mungkin bisa diringkas sebagai berikut:
"Kacau nih indonesia gara-gara fundamentalisme agama gurun (islam)".
[islam gak disebut-sebut dalam tulisan aslinya, mungkin supaya PC,
politically correct, tapi, kita kan gak perlu PC terus kan?]
-Raka-
--- In bali-bali@yahoogroups.com, Bulantrisna Djelantik <btrisna@...>
wrote:
>
> Tulisan yang sangat bagus dan memberi pencerahan, terimakasih untuk
sdr
> Surya, Biang Bulan
>
> 2009/1/28 Nusantara Jaya <nusantarajaya69@...>
>
> > Pak Suarsawan saudaraku, terima kasih sebuah tulisan gedoran
pikiran
> > dan nurani yang berkecamuk menyaksikan fakta hidup di dunia ini
dan asupan
> > pagi yang lumayan memprovokasi pikir setelah liburan Imlek.
> >
> > Saya tertarik untuk minta pendapat dan berbagi jikalau waktu
mengijinkan
> > kita untuk bertemu.
> >
> > Surya
> >
> > --- On *Tue, 1/27/09, ptsuarsawan <ptsuarsawan@...>* wrote:
> >
> > From: ptsuarsawan <ptsuarsawan@...>
> > Subject: [bali-bali] Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan dan
Negara
> > To: bali-bali@yahoogroups.com
> > Date: Tuesday, January 27, 2009, 4:01 AM
> >
> >
> > Analisis Mendalam Tentang Agama, Tuhan dan Negara
> >
> > Siapa tidak risau melihat kenyataan yang terjadi di Indonesia. Ada
> > berbagai agama besar dengan umatnya yang besar (terutama Islam),
namun
> > kasih sayang, kebenaran dan keadilan malah nyaris tidak ada. Atau
> > justru sebaliknya, kekerasan, kerusuhan, pembunuhan, ketidak
adilan,
> > korupsi dan berbagai pelanggaran HAM justru terjadi di Indonesia
dan
> > barangkali mencapai index prestasi nomor wahid didunia. Demikian
pula
> > yang terjadi dengan di negara2 yang kental sekali agamanya,
seperti
> > negara2 Amerika Latin (Colombia, Argentina, Bolivia), Philipina
(jaman
> > Marcos), negara2 Timur Tengah, Pakistan, Aljasair, Afganistan,
dst.
> > Apanya yang salah? Berikut ini adalah butir2 analisis yang
mendalam
> > tentang Agama, Tuhan, dan Bangsa.
> >
> > Dalil 1.
> > Tuhan itu tidak beragama, jadi Ia berlaku adil bagi semua manusia.
> > Agama adalah sekedar sarana untuk mengenalkan Tuhan, namun Tuhan
> > sendiri tidak beragama.
> >
> > Dalil 2.
> > Agama mempunyai keterbatasan yang cukup mencolok seperti
disebutkan
> > dalam kitab-kitab suci Al- Quran dan Injil. Misal dalam Al-Quran
> > ditandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah SWT dituliskan, maka
> > tinta sebanyak samudera rayapun tidak akan mencukupi. Demikian
pula
> > dengan Injil yang menandaskan apabila semua ajaran Isa Almasih
> > dituliskan maka buku setebal gunungpun tidak akan bisa memuat. Ke
> > "Mahabesaran Tuhan" tidak mungkin cukup diwadahi dalam buku
setebal
> > kitab suci. Ke "Mahabesaran Tuhan" juga tercermin pada luas dan
> > dalamnya ilmu pengetahuan. Dengan terbatasnya kitab suci, ini
berarti
> > umat beragama diminta untuk lebih banyak belajar ilmu beserta
> > kebenarannya diluar kitab suci masing2 agama (jadi isi masing2
kitab
> > suci ternyata hanya sedikit sekali!). Dengan banyak belajar diluar
> > kitabsuci, diharapkan IQ, EQ dan Iman terus berkembang sejajar,
tidak
> > timpang, dan tidak fanatik. Bila orang hanya dalam pada sisi
"Iman"
> > saja, maka ia mudah diperalat oleh para politisi.
> >
> > Dalil 3.
> > Pencapaian puncak pemahaman agama adalah religiositas. Ibarat
kuliah,
> > ini adalah Philosophy Degree atau gelar Doktor. Setelah bergelar
> > Doktor, maka ilmu lebih penting daripada almamaternya. Kalau baru
> > taraf kuliah, seorang mahasiswa masih suka memamerkan identitas2
> > universitasnya. Demikian pula dengan agama, Tuhan dengan sifat
dasar
> > Nya ("Maha Pengasih dan Penyayang") menjadi lebih penting daripada
> > agama itu sendiri, atau bahkan agama menjadi tidak perlu lagi.
Jadi,
> > kalau sudah mumpuni keagamaan seseorang, bukan agamanya yang
penting,
> > melainkan religiositasnya yang amat sangat penting. Ia tidak lagi
> > tersekat-sekat oleh kotak sempit yang disebut agama. Religiositas
> > setingkat lebih atas daripada agama. Religiositas dapat diperoleh
> > tanpa melalui agama. Salah satu definisi umum tentang religiositas
> > adalah sbb.: sikap hatinurani, batin dan pikiran manusia yang
selalu
> > diarahkan kepada perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran dan
keadilan.
> >
> > Dalil 4.
> > Agama adalah sesuatu yang abstrak dan sulit dicerna, oleh sebab
itu
> > sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak yang belum dewasa
> > (disekolah dasar), apalagi dipaksakan sebagai pendidikan agama
(ini
> > pelanggaran HAM, agama adalah kebebasan untuk memilih); kalau
sebagai
> > pengajaran tentang berbagai agama, ini penting dan perlu diajarkan
> > (misalnya keanekaragaman agama beserta ciri mereka masing2).
Sebaiknya
> > agama sebagai pendidikan (untuk menarik pengikut baru) diberikan
> > kepada manusia dewasa, waktu kecil cukup diberikan budi pekerti.
Kalau
> > sejak kecil sudah dicuci otak dengan agama, maka hasilnya mirip
> > Indonesia saat ini. Bukan kekeluargaan atau kasih sayang melainkan
> > kecurigaan, 'keterkotakan' (SARA) dan bahkan kekerasan yang justru
> > muncul. Dinegara modern seperi USA, Jepang, Korsel, Taiwan,
Inggris,
> > Australia, dst. agama memang tidak boleh diberikan pada anak2 SD
> > sebagai pendidikan(kecuali sekolah yang berafiliasi dengan agama
> > tertentu), namun sebagai pengajaran (transfer of knowledge) yang
> > mengajarkan berbagai agama beserta karakteristiknya diperbolehkan,
> > pendidikan agama adalah merupakan tanggung jawab orang tua. Untuk
> > anak, yang lebih baik dan lebih penting adalah budi pekerti. Budi
> > pekerti mengajarkan sopan-santun, taat hukum, keadilan dan hidup
> > bersosial secara baik. Benarkah dan pernahkah Nabi Muhammad SAW
dan
> > Nabi Isa mengarahkan agama kepada anak2? Tidak kan? Oleh sebab
itu,
> > kasihanilah para anak2 dengan tidak membebani otak mereka kepada
> > pengetahuan yang belum saatnya; dan yang lebih penting dan
mendasar:
> > agama syarat dengan dogma2 yang beku, bila diajarkan secara kurang
> > tepat justru akan membelenggu kecerdasan anak2, bahkan justru
anak2
> > akan mulai terkotak-kotak sejak dini! Masih ingin
> > bukti? Lihatlah prestasi masyarakat RRC yang komunis, ternyata
lebih
> > religius, tidak main membunuh orang (maling ayam dan pencopet),
> > prestasi olahraga dan IPTEK nya hebat, pemerintahnya bisa
menghidupi
> > 1,2 milyar (lima kali penduduk kita), berani menghukum mati para
> > pelaku KKN, dst. Kemudian, tentang kualitas pendidikan, Indonesia
> > berada dibawah Vietnam (yang komunis). Pendidikan dan pengajaran
agama
> > harus disertai penekanan tentang keterbatasan agama, sejarah hitam
> > agama (misal: Katholik diabad 17 yang membuat Eropa mundur, dan
Islam,
> > bila tidak hati2, diabad ini
> > bisa mengalami hal yang serupa dengan Katholik diabad 17), semua
agama
> > besar pernah mengalami pasang surut dalam sejarah, semua agama
juga
> > mengalami perpecahan internal (Katholik-Protestan , Syiah-Suni,
dst);
> > penekanan cita2 pemahaman tertinggi agama yang disebut
religiositas,
> > dan penekanan kemungkinan penyalahgunaan agama untuk politik!
Agama
> > juga selalu jauh tertinggal (terbirit-birit) dalam perkembangannya
> > dibandingkan ilmu pengetahuan. Dengan penekanan demikian, umat
yang
> > mendalami agama mempunyai wawasan yang luas, tidak arogan dan
terbuka!
> >
> > Dalil 5.
> > Agama bukan jaminan moralitas, kesejahteraan, kedamaian dan
keadilan.
> > Lihat saja, ada berbagai agama besar di Indonesia, namun
persaudaraan,
> > perdamaian dan keadilan justru tidak ada. Demikian pula korupsi
justru
> > meraja lela. Para elit (militer, politik dan birokrat), yang
notabene
> > berpendidikan dan berjabatan tinggi justru merupakan sebab utama
> > kehancuran bangsa Indonesia. Yang diatas rajin korupsi namun bebas
dan
> > terhormat, yang dibawah: begitu menangkap pencuri ayam langsung
> > dibakar begitu saja! Di Amerika Latin yang didominasi agama
Katholik,
> > seperti Meksiko, Brasil, Argentina, dan Colombia, juga didominasi
> > kekerasan dan korupsi, demikian pula Pilipina. Di Timur Tengah
> > (negara2 Arab), Pakistan, Aljasair, Afganistan, Irak, Iran,dst...,
> > kekerasan dan pelanggaran HAM luarbiasa. TKW kita di Timur Tengah
> > menjadi salah satu bukti nyata. Sebaliknya, negara RRC yang
komunis
> > justru menampilkan kesejahteraan, kedamaian dan keadilan, koruptor
> > kelas kakap justru tegas ditembak mati. Kesejahteraan yang timbul
> > dalam agama seringkali hanya terjadi pada para birokrat (pemimpin)
> > agama itu sendiri. Penegakan hukum lebih menjamin tingginya
> > moralitas dan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan
memberikan
> > kesejahteraan, kedamaian dan keadilan bagi rakyat.
> >
> > Dalil 6.
> > Agama Harus Menghormati Budaya Setempat.
> > Semua agama besar di Indonesia berasal dari luar negeri, maka bias
> > budaya pasti ada. Artinya, budaya asing mendompleng agama akan
masuk
> > dan mempengaruhi budaya lokal. Alangkah sedihnya kita, apabila di
> > Malioboro, seorang menyapa dengan Amitaba ... (Budha, bhs. Cina),
lalu
> > dijawab yang lainnya dengan Assalam ..... (Islam, bhs. Arab),
kemudian
> > ada lagi yang menyahut Syallom .... (Kristen, bhs. Yahudi), tak
> > ketinggalan ada yang berkata Hong wilaheng .... (Hindu, bhs.
Hindi);
> > kemudian ada yang menjawab secara rasional, sopan dan nasionalis:
> > Selamat Siang. Demikian pula dengan budaya berpakaian, alangkah
> > sedihnya apabila blangkon dan surjan Yogya terdesak oleh pakaian
Arab
> > atau sari India. Memeluk agama asing haruslah tidak boleh
mengorbankan
> > budaya setempat. Yang paling menakutkan adalah penjiplakan cara
> > berpikir dan berperilaku, misalnya menganggap ilmu pengetahuan dan
> > teknologi itu "setan" yang harus dijauhi, dan kekerasan demi
pembelaan
> > agama, konsep yang salah "right or wrong for my religion" (sisi
> > "wrong" sangat berbahaya bagi kesehatan nurani). Bayangkan bila
kita
> > tidak kritis diberbagai bidang, pinjaman uang (utang) luar negeri
yang
> > bersyarat telah membelit kita, kurs nilai mata uang yang jauh dari
> > keadilan telah menjajah kita, dan budaya asing yang mendominasi
budaya
> > kita lewat agama telah menghantui kita, lalu kita mau jadi bangsa
apa?
> >
> > Dalil 7.
> > Agama mudah diperalat.
> > Oleh para elit politik maupun penipu biasa, agama sering
diperalat.
> > Kesetiaan dan ketaatan hampir seratus persen kepada Tuhan melalui
> > agama disalah gunakan oleh 'manusia cerdas tapi jahat'. Antara
Agama
> > dan partai politik sudah sulit dibedakan. Antara filsafati yang
suci
> > bersih dan politik yang hitam kelam bercampur baur. Umat beragama
> > bingung, apakah ia sedang mendengarkan sabda Tuhan atau orasi
politik
> > yang ulung dari seorang Dai (misalnya Dai sejuta umat), atau
apakah ia
> > sedang ada di mesjid atau sedang ada di kantor partai politik?
Awas,
> > jika para politisi di Jakarta ahli mempolitisir agama, apalagi
para
> > pakar politik Barat yang bagaimanapun kita harus akui
> > kualitasnya lebih unggul daripada para politisi kita, mereka pasti
> > juga ikut dan lebih pandai menggunakan jurus politisasi agama.
Dengan
> > politisasi agama, kasih sayang dimanipulasi menjadi kekerasan dan
> > bahkan pembunuhan, dan bangsa ini akan terjebak dan dibuat sibuk
> > mengurusi hal2 yang tidak penting (biarkan masyarakat beragama
> > sendiri), sedangkan para politisi dari negara modern (pemerintah
> > asing) bebas dan sibuk 'mencuri' kekayaan alam kita yang luar
biasa
> > kayanya. Lihatlah fakta kekerasan dan pembunuhan di negara2 yang
> > agamis seperti: Colombia, Argentina, Aljasair, Afganistan,
Pilipina,
> > Indonesia, Bosnia, Yugoslavia, dst. Kasus penyerbuan Amerika ke
> > Taliban, dipakai oleh regim ORBA untuk mengalihkan perhatian
bangsa
> > kepada hal lain yang tidak banyak manfaatnya atau justru merugikan
> > negara! Seandainya saja, kesetiakawanan umat Islam dipergunakan
untuk
> > hal yang baik dan nasionalis, misalnya saja jihad melawan KKN,
> > pelanggaran HAM dan mafia peradilan, hasilnya akan bukan main!
> > Indonesia akan maju pesat sekali; sayang sekali, tongkat komando
agama
> > Islam saat ini masih ditangan orang2 Regim Orde Baru! Sehingga
> > kesetiaan umat terhadap Tuhan justru disalah gunakan untuk adu
domba,
> > pengalihan perhatian dan pembodohan bangsa! Didalam negeri sendiri
> > sudah begitu banyak masalah (macetnya agenda Reformasi), tapi
justru
> > masih dicarikan penyakit baru yaitu dengan melibatkan diri
kepersoalan
> > luar negeri yang kurang relevan! Inilah keculasan manusia2 Orde
Baru,
> > demi keselamatan regim dari segala tuntutan dahsyat bangsa atas
> > tindakan selama 32 tahun, mereka rela membodohi bangsanya sendiri!
> > Dinegara yang patuh hukum, para pelaku regim ORBA ini pastilah
sudah
> > mengalami hukuman yang sangat berat dan setimpal, banyak dari
mereka
> > yang pantas untuk mendapat hukuman mati. Namun saat ini, mereka
masih
> > dihormati justru oleh para dosen, pakar, mahasiswa, jurnalis, dan
kaum
> > agamawan. Aneh bin ajaib!
> >
> > Dalil 8.
> > Agama dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
> > Lihatlah sejarah Eropa diabad 17 an. Agama Katholik saat itu
sering
> > menghukum ilmuwan, dengan alasan ilmuwan itu membuat pernyataan
yang
> > dianggap bertentangan dengan isi Injil. Ilmuwan besar yang
dikucilkan
> > antara lain adalah Copernicus dan Darwin. Pada abad itu ketika
agama
> > Katholik begitu dominan, Eropa justru mengalami jaman kegelapan.
> > Sekarang, lihatlah perbedaan antara negara Amerika Latin (yang
dominan
> > agamanya) dan USA serta Kanada (yang dominan religiositasnya) .
Sangat
> > kontras sekali, misalnya saja antara USA dan Meksiko yang
berbatasan.
> > USA sangat modern, makmur, tentram, sebaliknya Meksiko, padahal
mereka
> > sama2 pendatang dari Eropa. Negara-negara Islam juga sama saja,
> > katakan saja Turki (Bosnia, Albania) adalah negara Islam paling
> > modern, ternyata masih jauh dibelakang negara2 Eropa dalam IPTEK
dan
> > kemakmuran. Selama pemahaman agama itu masih sempit (fanatisme
agama,
> > bukan religiositas) , maka selama itu pula negara akan terjebak
dalam
> > hiruk pikuk eforia agama.
> > Bandingkan pula dengan pemahaman demokrasi kita, yang baru tarap
> > belajar dan eforia, dengan negara2 Eropa/USA. Kita juga dibuat
> > tercengang dengan para ilmuwan negara komunis, misal RRC, mereka
maju
> > pesat, lihat negara kita dibanjiri otomotif produk mereka. Berapa
ribu
> > jam belajar yang sudah dihabiskan oleh anak-anak SD untuk
"menghapal"
> > hal yang belum saatnya dipelajari (agama asing beserta bahasa dan
> > budayanya)? Bukankah anak2 itu ibarat di "brain washing" sehingga
daya
> > kreativitas dan daya saing mereka untuk tingkat dunia menjadi
rendah
> > sekali. Hasilnya apa? Toh mirip P4, PMP, dst. Sementara itu,
setelah
> > SD, kita harus menghabiskan sekian ribu jam pelajaran lagi untuk
> > belajar dan mengejar ketertinggalan dalam bahasa Inggris, lalu
kapan
> > SDM kita bisa maju kalau kita tidak effisien dalam menggunakan
waktu
> > dalam pendidikan?
> >
> > Dalil 9.
> > Semakin udara suatu bangsa penuh polusi doa puja-puji kepada
Tuhan,
> > semakin rusak moral bangsa itu.
> > Kalau kita amati, seringkali tembok-tembok ditulisi: Ngebut,
benjut;
> > Yang Kencing disini hanyalah anjing; Daerah bebas narkotik;
Dilarang
> > buang sampah disini; dst... Dinegara maju yang masyarakatnya sudah
> > mencapai religiositas, tulisan2 berisi ancaman dan aturan kasar
> > semacam itu sudah tidak ada lagi, sebab aturan itu sudah tertulis
> > dihati sanubari mereka semenjak dini/kecil, yaitu melalui
pendidikan
> > budi pekerti. Begitu pula dengan masalah agama, semakin bumi
nusantara
> > ini dipenuhi polusi suara yang keras dan
> > hingar bingar tentang agama (Tabliq Aqbar, istigotsah, azan
masjid,
> > koor gereja, dsb.), semakin menandakan bahwa masyarakatnya masih
> > sekedar pandai berdoa, sekedar bosa-basi agama, namun tidak pandai
> > melaksanakan ajaran agama. Siang maling atau korupsi,
> > malam meditasi atau berdoa. Ucapan dan tindakan sangat kontras
> > berbeda. Lihatlah kelihaian para politisi Orde Baru dalam ber
"agama",
> > kemudian lihatlah "track record" mereka. Alhamdulilah, seratus
delapan
> > puluh derajat bedanya! Dapat kita katakan, apa yang terjadi di
> > Indonesia adalah pelecehan agama, bukan penghormatan agama,
apalagi
> > pengamalan agama! Pelecehan agama akan menyebabkan kehancuran
moral
> > suatu bangsa (Tuhan menurunkan hukum Nya!).
> >
> > Dalil 10
> > Agama dapat melunakan hukum negara melalui persepsi yang salah.
> > Dalam agama Islam dikenal konsep pengampunan total terhadap dosa2
> > manusia oleh Tuhan dalam event2 tertentu, misalnya dibulan
pengampunan
> > "Ramadhan" atau saat2 naik Haji ke Mekah, demikian pula dalam
agama
> > Nasrani dikenal konsep pengampunan total terhadap dosa2 manusia
oleh
> > Tuhan asal percaya kepada Yesus Kristus. Dengan sifatNya yang
"Maha
> > Pengasih dan Penyayang" (perhatikan kata Maha), maka bagi Tuhan
itu
> > memang mungkin. Namun hal ini sering disalah gunakan oleh para
> > koruptor, pelanggar HAM, elit politik dan birokrat. Agama bagi
mereka
> > menjadi sarang persembunyian yang enak dan nyaman (kasus islah),
> > apalagi apabila sekian persen dari hasil kejahatan mereka, lalu
mereka
> > sumbangkan untuk membangun masjid, gereja dan rumah yatim piatu
(model
> > Robin Hood), dengan demikian walau bandit mereka tetap dihormati
oleh
> > umat setempat. Ulama, pastor dan pendeta harus menandaskan bahwa
> > kejahatan manusia juga harus dipertanggung jawabkan didepan
manusia
> > (pengadilan) , jadi tidak hanya vertikal melainkan horisontalpun
> > penting! Ulama, pastor dan pendeta harus rajin ke DPR, Kejagung,
> > presiden , dst., dalam hal membela kebenaran/moral, tanpa harus
> > berpolitik praktis, mereka harus merasa malu dengan daya juang
para
> > mahasiswa/LSM dalam hal pembelaan moral dan kebenaran! Mereka,
para
> > agamawan, juga harus malu kepada seorang wanita ceking yang gigih
> > membela manusia melarat dan
> > tertindas, yang bernama Wardah Hafidz, yang tidak takut
mengorbankan
> > keamanan hidupnya! Mana ada ulama, pastur, pendeta atau biksu,
yang
> > turun tangan membela tukang becak, pnjual asongan, dst., secara
nyata?
> > Mana ada dari mereka yang menuntut tuntasnya kasus BLBI, Trisakti,
> > Priok, KKN, uang hibah haram, dst.?
> >
> > Dalil 11.
> > Tuhan itu demokratis, sedangkan agama seringkali otoriter.
> > Tuhan tidak melarang manusia untuk tidak beragama, karena Tuhan
> > sendiri pada dasarnya tidak beragama. Tuhan mengharapkan agar
manusia
> > mencapai pemahaman tertinggi yang disebut religiositas melalui
> > berbagai sarana seperti agama, "agama lokal" (misal Kejawen), dan
ilmu
> > pengetahuan. Keotoriteran agama nampak pada keinginan mau
menangnya
> > sendiri seperti melarang berbagai hal yang tidak sepaham dan ingin
> > menjadi anak emas dinegara yang majemuk/pluralis!
> >
> > Penutup
> > Agama itu penting, namun bukan segala-galanya. Belajar agama harus
> > sampai mencapai tingkat tertinggi yaitu religiositas. Keterbatasan
> > agama (iman/keyakinan) yang inherent harus diimbangi dengan
> > perkembangan IQ dan EQ. Semua agama, berasal dari negara asing,
maka
> > kita wajib waspada dan bisa memilahkan antara ajaran agama dan
budaya.
> > Kita janganlah dibiasakan meniru adat istiadat, pakaian, budaya,
> > apalagi cara pikir atau bahkan kekerasan yang mendompleng agama
> > (melalui politik praktis). Manusia yang sudah mencapai derajat
> > Religiositas yang tinggi, sudah tidak lagi mementingkan wadahnya
yaitu
> > agama, melainkan lebih mementingkan isi (intisari/makna) suatu
ajaran
> > agama, sehingga ia menjadi manusia bebas merdeka yang tidak
> > tersekat-sekat lagi. Berbahagialah orang yang tidak beragama namun
> > mempunyai religiositas yang tinggi, sebab ia akan bebas merdeka
dimana
> > saja, kapan saja, dilingkungan apa saja, dan Tuhan selalu
menyertai
> > dia! Tingkat pemahaman agama di Indonesia, seperti juga dalam hal
> > demokrasi, masih dalam tingkatan rendah sekali, masih tahapan
> > eforia/kulit, seperti Eropa abad 17 an, oleh sebab itu, mari kita
> > perbaiki bersama!
> >
> > Akhir kata, marilah beragama secara baik, santun, sehat, rasional
dan
> > berwawasan luas, sebab agama sangat mempengaruhi budaya, budaya
sangat
> > mempengaruhi pola-pikir dan tindak tanduk suatu bangsa!
> >
> >
> >
> >
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar