Tabari atau sumber-sumber
sejarah yang lain. Beberapa perbedaan ini tidak bawa kesan ke atas
maksud kepada ayat-ayat itu. Ada kes yang hanya bersabit dengan
ortografinya, walau pun hal ini cukup janggal di dalam mashaf versi
kalifah Uthman. Perbedaan yang lain pula menyentuh cara-cara menyebut
ayat yang berbeza-beza, dan ada juga yang bersabit dengan penggantian
sinonim bagi perkataan-perkataan tertentu dalam teks versi itu.

Sebagai satu Contoh, jika satu ayat Quran dibacakan dengan
penghujungnya bentuk akusatif berbeda dengan penghujung yang genitif ,
ini akan bawa akibat merubah cara dan maksud orang berwudu (sebagai
contoh) sebelum solat dengan ketaranya – kes yang jelas ialah surah 5
ayat 6! Sepertimana yang telah dibuktikan oleh ilmuwan Ignaz
Goldhizer, di dalam kajian beliau Richtungen der Islamischen
Koranauslegung, beberapa bahan berbeza-beza itu adalah hasil daripada
pilihan-pilihan dan kecenderungan teologi dan ahli-ahli tafsir serta
kelompok-kelompok Islam yang tertentu.

Haruslah diperhatikan bahawa, dari zaman penyelarasan mashaf Uthman
bin Affan, BERIBU-RIBU BACAAN-BACAAN YANG BERBEDA-BEDA TELAH WUJUD
secara harfiah DAN DIKENALI SEKITAR UMAT ISLAM DI ZAMAN 100-300 HIJRI.
Perbedaan-perbedaan ini juga telah mempengaruhi mashaf kalifah Uthman,
AKIBATNYA IA TELAH MENJADI SANGAT RUMIT DAN PERKARA SULIT UNTUK
MEMBEZAKAN APAKAH BACAAN ASLINYA! Bukanlah hal yang tidak adil atau
`berat sebelah' untuk membuat kesimpulan bahawa keadaan yang cukup
keliru tentang al-Quran telah wujud pada tahun 300 Hijriah! Keadaan
ini disebabkan oleh kerana jumlah bacaan-bacaan berbeda-beda al-Quran
yang berleluasa, serta pilihan dan kecenderungan kelompok-kelompok
Muslim tertentu bagi mashaf-mashaf al-Quran SELAIN DARIPADA koleksi
Uthman bin Affan.

Ilmuwan dan pakar kajipurba/arkeologi Eropah Dr.Arthur Jeffery telah
menghasilkan sebuah karya berjudul: "Materials for the History of the
Text of the Qur'an" yaitu "Bahan-bahan Bagi Sejarah Suhuf al-Quran".
Karya ini telah mendokumentasikan banyak bacaan-bacaan berbeda
diantara koleksi-koleksi dan mashaf-mashaf yang bersaing pada zaman
SEBELUM proses penyelarasan al-Quran yang telah diperintahkan oleh
kalifah ketiga, Uthman bin Affan.

Dr.Jeffery menyatakan bahawa : "Apabila kita meninjau dan mengkaji
cerita-cerita penyelarasan mashaf Uthman b.Affan, amatlah jelas sekali
kerja beliau tidaklah hanya sekadar menghapuskan kejanggalan bacaan
(seperti dipercayai oleh orang Islam), tetapi merupakan satu tindakan
polisi bagi menegakkan satu `teks/mashaf piawai/standar' untuk seluruh
dunia Islam."

Dr.Jeffery meneruskan ulasannya :

"Terdapat perbedaan-perbedaan yang jauh sangat di antara
mashaf-mashaf dan suhuf-suhuf yang telah wujud yang telah dicantumkan
ke dalam mashaf /suhuf kota-kota besar Madinah, Mekkah, Basra, Kufa
dan Damsyik.

Akibatnya,

"Cara penyelesaian Uthman b.Affan ialah untuk beliau menegakkan Suhuf
Madinah, dan perintahkan supaya semua suhuf-suhuf yang lainnya UNTUK
DIMUSNAHKAN!"

Dr. Arthur Jeffery menyatakan bahawa:

"Tidak ada sedikit pun kekhuatiran dan kecurigaan bahwa suhuf yang
telah dipiawaikan (ditegakkan) dan dipilih oleh Uthman b.Affan ialah
HANYA SATU DI ANTARA BEBERAPA BANYAK MASHAF/ SUHUF-SUHUF YANG TELAH
WUJUD PADA ZAMAN BELIAU."

Kesimpulan Dr.A.Jeffery ialah :

"Adalah jelas ketara bahawa Suhuf yang telah dipilih dan diselaraskan
oleh kalifah Uthman itu adalah HANYA SATU KOLEKSI ANTARA BANYAK
SUHUF-SUHUF YANG BERSAINGAN…dan juga terdapat banyak syak wasangka
yang cukup berat bahawa Uthman juga telah merubah dan sunting suhuf
pilihan beliau itu.

"Materials for the History of the Text of the Qur'an" ("Bahan-bahan
Bagi Sejarah Mashaf/Suhuf al-Quran") (Ibid. halaman ix-x; penekanan
kami)

Cendekiawan yang cukup terkenal, W. Montgomery Watt, mengulas perkara
bacaan-bacaan yang berbeda-beda di antara suhuf-suhuf Abdullah Ibn
Masud dan Ubai Ibn Kabb, dan dia telah menulis :

"Tidak ada salinan-salinan mana-mana suhuf atau mashaf-mashaf
(al-Quran) terawal yang wujud pada hari ini. Tetapi Senarai
Bacaan-bacaan berbeda-beda kedua-dua suhuf-suhuf yang disebutkan di
atas itu ADALAH CUKUP PANJANG lagi ekstensif, senarai itu berjumlah
sebanyak SERIBU LEBIH BACAAN DALAM KEDUA-DUA Suhuf tersebut!"

(W.M.Watt, Bell's Introduction to the Qur'an (Pengantar Kajian
al-Quran) [Edinburgh: Edinburgh University Press, 1970], hal.45;
penekanan kami)

Cendekia dan tokoh British Sir Norman Anderson telah menyatakan bahawa :

"Jadi walaupun suhuf Kufa milik Hafsah diterima secara umumnya dalam
dunia Islam, kepercayaan umat Islam yang lazim bahawa mereka hari ini
mempunyai ipsissima verba atau kata-kata sahih dari Muhammad, tanpa
apa-apa penyelewengan, hanya adalah satu kejahilan dan suatu hemat
yang berlandaskan kepada kebutaan sejarah, sebenarnya.

(Sir Norman Anderson, Islam in the Modern World (Islam Di Dunia
Moden) [Leicester: Apollos, 1990], hal. 47; penekanan kami)

Tokoh Islamis Alfred Guillaume telah memperhatikan bahawa :

"Kedua-dua Al-Kitab dan Al-Quran telah tidak dipeliharakan dengan
sempurnanya. Mereka masing-masing memiliki kecacatan dan
kesilapan-kesilapan tekstual dan kecelaan suhuf. Terdapat juga
pembacaan-pembacaan yang berbeda-beda di dalam suhuf-suhuf
terawal…para Kristian dan Muslim yang jujur akan mengakui hakikat
ini."

Guillaume bersambung ulasannya :

"Perbedaan jelas di antara al-Quran dan Al-Kitab hari ini, ialah
Gereja Kristian telah menyimpan dan memelihara secara rapi, semua
bacaan-bacaan (dan suhuf-suhuf) yang wujud…Sebaliknya, para Muslim
zaman Uthman b.Affan memutuskan bahwa adalah lebih sesuai sahaja untuk
menghapuskan sebanyak-banyaknya suhuf-suhuf serta dalil bacaan-bacaan
yang berbeda-beda itu. Ini dilakukan supaya satu dunia Islam akan
membaca hanya satu suhuf al-Quran yang telah diselaraskan oleh kalifah
Uthman itu."

"Fakta-fakta ini senantiasa harus dititik-beratkan bersama-sama latar
belakang dalil-dalil dari Hadith-hadith yang menyerlahkan bahawa
al-Quran yang ada pada hari ini masih lagi TIDAK LENGKAP."

(Dipetik oleh Sir Norman Anderson, hal. 20-21; penekanan kami)

L. Bevan Jones menggulungkan dengan kesimpulan :

"...adalah satu hakikat [yang cukup benar] bahawa tidak ada mashaf
atau suhuf yang telah mengalami penghapusan dan pemusnahan yang cukup
luas dan ketara selain daripada koleksi al-Quran [semasa
penyelarasannya]."

(Jones, The People of the Mosque [London: SCM Press, 1932]

Adakah ini semua helah dan konspirasi orang Kristian untuk
memperkecilkan al-Quran? Jauh sekali! Jika benar-benar begitu, tidak
terdapat ilmuwan-ilmuwan Islam sendiri yang akan mengulas dan
membentangkan masalah awalan al-Quran ini. Tetapi, hujah-hujah para
ilmuwan Barat di atas juga menerima sokongan dari tokoh-tokoh dan
ilmuwan Islam sendiri.

Seorang tokoh Islam agung dan pujangga terkenal, Ibni Khaldun, juga
bersetuju bahawa sememangnya ada korupsi di dalam al-Quran disebabkan
pencatat-pencatatnya, mahupun hasil daripada kesilapan-kesilapan
sengaja atau sebaliknya :

"Tulisan Bahasa Arab pada zaman permulaan Islam bukanlah sesuatu yang
bermutu tinggi atau pun sempurna dari segi ketepatan atau keunggulan.
Ia juga bukan bermutu sederhana pun! Oleh sebab orang-orang Arab pada
waktu itu bersifat kasar dan keganasan padang gurun dan tidak mahir
atau arif tentang kesenian. Hakikat ini boleh dibandingkan dengan apa
yang telah terjadi kepada ortografi al-Quran oleh kerana keadaan
tersebut di atas. Orang-orang disekeliling Muhammad (termasuk para
sahabatnya) telah mencatit al-Quran di dalam gaya tulisan yang masih
belum lagi siap sempurna. KEBANYAKAN HURUF-HURUFNYA BERCANGGAH DAN
BERTENTANGAN DENGAN CARA ORTOGRAFI YANG WAJIB BAGI PENULIS-PENULIS
YANG ARIF DALAM SENI PENULISAN…Akibatnya, gaya ortografik orang-orang
di sekitar Muhammad diguna-pakai dan diikuti, dan para ilmuwan yang
arif tentang gaya ini telah memerhatikan ayat-ayat tersebut dimana
gaya itu telah menonjol."

"Dalam hal ini, janganlah hiraukan diri dengan `pujangga-pujangga'
yang tidak bertanggung jawab yang berkata bahawa orang-orang
disekeliling Muhammad adalah arif dengan seni menulis dan kononnya
tidak ada percanggahan-percanggahan di antara karya-karya mereka
dengan gaya dan tatacara ortografik yang betul. Contohnya, mereka cuba
memberi penjelasan bahawa tambahan huruf alif di dalam "la
'adhbahannahU"- `Saya akan sungguh-sungguh sembelihnya', bahawa
sembelihan itu tidak berlaku ( lA 'adhbahannahU ). Tambahan huruf ya
dalam bi-ayydin `dengan tangan (kuasa),' mereka cuba jelaskan bahawa
kuasa ilahi itu adalah sempurna. Ada banyak lagi bahan-bahan yang
tidak berasas seperti di atas, yang berlandaskan kepada
andaian-andaian yang wewenang dan ngawur semata-mata!

"Mereka ini percaya bahawa penjelasan-penjelasan seperti di atas akan
membebaskan orang-orang di sekitar Muhammad daripada tuduhan yang
mereka ini bukanlah penulis dan pencatat yang arif atau sempurna.
Jadi, mereka tidak mahu mengakui bahawa pencatit-pencatit ini
sebenarnya tidak arif dan tidak pandai dalam cara penulisan."

(Al-Muqaddima, Ibn Khaldun, Jilid. 2, hal. 382)

Petikan dan kutipan-kutipan di atas membuktikan bahawa ahli-ahli
ilmuwan dan para cendekiawan Islam sedar akan kewujudan ratusan –
malah ribuan, catatan-catatan al-Quran yang bertentangan. Amatlah naïf
untuk umat Islam mengandaikan bahawa suhuf-suhuf dan koleksi tekstual
Kitab Suci Injil yang berjumlah besar itu mencurigakan kesahihannya,
jika begitu tanggapan mereka, mereka juga terpaksa membuat kesimpulan
bahawa bacaan-bacaan berbeda-beda bagi al-Quran juga membuktikan bahwa
al-Quran sendiri adalah tidak berwibawa.

Sudah disenaraikan lapan orang para ilmuwan yang pakar dalam bidang
sejarah, sejarah mashaf dan suhuf serta ortografi di atas, dan mereka
semua mendapati bahawa memang ada asas bagi sangsi-sangsi dan
mencurigai kesahihan suhuf atau teks al-Quran yang wujud pada hari
ini. Hakikat ini pula dikonfirmasi oleh tulisan Ibni Khaldun, seorang
pujangga dan ulamak Islam yang terkemuka.

Sebagai penutupnya, sesungguhnya Kitab Suci Injil adalah jauh lebih
bermutu tinggi daripada al-Quran atau mana-mana kitab kuno. Ini adalah
kerana Al-Kitab umat Kristian mempunyai jauh lebih banyak jumlah
dalil-dalil dan bukti suhuf dan mashaf dan juga bukti-bukti bersejarah
yang mendukung dan menyokong kesahihannya.

 



__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: