Jumat, 30 Januari 2009

Re: [bali-bali] Semua orang bertambah Tua

Saya akan memikirkannya untuk kita semua.
tunggu yaw...

--- On Thu, 1/8/09, wiranata <wiranata@vozbbg.com> wrote:
From: wiranata <wiranata@vozbbg.com>
Subject: Re: [bali-bali] Semua orang bertambah Tua
To: bali-bali@yahoogroups.com
Date: Thursday, January 8, 2009, 6:34 PM

Aduuh...bisa saya panggil Tri aja inggih Gayatri..
Tulungin tiyang karena sering menemukan kasus-kasus macam ini di banjar-banjar,
kenken carane selanjutnya biar jadi action plan.
Kalo udah ada rencana tolong hubungi hp saya di bawah ini,
saya okelah mau daftar jadi volunteer pertama. 
 
Suksma.
 
Salam Damai & Slam Indonesia
 
Wira
081-337-314347
 
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, January 08, 2009 7:36 PM
Subject: [bali-bali] Semua orang bertambah Tua

LANSIA DAN BERGESERNYA POLA INTERAKSI  KELUARGA

By : gayatri mantra

Kaki, kaki

Dong nguda me bok

Di betén cunguhé

Kén dijaguté

Neked kepipiné bek misi ebok

Buin putih buka kapasé

           

Dadong dauh

Ngelah siap putih

Sube metaluh reko

Minab ade

limolas taluhné

Nanging lacur

Ade nak nepukin

Anak cerik-cerik (2X)

Keliwat  lekig ipun

Terminologi

Dalam sistem  religi umat Hindu di Bali, pemujaan leluhur merupakan bagian dari penghoramtan terhadap Catur Guru. Guru Wisesa (Tuhan), Guru Swadyaya (Pemerintah) , Guru Rupaka (orang tua), Guru Pengajian (para pendidik, guru ).

Hyang-Kompyang di puja di Sanggar Kemulan untuk memuja dan menghormati sejarah asal muasal  dari kelahiran keturunan manusia. Ada istilah "Pirata" yang diberikan untuk mengistilahkan roh yang telah berinkarnasi. berulangkali. Seseorang yang dianggap tidak tahu etika dan bertingkah bejat dalam interaksi masyarakat Buleleng sering disumpahi "Piratané ténénan!". Sedangkan istilah "Pitara" diberikan untuk menunjuk pada leluhur.

Bahasa Bali kaya dengan istilah yang diperuntukkan untuk memanggil kakek dan nenek seperti pada dua lagu daerah di atas. Kakek dapat disebut dengan "Pekak dan bisa disingkat dengan sebutan "Kak". Istilah "Kaki" sudah cukup jarang digunakan untuk menyebut ayah dari orang tua kita. Biasanya Kaki akan disandingkan dengan Nini untuk menyebut nenek. Odah (nenek) menjadi pendamping Pekak. Pada beberapa daerah di Bali ada yang menggunakan istilah embah (untuk menyebut nenek) dan wayah (untuk menyebut kakek). Penyebutan kakek dan nenek pada keluarga aristokrasi Bali menggunakan istilah "Kakiang atau Tukak sebagai singkatan dari Ratu Pekak  untuk menyebut Kakek "Niyang dan Tu Nini atau ratu nini" digunakan untuk menyebut Nenek. Dan orang-orang berada  (kaya, mampu, terdidik) di kota mungkin telah banyak mengganti penyebutan itu menjadi Opa dan Oma agar terdengar lebih keren.

BERGESERNYA POLA  INTERAKSI KELUARGA

Para senior, atau penglisir dalam interaksi sosial di dalam keluarga di Bali , secara umum masih bisa dikatakan memiliki hubungan yang erat dengan keluarga batih yang mulai berkembang (keluarga  batih dari anaknya). Orang tua masih memiliki ruang politik (kekuasaan) di rumah mereka termasuk dalam mengambil keputusan. Para nenek masih disegani karena pengetahuan mereka tentang kegiatan ritual keagamaan, seperti membuat banten..

Namun, ada tendensi interaksi kekerabatan ini bergeser dengan semakin menguatnya pengaruh kekuasaan kapital. Masalah  finansial   sering dijadikan alasan sehingga keberadaan senior (lansia dalam sebuah keluarga) tersingkirkan dari rumah dan keluarganya. Generasi yang lebih muda secara finasial memiliki uang dan ingin hidup praktis dengan membeli banten, cenderung menjadikan peranan nenek-nenek menjadi berkurang dalam rumah tangga . Faktor lain yang menjadikan para senior terabaikan, seperti : masalah keterbatasan fisik dan akses atas pekerjaan. Mereka dianggap sebagai beban dan tidak produktif.

Tidak sedikit anggota masyarakat mengirimkan para senior atau lansia untuk tinggal di Panti Jompo (Panti Wreda). Seperti halnya di Panti Wreda Wana Seraya  Denpasar, ada 50 senior menetap di sana . Sebagian besar dari mereka tidak memiliki keturunan. Atau sebagian lagi hidup di bawah garis kemiskinan dan hidup terlantar dan ditemukan di jalanan oleh petugas ketertiban umum dan dinas sosial.

Di masa depan, panti-panti jompo swasta tampaknya akan berkembang jumlahnya dengan semakin berkembangnya kesehatan masyarakat. Usia hidup lansia semakin panjang, dan berkembangnya keluarga batih membuat panti jompo menjadi pilihan yang dirasakan cukup bagus. Panti bisa digunakan  sebagai tempat untuk menitipkan orang tua, para senior atau lansia secara temporer jika sang anak harus bepergian keluar kota . Atau, pihak keluarga membayar pelayanan panti jompo untuk memastikan senior mereka mendapat pelayanan yang maksimal baik untuk kesehatan dan perlindungan.

HAK-HAK YANG TERCERABUTI

Ada yang menarik mengamati kehidupan komunitas Panti Wreda Wana Seraya Denpasar milik pemerintah ini. Panti ini dihuni sebagian besar perempuan. Banyak dari mereka dapat dikatakan berstatus "refuji" atau "pengungsi".

Ada sebagian yang pernah menikah.Namun, ketika perempuan Bali menikah dan tidak memiliki keturunan, acapkali mereka diceraikan oleh pihak suami. Dan yang lebih parah, merekapun sering tidak diterima kembali oleh keluarga tempat mereka berasal. Sehingga status mereka sepeti orang-orang ungsian. Begitu pula, perempuan yang tidak memiliki saudara lelaki. Ada dari mereka yang diusir oleh kemenakan laki-lakinya karena dianggap tak berhak atas "hak waris".  Sehingga, Panti Wreda milik  pemeritah menjadi rumah alternatif bagi mereka.

Sayangnya, ketika para senior hidup di Panti tidak jarang hak-hak sosial mereka juga tercerabuti. Mereka kehilangan hak politik (misalnya: suara untuk pemilu di desanya),  dan ketika mereka meninggal, hak pemakaian kuburanpun tak bisa mereka nikmati. Eksistensi sejarah, jasa dan kontribusi mereka selama bertumbuh dan berkembang  dalam sebuah komunitas keluarga, banjar dan desa lambat laun menjadi terhapuskan dalam ingatan.

Penanganan lansia berbasis banjar  memang sudah seharusnya digaungkan. Sehingga penghormatan kepada luluhur tidak menjadi simbolis semata yang dihaturkan setelah mereka meninggal menjadi roh yang dipuja di merajan atau sanggah. Penyelesaian konflik yang terjadi dalam internal keluarga apalagi melibatkan kaum lansia agar diperhatikan oleh banjar agar mereka tidak ditelantarkan.

Penghargaan, dan penghormatan  bagi warga senior keluarga, banjar, desa dan negara ini menjadi hal yang esensial untuk diberikan. Setiap orang pasti akan mengalami menjadi tua, jika mereka tidak mati dalam usia yang muda.  

 



__._,_.___

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: