Jumat, 30 Januari 2009

[bali-bali] Re: Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan dan Negara

Kayaknya kita dari dulu sudah di brainwashing sama budaya
luar,,jadinya lupa kalau kita punya budaya sendiri didalam
bentangannya indonesia yang luas,kalau tiang baca postingannya itu
memang benar sekali,,,,,,

Suksma;nusa-nusantara

--- In bali-bali@yahoogroups.com, Nusantara Jaya
<nusantarajaya69@...> wrote:
>
> Saudara-saudaraku,
> Menarik...menarik sekali kekritisan saudara Liligundi. Saudara-
saudara yang lain mesti eling untuk tidak serta merta marah atau
tersinggung dengan tulisan yang berusaha cerdas menganalisa dengan
pisau yang lumayan tajamnya yang saya lihat bukan bermaksud untuk
menyinggung siapapun namun mesti kita kaji juga apakah forum ini
cukup siap dengan tingkatan diskusi seperti ini atau diperlukan forum
khusus, silahkan dipertimbangkan.
>  
> Kita semua sadar bahwa analisa ini masih parsial belum
komprehensif. Panjang cerita untuk menuju kesana. Analogi yang dapat
saya berikan bahwa kita harus memahami penyelenggaraan alam, ibarat
pertunjukkan wayang yang hidup dengan dua sudut ektreem lakon dan
mosaik kejadian dan karakter. Wayangnya kelihatan sedemikian hidupnya
namun nyatanya kehidupan tsb ada karena si dalang yang cuma satu.
>  
> Untuk mengenal dan menuju ke tujuan yang lengkap dan jati
(philosofi angka 7 = tujuan) kita harus tahu keberadaan dasar (angka
1,2,3,4,5, panca dasar, panca mahabutha, keberadaan alam, panca
indria dan juga pancasila dll) dan hanya akan lengkap mengenal 7
kalau kita sudah melengkapi dengan langkah ke 6 yaitu pengenalan
dunia indra ke -6 alias niskala yang masuknya dikatakan lewat nurani.
Sebelum ini (langkah 6) maka langkah akan selalu mentok. Akan selalu
mecaplagan, tubrukan, perang benar-benaran karena dasar rasio
alamiahnya menyatu dengan energi ego dan rasio sejauh apapun akan
tidak pernah lengkap alias parsial terus dan konsekwensinya akan
tidak pernah menghasilkan damai.
>  
> To make a long story short....kita memang perlu copy darat sambil
ngopi dengan pisang goreng. Saya salut dengan kekritisan nyaman2
tiang, Bli Liligundi, Bli Suarsawan...ayo ngopi bareng
sometimes...:). Sekali lagi nampaknya perlu kita kaji keberadaan
diskusi tingkatan ini, takutnya ada yang kurang terima walau sudah
dijelaskan bukan maksud kalian untuk menyinggung
>  
> Shanti..Om....:)
>  
> Surya 
>
> --- On Fri, 1/30/09, IGusti Agung <agungpindha@...> wrote:
>
> From: IGusti Agung <agungpindha@...>
> Subject: [bali-bali] Re: Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan dan
Negara
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Date: Friday, January 30, 2009, 4:11 AM
>
>
>
>
>
>
>
> hi..hi..hi..
> hello pasukans ,
> kemarin ketika rapat BOS , saya dimarah.
> "Tidak boleh nulis agama !"
> Nah... pokoknya saya gak ada nulis masalah agama ya..?
> Makasih pasukans lain yang nulis agama ( yang belum dimarah).
> saya selamat.... na..na...na. ..na.
>
> shanti si smiling.
>
> --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, Lili Gundi <lili_gundi@ ...>
wrote:
> >
> > Kita harus merobah paradigma tentang toleransi. Kita harus
> menghormati (hak azasi) seluruh dan setiap manusia,  apapun
> keyakinan agamanya, bahkan termasuk yang tidak beragama dan atheis.
> Tetapi terhadap agama, kita berikan toleransi, setelah dia lulus
> dari ujian akal kritis serta kode moral yang diterima secara
> universal.   
> > Agama-agama, kitab sucinya, pendirinya,  harus dianalisis secara
> mendalam. Dari analisis itu kita ketahui ada agama-agama yang
> mengajarkan kebencian dan kekerasan; ada agama-agama yang
> mengajarkan persaudaraan universal dan welas asih. Dengan
permohonan
> maaf, harus dikatakan agama-agama Semitik mengajarkan yang pertama;
> agama-agama Timur mengajarkan yang kedua. Mengapa demikian? Agama-
> agama Timur didirikan oleh para maharesi yogi dan filsuf.  
> > Agama Semitik itu didirikan oleh para petani berpindah,
pengembala
> ternak nomaden gurun pasir yang keras  atau karyawan dagang buta
> huruf.  Mereka pada umumnya adalah atau bertindak sebagai kepala
> suku yang berjuang mempertahankan sukunya dari tekanan suku lain
> yang lebih besar, atau  ingin memperluas wilayahnya dengan merebut
> tanah-tanah suku lain, dan membunuh lawan-lawannya, menawan mereka
> yang takluk untuk dijual sebagai budak, atau dijadikan pemuas seks.
> Tuhan (yang) mereka (persepsikan) hampir sama dengan sifat-sifatnya
> (kepala suku itu).. Tuhan-tuhan itu hanya membela sukunya
> (pengikutnya) saja, dan memusuhi suku (pengikut keyakinan) lain.
> Bahkan ada Tuhan yang ikut sibuk terlibat dalam urusan ranjang
> kepala suku itu. Ini pastilah bukan Tuhan menciptakan alam semesta.
> Ini adalah tuhan suku, yang telah jatuh menjadi pelayan
> domestik..    
> > Itulah sebabnya di dalam kitab suci mereka kita temukan
kebencian,
> permusuhan dan perintah kekerasan terhadap suku atau pemeluk
> keyakinan lain.
> > Dalam Torah Yahudi (Perjanjian Lama Kristen) ada narasi kebencian
> terhadap orang Mesir, Kanaan, dan Filistin. Bahkan Yahweh ikut
> mengirimkan bencana wabah kepada orang Mesir. Di dalam Perjanjian
> Baru ada narasi kebencian dan kekerasan terhadap orang Yahudi,
> karena dituduh membunuh Yesus, dan para "God Killers" ini mengalami
> hidup yang sulit selama berabad-abad di Eropa Kristen, berpuncak
> pada holocaust di Jerman, yang tidak diakui oleh pak 
Ahmaddinejad .
> Juga ada kebencian dan permusuhan terhadap orang Roma yang menindas
> para missionaris Kristen Awal. (Andaikata sebatas Kotbah di Atas
> Bukit, Kristen adalah agama damai).
> > Di dalam Quran ada perintah kebencian dan kekerasan, mula-mula
> terhadap orang Arab Mekkah, kemudian terhadap orang Yahudi Medina,
> lalu terhadap Kristen Syiria, Parsi Iran dan akhirnya terhadap
> seluruh manusia yang tidak beragama Islam. Isinya sebagian besar
> polemik, pertengkaran, kutukan dan ancaman. Selain dimasukkan
neraka
> janaman secara abadi, para kafir penyembah berhala itu juga dapat
> atau harus dibunuh.  
> > Para pendiri agama juga harus disorot oleh kode moral. Apakah
> selama hidupnya dia berprilaku moral atau tidak. Apakah dia hidup
> dari keringatnya sendiri, atau menjarah harta orang lain? Bagaimana
> kehidupan seksualnya? Apakah dia dapat mengendalikan nafsu
> seksualnya atau malah mengumbarnya?
> > Terhadap agama-agama yang mengajarkan doktrin jahat dan berbahaya
> ini bagaimana sikap kita?
> > "Toleransi" kritis. Artinya toleransi tidak mematikan pemikiran
> kritis, pemikiran kritis tidak berarti mencari musuh. Justru
> pemikiran kritis yang telah menghantarkan manusia pada peradabannya
> sekarang ini.  Dan pemikiran kritis ini akan  terus membawa kita
> kepada  kemajuan lebih jauh, tidak hanya di bidang sains dan
> teknologi, tetapi dan terutama dibidang moral dan spiritual,
> dimana .kebencian dan kekerasan – termasuk yang konon datang
> dari "tuhan"  - akan ditolak oleh sebagian besar, kalau pun tidak
> oleh seluruh manusia. Savere aude, beranilah menggunakan pikiran.
> Itulah  pencerahan, menurut Immanuel Kant.
> > Tabik
> > LGS
> >  
> >  
> >
> >
> >
> >
> > ____________ _________ _________ __
> > From: Cokorda Raka Angga Jananuraga <rakabali78@ ...>
> > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Sent: Wednesday, January 28, 2009 9:34:50 PM
> > Subject: [bali-bali] Re: Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan
> dan Negara
> >
> >
> > Tulisan yang bagus. Tapi mungkin bagi yang males baca panjang-
> panjang,
> > mungkin bisa diringkas sebagai berikut:
> >
> > "Kacau nih indonesia gara-gara fundamentalisme agama gurun
> (islam)".
> >
> > [islam gak disebut-sebut dalam tulisan aslinya, mungkin supaya
PC,
> > politically correct, tapi, kita kan gak perlu PC terus kan?]
> >
> > -Raka-
> >
> > --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, Bulantrisna Djelantik
<btrisna@
> >
> > wrote:
> > >
> > > Tulisan yang sangat bagus dan memberi pencerahan, terimakasih
> untuk
> > sdr
> > > Surya, Biang Bulan
> > >
> > > 2009/1/28 Nusantara Jaya <nusantarajaya69@ ...>
> > >
> > > > Pak Suarsawan saudaraku, terima kasih sebuah tulisan gedoran
> > pikiran
> > > > dan nurani yang berkecamuk menyaksikan fakta hidup di dunia
> ini
> > dan asupan
> > > > pagi yang lumayan memprovokasi pikir setelah liburan Imlek.
> > > >
> > > > Saya tertarik untuk minta pendapat dan berbagi jikalau waktu
> > mengijinkan
> > > > kita untuk bertemu.
> > > >
> > > > Surya
> > > >
> > > > --- On *Tue, 1/27/09, ptsuarsawan <ptsuarsawan@ ...>* wrote:
> > > >
> > > > From: ptsuarsawan <ptsuarsawan@ ...>
> > > > Subject: [bali-bali] Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan
> dan
> > Negara
> > > > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > > > Date: Tuesday, January 27, 2009, 4:01 AM
> > > >
> > > >
> > > > Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan dan Negara
> > > >
> > > > Siapa tidak risau melihat kenyataan yang terjadi di
Indonesia.
> Ada
> > > > berbagai agama besar dengan umatnya yang besar (terutama
> Islam),
> > namun
> > > > kasih sayang, kebenaran dan keadilan malah nyaris tidak ada.
> Atau
> > > > justru sebaliknya, kekerasan, kerusuhan, pembunuhan, ketidak
> > adilan,
> > > > korupsi dan berbagai pelanggaran HAM justru terjadi di
> Indonesia
> > dan
> > > > barangkali mencapai index prestasi nomor wahid didunia.
> Demikian
> > pula
> > > > yang terjadi dengan di negara2 yang kental sekali agamanya,
> > seperti
> > > > negara2 Amerika Latin (Colombia, Argentina, Bolivia),
> Philipina
> > (jaman
> > > > Marcos), negara2 Timur Tengah, Pakistan, Aljasair,
Afganistan,
> > dst.
> > > > Apanya yang salah? Berikut ini adalah butir2 analisis yang
> > mendalam
> > > > tentang Agama, Tuhan, dan Bangsa.
> > > >
> > > > Dalil 1.
> > > > Tuhan itu tidak beragama, jadi Ia berlaku adil bagi semua
> manusia.
> > > > Agama adalah sekedar sarana untuk mengenalkan Tuhan, namun
> Tuhan
> > > > sendiri tidak beragama.
> > > >
> > > > Dalil 2.
> > > > Agama mempunyai keterbatasan yang cukup mencolok seperti
> > disebutkan
> > > > dalam kitab-kitab suci Al- Quran dan Injil. Misal dalam Al-
> Quran
> > > > ditandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah SWT dituliskan,
> maka
> > > > tinta sebanyak samudera rayapun tidak akan mencukupi.
Demikian
> > pula
> > > > dengan Injil yang menandaskan apabila semua ajaran Isa Almasih
> > > > dituliskan maka buku setebal gunungpun tidak akan bisa
memuat.
> Ke
> > > > "Mahabesaran Tuhan" tidak mungkin cukup diwadahi dalam buku
> > setebal
> > > > kitab suci. Ke "Mahabesaran Tuhan" juga tercermin pada luas
dan
> > > > dalamnya ilmu pengetahuan. Dengan terbatasnya kitab suci, ini
> > berarti
> > > > umat beragama diminta untuk lebih banyak belajar ilmu beserta
> > > > kebenarannya diluar kitab suci masing2 agama (jadi isi
masing2
> > kitab
> > > > suci ternyata hanya sedikit sekali!). Dengan banyak belajar
> diluar
> > > > kitabsuci, diharapkan IQ, EQ dan Iman terus berkembang
> sejajar,
> > tidak
> > > > timpang, dan tidak fanatik. Bila orang hanya dalam pada sisi
> > "Iman"
> > > > saja, maka ia mudah diperalat oleh para politisi.
> > > >
> > > > Dalil 3.
> > > > Pencapaian puncak pemahaman agama adalah religiositas. Ibarat
> > kuliah,
> > > > ini adalah Philosophy Degree atau gelar Doktor. Setelah
> bergelar
> > > > Doktor, maka ilmu lebih penting daripada almamaternya. Kalau
> baru
> > > > taraf kuliah, seorang mahasiswa masih suka memamerkan
> identitas2
> > > > universitasnya. Demikian pula dengan agama, Tuhan dengan
sifat
> > dasar
> > > > Nya ("Maha Pengasih dan Penyayang") menjadi lebih penting
> daripada
> > > > agama itu sendiri, atau bahkan agama menjadi tidak perlu
lagi.
> > Jadi,
> > > > kalau sudah mumpuni keagamaan seseorang, bukan agamanya yang
> > penting,
> > > > melainkan religiositasnya yang amat sangat penting. Ia tidak
> lagi
> > > > tersekat-sekat oleh kotak sempit yang disebut agama.
> Religiositas
> > > > setingkat lebih atas daripada agama. Religiositas dapat
> diperoleh
> > > > tanpa melalui agama. Salah satu definisi umum tentang
> religiositas
> > > > adalah sbb.: sikap hatinurani, batin dan pikiran manusia yang
> > selalu
> > > > diarahkan kepada perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran dan
> > keadilan.
> > > >
> > > > Dalil 4.
> > > > Agama adalah sesuatu yang abstrak dan sulit dicerna, oleh
> sebab
> > itu
> > > > sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak yang belum dewasa
> > > > (disekolah dasar), apalagi dipaksakan sebagai pendidikan
agama
> > (ini
> > > > pelanggaran HAM, agama adalah kebebasan untuk memilih); kalau
> > sebagai
> > > > pengajaran tentang berbagai agama, ini penting dan perlu
> diajarkan
> > > > (misalnya keanekaragaman agama beserta ciri mereka masing2).
> > Sebaiknya
> > > > agama sebagai pendidikan (untuk menarik pengikut baru)
> diberikan
> > > > kepada manusia dewasa, waktu kecil cukup diberikan budi
> pekerti.
> > Kalau
> > > > sejak kecil sudah dicuci otak dengan agama, maka hasilnya
mirip
> > > > Indonesia saat ini. Bukan kekeluargaan atau kasih sayang
> melainkan
> > > > kecurigaan, 'keterkotakan' (SARA) dan bahkan kekerasan yang
> justru
> > > > muncul. Dinegara modern seperi USA, Jepang, Korsel, Taiwan,
> > Inggris,
> > > > Australia, dst. agama memang tidak boleh diberikan pada anak2
> SD
> > > > sebagai pendidikan(kecuali sekolah yang berafiliasi dengan
> agama
> > > > tertentu), namun sebagai pengajaran (transfer of knowledge)
> yang
> > > > mengajarkan berbagai agama beserta karakteristiknya
> diperbolehkan,
> > > > pendidikan agama adalah merupakan tanggung jawab orang tua.
> Untuk
> > > > anak, yang lebih baik dan lebih penting adalah budi pekerti.
> Budi
> > > > pekerti mengajarkan sopan-santun, taat hukum, keadilan dan
> hidup
> > > > bersosial secara baik. Benarkah dan pernahkah Nabi Muhammad
> SAW
> > dan
> > > > Nabi Isa mengarahkan agama kepada anak2? Tidak kan? Oleh
sebab
> > itu,
> > > > kasihanilah para anak2 dengan tidak membebani otak mereka
> kepada
> > > > pengetahuan yang belum saatnya; dan yang lebih penting dan
> > mendasar:
> > > > agama syarat dengan dogma2 yang beku, bila diajarkan secara
> kurang
> > > > tepat justru akan membelenggu kecerdasan anak2, bahkan justru
> > anak2
> > > > akan mulai terkotak-kotak sejak dini! Masih ingin
> > > > bukti? Lihatlah prestasi masyarakat RRC yang komunis,
ternyata
> > lebih
> > > > religius, tidak main membunuh orang (maling ayam dan
pencopet),
> > > > prestasi olahraga dan IPTEK nya hebat, pemerintahnya bisa
> > menghidupi
> > > > 1,2 milyar (lima kali penduduk kita), berani menghukum mati
> para
> > > > pelaku KKN, dst. Kemudian, tentang kualitas pendidikan,
> Indonesia
> > > > berada dibawah Vietnam (yang komunis). Pendidikan dan
> pengajaran
> > agama
> > > > harus disertai penekanan tentang keterbatasan agama, sejarah
> hitam
> > > > agama (misal: Katholik diabad 17 yang membuat Eropa mundur,
> dan
> > Islam,
> > > > bila tidak hati2, diabad ini
> > > > bisa mengalami hal yang serupa dengan Katholik diabad 17),
> semua
> > agama
> > > > besar pernah mengalami pasang surut dalam sejarah, semua
agama
> > juga
> > > > mengalami perpecahan internal (Katholik-Protestan , Syiah-
> Suni,
> > dst);
> > > > penekanan cita2 pemahaman tertinggi agama yang disebut
> > religiositas,
> > > > dan penekanan kemungkinan penyalahgunaan agama untuk politik!
> > Agama
> > > > juga selalu jauh tertinggal (terbirit-birit) dalam
> perkembangannya
> > > > dibandingkan ilmu pengetahuan. Dengan penekanan demikian,
umat
> > yang
> > > > mendalami agama mempunyai wawasan yang luas, tidak arogan dan
> > terbuka!
> > > >
> > > > Dalil 5.
> > > > Agama bukan jaminan moralitas, kesejahteraan, kedamaian dan
> > keadilan.
> > > > Lihat saja, ada berbagai agama besar di Indonesia, namun
> > persaudaraan,
> > > > perdamaian dan keadilan justru tidak ada. Demikian pula
> korupsi
> > justru
> > > > meraja lela. Para elit (militer, politik dan birokrat), yang
> > notabene
> > > > berpendidikan dan berjabatan tinggi justru merupakan sebab
> utama
> > > > kehancuran bangsa Indonesia. Yang diatas rajin korupsi namun
> bebas
> > dan
> > > > terhormat, yang dibawah: begitu menangkap pencuri ayam
langsung
> > > > dibakar begitu saja! Di Amerika Latin yang didominasi agama
> > Katholik,
> > > > seperti Meksiko, Brasil, Argentina, dan Colombia, juga
> didominasi
> > > > kekerasan dan korupsi, demikian pula Pilipina. Di Timur Tengah
> > > > (negara2 Arab), Pakistan, Aljasair, Afganistan, Irak,
> Iran,dst...,
> > > > kekerasan dan pelanggaran HAM luarbiasa. TKW kita di Timur
> Tengah
> > > > menjadi salah satu bukti nyata. Sebaliknya, negara RRC yang
> > komunis
> > > > justru menampilkan kesejahteraan, kedamaian dan keadilan,
> koruptor
> > > > kelas kakap justru tegas ditembak mati. Kesejahteraan yang
> timbul
> > > > dalam agama seringkali hanya terjadi pada para birokrat
> (pemimpin)
> > > > agama itu sendiri. Penegakan hukum lebih menjamin tingginya
> > > > moralitas dan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan
> > memberikan
> > > > kesejahteraan, kedamaian dan keadilan bagi rakyat.
> > > >
> > > > Dalil 6.
> > > > Agama Harus Menghormati Budaya Setempat.
> > > > Semua agama besar di Indonesia berasal dari luar negeri, maka
> bias
> > > > budaya pasti ada. Artinya, budaya asing mendompleng agama
akan
> > masuk
> > > > dan mempengaruhi budaya lokal. Alangkah sedihnya kita,
apabila
> di
> > > > Malioboro, seorang menyapa dengan Amitaba .... (Budha, bhs.
> Cina),
> > lalu
> > > > dijawab yang lainnya dengan Assalam ...... (Islam, bhs.
Arab),
> > kemudian
> > > > ada lagi yang menyahut Syallom ..... (Kristen, bhs. Yahudi),
> tak
> > > > ketinggalan ada yang berkata Hong wilaheng .... (Hindu, bhs.
> > Hindi);
> > > > kemudian ada yang menjawab secara rasional, sopan dan
> nasionalis:
> > > > Selamat Siang. Demikian pula dengan budaya berpakaian,
alangkah
> > > > sedihnya apabila blangkon dan surjan Yogya terdesak oleh
> pakaian
> > Arab
> > > > atau sari India. Memeluk agama asing haruslah tidak boleh
> > mengorbankan
> > > > budaya setempat. Yang paling menakutkan adalah penjiplakan
cara
> > > > berpikir dan berperilaku, misalnya menganggap ilmu
pengetahuan
> dan
> > > > teknologi itu "setan" yang harus dijauhi, dan kekerasan demi
> > pembelaan
> > > > agama, konsep yang salah "right or wrong for my religion"
(sisi
> > > > "wrong" sangat berbahaya bagi kesehatan nurani). Bayangkan
> bila
> > kita
> > > > tidak kritis diberbagai bidang, pinjaman uang (utang) luar
> negeri
> > yang
> > > > bersyarat telah membelit kita, kurs nilai mata uang yang jauh
> dari
> > > > keadilan telah menjajah kita, dan budaya asing yang
> mendominasi
> > budaya
> > > > kita lewat agama telah menghantui kita, lalu kita mau jadi
> bangsa
> > apa?
> > > >
> > > > Dalil 7.
> > > > Agama mudah diperalat.
> > > > Oleh para elit politik maupun penipu biasa, agama sering
> > diperalat.
> > > > Kesetiaan dan ketaatan hampir seratus persen kepada Tuhan
> melalui
> > > > agama disalah gunakan oleh 'manusia cerdas tapi jahat'.
Antara
> > Agama
> > > > dan partai politik sudah sulit dibedakan. Antara filsafati
> yang
> > suci
> > > > bersih dan politik yang hitam kelam bercampur baur. Umat
> beragama
> > > > bingung, apakah ia sedang mendengarkan sabda Tuhan atau orasi
> > politik
> > > > yang ulung dari seorang Dai (misalnya Dai sejuta umat), atau
> > apakah ia
> > > > sedang ada di mesjid atau sedang ada di kantor partai
politik?
> > Awas,
> > > > jika para politisi di Jakarta ahli mempolitisir agama,
apalagi
> > para
> > > > pakar politik Barat yang bagaimanapun kita harus akui
> > > > kualitasnya lebih unggul daripada para politisi kita, mereka
> pasti
> > > > juga ikut dan lebih pandai menggunakan jurus politisasi
agama.
> > Dengan
> > > > politisasi agama, kasih sayang dimanipulasi menjadi kekerasan
> dan
> > > > bahkan pembunuhan, dan bangsa ini akan terjebak dan dibuat
> sibuk
> > > > mengurusi hal2 yang tidak penting (biarkan masyarakat beragama
> > > > sendiri), sedangkan para politisi dari negara modern
> (pemerintah
> > > > asing) bebas dan sibuk 'mencuri' kekayaan alam kita yang luar
> > biasa
> > > > kayanya. Lihatlah fakta kekerasan dan pembunuhan di negara2
> yang
> > > > agamis seperti: Colombia, Argentina, Aljasair, Afganistan,
> > Pilipina,
> > > > Indonesia, Bosnia, Yugoslavia, dst. Kasus penyerbuan Amerika
ke
> > > > Taliban, dipakai oleh regim ORBA untuk mengalihkan perhatian
> > bangsa
> > > > kepada hal lain yang tidak banyak manfaatnya atau justru
> merugikan
> > > > negara! Seandainya saja, kesetiakawanan umat Islam
> dipergunakan
> > untuk
> > > > hal yang baik dan nasionalis, misalnya saja jihad melawan KKN,
> > > > pelanggaran HAM dan mafia peradilan, hasilnya akan bukan main!
> > > > Indonesia akan maju pesat sekali; sayang sekali, tongkat
> komando
> > agama
> > > > Islam saat ini masih ditangan orang2 Regim Orde Baru! Sehingga
> > > > kesetiaan umat terhadap Tuhan justru disalah gunakan untuk
adu
> > domba,
> > > > pengalihan perhatian dan pembodohan bangsa! Didalam negeri
> sendiri
> > > > sudah begitu banyak masalah (macetnya agenda Reformasi), tapi
> > justru
> > > > masih dicarikan penyakit baru yaitu dengan melibatkan diri
> > kepersoalan
> > > > luar negeri yang kurang relevan! Inilah keculasan manusia2
> Orde
> > Baru,
> > > > demi keselamatan regim dari segala tuntutan dahsyat bangsa
atas
> > > > tindakan selama 32 tahun, mereka rela membodohi bangsanya
> sendiri!
> > > > Dinegara yang patuh hukum, para pelaku regim ORBA ini
pastilah
> > sudah
> > > > mengalami hukuman yang sangat berat dan setimpal, banyak dari
> > mereka
> > > > yang pantas untuk mendapat hukuman mati. Namun saat ini,
> mereka
> > masih
> > > > dihormati justru oleh para dosen, pakar, mahasiswa, jurnalis,
> dan
> > kaum
> > > > agamawan. Aneh bin ajaib!
> > > >
> > > > Dalil 8.
> > > > Agama dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi
> > (IPTEK).
> > > > Lihatlah sejarah Eropa diabad 17 an. Agama Katholik saat itu
> > sering
> > > > menghukum ilmuwan, dengan alasan ilmuwan itu membuat
> pernyataan
> > yang
> > > > dianggap bertentangan dengan isi Injil. Ilmuwan besar yang
> > dikucilkan
> > > > antara lain adalah Copernicus dan Darwin. Pada abad itu
ketika
> > agama
> > > > Katholik begitu dominan, Eropa justru mengalami jaman
> kegelapan.
> > > > Sekarang, lihatlah perbedaan antara negara Amerika Latin
(yang
> > dominan
> > > > agamanya) dan USA serta Kanada (yang dominan
> religiositasnya) .
> > Sangat
> > > > kontras sekali, misalnya saja antara USA dan Meksiko yang
> > berbatasan.
> > > > USA sangat modern, makmur, tentram, sebaliknya Meksiko,
> padahal
> > mereka
> > > > sama2 pendatang dari Eropa. Negara-negara Islam juga sama
saja,
> > > > katakan saja Turki (Bosnia, Albania) adalah negara Islam
paling
> > > > modern, ternyata masih jauh dibelakang negara2 Eropa dalam
> IPTEK
> > dan
> > > > kemakmuran. Selama pemahaman agama itu masih sempit
(fanatisme
> > agama,
> > > > bukan religiositas) , maka selama itu pula negara akan
> terjebak
> > dalam
> > > > hiruk pikuk eforia agama.
> > > > Bandingkan pula dengan pemahaman demokrasi kita, yang baru
> tarap
> > > > belajar dan eforia, dengan negara2 Eropa/USA. Kita juga dibuat
> > > > tercengang dengan para ilmuwan negara komunis, misal RRC,
> mereka
> > maju
> > > > pesat, lihat negara kita dibanjiri otomotif produk mereka.
> Berapa
> > ribu
> > > > jam belajar yang sudah dihabiskan oleh anak-anak SD untuk
> > "menghapal"
> > > > hal yang belum saatnya dipelajari (agama asing beserta bahasa
> dan
> > > > budayanya)? Bukankah anak2 itu ibarat di "brain washing"
> sehingga
> > daya
> > > > kreativitas dan daya saing mereka untuk tingkat dunia menjadi
> > rendah
> > > > sekali. Hasilnya apa? Toh mirip P4, PMP, dst. Sementara itu,
> > setelah
> > > > SD, kita harus menghabiskan sekian ribu jam pelajaran lagi
> untuk
> > > > belajar dan mengejar ketertinggalan dalam bahasa Inggris,
lalu
> > kapan
> > > > SDM kita bisa maju kalau kita tidak effisien dalam
menggunakan
> > waktu
> > > > dalam pendidikan?
> > > >
> > > > Dalil 9.
> > > > Semakin udara suatu bangsa penuh polusi doa puja-puji kepada
> > Tuhan,
> > > > semakin rusak moral bangsa itu.
> > > > Kalau kita amati, seringkali tembok-tembok ditulisi: Ngebut,
> > benjut;
> > > > Yang Kencing disini hanyalah anjing; Daerah bebas narkotik;
> > Dilarang
> > > > buang sampah disini; dst... Dinegara maju yang masyarakatnya
> sudah
> > > > mencapai religiositas, tulisan2 berisi ancaman dan aturan
kasar
> > > > semacam itu sudah tidak ada lagi, sebab aturan itu sudah
> tertulis
> > > > dihati sanubari mereka semenjak dini/kecil, yaitu melalui
> > pendidikan
> > > > budi pekerti. Begitu pula dengan masalah agama, semakin bumi
> > nusantara
> > > > ini dipenuhi polusi suara yang keras dan
> > > > hingar bingar tentang agama (Tabliq Aqbar, istigotsah, azan
> > masjid,
> > > > koor gereja, dsb.), semakin menandakan bahwa masyarakatnya
> masih
> > > > sekedar pandai berdoa, sekedar bosa-basi agama, namun tidak
> pandai
> > > > melaksanakan ajaran agama. Siang maling atau korupsi,
> > > > malam meditasi atau berdoa. Ucapan dan tindakan sangat kontras
> > > > berbeda. Lihatlah kelihaian para politisi Orde Baru dalam ber
> > "agama",
> > > > kemudian lihatlah "track record" mereka. Alhamdulilah,
seratus
> > delapan
> > > > puluh derajat bedanya! Dapat kita katakan, apa yang terjadi di
> > > > Indonesia adalah pelecehan agama, bukan penghormatan agama,
> > apalagi
> > > > pengamalan agama! Pelecehan agama akan menyebabkan kehancuran
> > moral
> > > > suatu bangsa (Tuhan menurunkan hukum Nya!).
> > > >
> > > > Dalil 10
> > > > Agama dapat melunakan hukum negara melalui persepsi yang
salah.
> > > > Dalam agama Islam dikenal konsep pengampunan total terhadap
> dosa2
> > > > manusia oleh Tuhan dalam event2 tertentu, misalnya dibulan
> > pengampunan
> > > > "Ramadhan" atau saat2 naik Haji ke Mekah, demikian pula dalam
> > agama
> > > > Nasrani dikenal konsep pengampunan total terhadap dosa2
> manusia
> > oleh
> > > > Tuhan asal percaya kepada Yesus Kristus. Dengan sifatNya yang
> > "Maha
> > > > Pengasih dan Penyayang" (perhatikan kata Maha), maka bagi
> Tuhan
> > itu
> > > > memang mungkin.. Namun hal ini sering disalah gunakan oleh
para
> > > > koruptor, pelanggar HAM, elit politik dan birokrat. Agama
bagi
> > mereka
> > > > menjadi sarang persembunyian yang enak dan nyaman (kasus
> islah),
> > > > apalagi apabila sekian persen dari hasil kejahatan mereka,
> lalu
> > mereka
> > > > sumbangkan untuk membangun masjid, gereja dan rumah yatim
> piatu
> > (model
> > > > Robin Hood), dengan demikian walau bandit mereka tetap
> dihormati
> > oleh
> > > > umat setempat. Ulama, pastor dan pendeta harus menandaskan
> bahwa
> > > > kejahatan manusia juga harus dipertanggung jawabkan didepan
> > manusia
> > > > (pengadilan) , jadi tidak hanya vertikal melainkan
> horisontalpun
> > > > penting! Ulama, pastor dan pendeta harus rajin ke DPR,
> Kejagung,
> > > > presiden , dst., dalam hal membela kebenaran/moral, tanpa
harus
> > > > berpolitik praktis, mereka harus merasa malu dengan daya
juang
> > para
> > > > mahasiswa/LSM dalam hal pembelaan moral dan kebenaran!
Mereka,
> > para
> > > > agamawan, juga harus malu kepada seorang wanita ceking yang
> gigih
> > > > membela manusia melarat dan
> > > > tertindas, yang bernama Wardah Hafidz, yang tidak takut
> > mengorbankan
> > > > keamanan hidupnya! Mana ada ulama, pastur, pendeta atau
biksu,
> > yang
> > > > turun tangan membela tukang becak, pnjual asongan, dst.,
> secara
> > nyata?
> > > > Mana ada dari mereka yang menuntut tuntasnya kasus BLBI,
> Trisakti,
> > > > Priok, KKN, uang hibah haram, dst.?
> > > >
> > > > Dalil 11.
> > > > Tuhan itu demokratis, sedangkan agama seringkali otoriter.
> > > > Tuhan tidak melarang manusia untuk tidak beragama, karena
Tuhan
> > > > sendiri pada dasarnya tidak beragama. Tuhan mengharapkan agar
> > manusia
> > > > mencapai pemahaman tertinggi yang disebut religiositas melalui
> > > > berbagai sarana seperti agama, "agama lokal" (misal Kejawen),
> dan
> > ilmu
> > > > pengetahuan. Keotoriteran agama nampak pada keinginan mau
> > menangnya
> > > > sendiri seperti melarang berbagai hal yang tidak sepaham dan
> ingin
> > > > menjadi anak emas dinegara yang majemuk/pluralis!
> > > >
> > > > Penutup
> > > > Agama itu penting, namun bukan segala-galanya. Belajar agama
> harus
> > > > sampai mencapai tingkat tertinggi yaitu religiositas.
> Keterbatasan
> > > > agama (iman/keyakinan) yang inherent harus diimbangi dengan
> > > > perkembangan IQ dan EQ. Semua agama, berasal dari negara
> asing,
> > maka
> > > > kita wajib waspada dan bisa memilahkan antara ajaran agama
dan
> > budaya.
> > > > Kita janganlah dibiasakan meniru adat istiadat, pakaian,
> budaya,
> > > > apalagi cara pikir atau bahkan kekerasan yang mendompleng
agama
> > > > (melalui politik praktis). Manusia yang sudah mencapai derajat
> > > > Religiositas yang tinggi, sudah tidak lagi mementingkan
> wadahnya
> > yaitu
> > > > agama, melainkan lebih mementingkan isi (intisari/makna)
suatu
> > ajaran
> > > > agama, sehingga ia menjadi manusia bebas merdeka yang tidak
> > > > tersekat-sekat lagi. Berbahagialah orang yang tidak beragama
> namun
> > > > mempunyai religiositas yang tinggi, sebab ia akan bebas
> merdeka
> > dimana
> > > > saja, kapan saja, dilingkungan apa saja, dan Tuhan selalu
> > menyertai
> > > > dia! Tingkat pemahaman agama di Indonesia, seperti juga dalam
> hal
> > > > demokrasi, masih dalam tingkatan rendah sekali, masih tahapan
> > > > eforia/kulit, seperti Eropa abad 17 an, oleh sebab itu, mari
> kita
> > > > perbaiki bersama!
> > > >
> > > > Akhir kata, marilah beragama secara baik, santun, sehat,
> rasional
> > dan
> > > > berwawasan luas, sebab agama sangat mempengaruhi budaya,
> budaya
> > sangat
> > > > mempengaruhi pola-pikir dan tindak tanduk suatu bangsa!
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > >
> >
>

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: