Indonesian Media Watch (IMW) merupakan sebuah yayasan yang mencoba
membangun kesadaran kritis publik melalui usaha sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat. Proses pencerdasan masyarakat ini akan
dilakukan dalam tahapan kerja sosial dan program-program yang
mendukung. Demi kelancaran hal tersebut, kami mengundang rekan-rekan
sekalian untuk berpartisipasi sebagai volunteers dalam beberapa agenda
kegiatan kami yang meliputi pengawasan siaran media yang
diskriminatif, penelitian serta analisis terhadap beberapa isu dan
wacana yang berkembang di masyarakat melalui perspektif gender, LGBT,
HAM, pluralisme dan agama.
Pengawasan terhadap media sangatlah dibutuhkan, mengingat media
merupakan cara efektif untuk menyampaikan pesan ke masyarakat. Ketika
media justru mengirimkan efek negatif terhadap pembentukan pola pikir
masyarakat, maka perlulah dibuat sebuah penyeimbang--yang juga
memanfaatkan cara kerja media. Jasa besar media dapat kita manfaatkan
secara positif dalam rangka perubahan sosial bangsa ini ke arah yang
lebih maju. Kita harus mendukung hal tersebut lewat kerjasama yang
terintegrasi, baik antara pelaku (produsen), publik (konsumen), dan
komponen lainnya.
Keterlibatan seluruh elemen masyarakat akan mempercepat tercapainya
tujuan dari IMW, yakni perbaikan pesan dalam media. Pola pikir
masyarakat tidak mungkin dibentuk dengan cepat dan instan, dibutuhkan
waktu serta banyak tenaga. Oleh sebab itu, IMW membutuhkan partipasi
dari segenap elemen mayarakat agar tercipta sebuah kerja yang
tersistematis. Undangan ini terbuka bagi mereka yang memiliki
kesadaran dan keinginan penuh terhadap perubahan sosial ke arah pola
pikir masyarakat yang lebih baik.
Adapun visi misi relawan Indonesia Media Watch Adalah :
VISI
Mewujudkan masyarakat yang kritis dan mendorong industri media untuk
terlibat dalam proses perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih
baik.
MISI
• Membangun sistem pengawasan terhadap tayangan media cetak,
elektronik serta mengawal perkembangan industri media
• Membangun jaringan komunikasi antara publik dengan media
• Membumikan wawasan berkeadilan, kebangsaan dan nilai-nilai
kemanusiaan melalui program-program .
• Melakukan penelitian dan analisis media
Kriteria Volunteer:
A. Minimal berusia 17 tahun
B. Bisa diajak kerja sama, dan memiliki komitmen
C. Konsen terhadap isu HAM, Pluralism, Gender, Anak, LGBT, dan
Komunikasi.
D. Mengirimkan CV melalui :
Email : titiana.adinda@gmail.com, sakura_devil2@yahoo.com,
imw.online@gmail.com
Info Lebih lanjut hub. 021 999 573 Rian.
Salam hormat,
Titiana Adinda
Divisi Program dan Infokom
=====
Term Of Reference
Seiring perjalanan waktu, arus informasi kian mudah disebarkan. Begitu
pula teknologi yang menghantarkan informasi kian cepat
perkembangannya. Publik sebagai sasaran atau target penyediaan
informasi tentu sangat diuntungkan dengan perkembangan teknologi
komunikasi masa kini. Namun, di lain pihak tidak sedikit perusahaan
media yang gencar melakukan penyediaan informasi sebagai bisnis yang
menggiurkan yang akhirnya menciptakan apa yang disebut sebagai
industri media.
Secara umum prinsip bisnis media atau industri media ini lebih
diarahkan pada arus utama (mainstream) bagaimana mendapatkan uang atau
keuntungan bagi perusahaan, tanpa kadang tanpa mempertimbangkan
kepentingan publik. Akibat dari arus yang kuat atas kepentingan uang
ini, media mainstream menjadi tidak independen, obyektif dan akurat,
atau dalam arti lain menjadi masalah baru bagi publik yang seharusnya
mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
Masalah-masalah tersebut diantaranya: tayangan atau bacaan yang
diskriminatif terhadap ras, gender, dan agama, termasuk masalah anak
dan hak asasi manusia yang terabaikan. Efeknya bagi publik adalah
ketidakberimbangan informasi dan pendidikan mengenai kemanusiaan,
seakan-akan tidak ada rasa peduli pada lingkungan.
Informasi yang didapat publik dari industri media sudah didominasi
kepentingan komersil sehingga menjadi tidak ramah publik - implikasi
permainan pemilik modal industri - membuat publik tidak mempunyai
ruang untuk berpartisipasi dan mencari informasi yang benar-benar
mereka butuhkan.
Kerangka berpikir semacam inilah yang dibuthkan dalam upaya membangun
pemantauan serta pengendalian yang konstruktif, sistematis dan
proaktif terhadap fenomena industri media tersebut. Harapan dari
kerangka berpikir tersebut adalah dapat memberikan counter dan
himbauan kepada industri media serta membangun kesadaran kritis
masyarakat luas serta lebih selektif memilih informasi yang tersedia.
Brainstorming Volunteers Tahap Awal
Pemateri, pembicara dan fasilitator
1. Rocky Gerung (Dosen Filsafat UI)
2. Veven Sp Wardhana (Pengamat media)
3. Mariana Amiruddin (Direktur Jurnal Perempuan)
4. Hartoyo (Aktivis LGBT)
5. Rizal Samuel (Peneliti Media)
6. Masmulyadi (Peneliti IMW)
7. Deni Al Asyari
--
'The greatest event of our age is the meeting of cultures, meeting of civilizations, meeting of different points of view, making us understand that we should not adhere to any one kind of single faith, but respect diversity of belief. That is what we should attempt to do. The iron curtain, so to say, which divided one culture from another, has broken down. It is good that we recognize and emphasize the need of man to regard other people, their cultures, their beliefs etc. to be more or less on the same level as our own cultures and our own civilizations. It is not a sign of weakening faith; it is a sign of increasing maturity. If man is unable to look upon other people's cultures with sympathy and if he is not able to co-operate with them, then it only shows immaturity on the part of the human individual. We need co-operation, not conflict. It requires great courage in such difficult days as the present to speak of peace and co-operation. It is more easy to talk of enemies, of conflict and war. We should try to resist that temptation. Our attempt should always be to co-operate, to bring together people, to establish friendship and have some kind of a right world in which we can live together in happiness, harmony and friendship. Let us therefore realize that this increasing maturity should express itself in this capacity to understand what other points of view are'.
-Professor Sarvepalli Radhakrishnan, philosopher, President of India, his speech for the inauguration of the The Indian Institute of Advanced Study on 20 October 1965. http://www.iias.org/
__._,_.___
Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar