Jumat, 18 September 2009

Re: [bali-bali] Re: Lungsuran.....



Cok yang baik,

Bukan laku. Realitasnya ada. Cuma orang mendiamkannya. Implikasi buruknya sebenarnya bukan soal lungsuran Cok, tapi bahasa Bali tak laku. Orang Bali tak meminati bahasa Bali krn bahasa ini bertingkat dan yg mendapat untung "triwangsa".

Kenapa demikian? Seorang pernah mengerutu di depan saya, "Bagaimana saya harus berbahasa singgih dgn anak kecil (dari triwangsa), sementara dia yg masih kecil seenaknya menjawab dgn bahasa lumrah kepada saya yg sdh tua?".

Di Sunda tingkatan bahasa sorsinggih basa sesuai senioritas, bukan latar belakang gelar, maka Sunda menjadi bahasa yg sangat populer di kampung halamannya. Bahasa Bali? Sor singgih berdasar gelar atau latar belakang "setting kolonial".

Ini sebuah contoh cerita dari kampung saya. Seorang Ida Bagus, seorang guru SD asal non-Buleleng ditempatkan di wilayah Seririt, kebetulan penghobby catur. Ketika mulai dekat dg guru2 lain, dia mengajak teman2nya main catur. Guru2 asal Buleleng kalo main catur biasa saling "amah" (makan). Makan Ida Bagus ini terkaget ketika guru lain menganjurkan dia "ngamah". Temannya menganjurkan, "Gus amah gen kudane!" "Amah mentrine! Amah pione!" Dstnya.

Paman saya yg satu sekolah dg dia, berulang2 menceritakan cerita itu. Katanya, "Masak kita menganjurkan 'makan' dlm permainan catur dg kata 'ajeng jarane Gus'?"

Saya meminati isu kasta ini krn semenjak belajar teori Weberian dan subaltern, ternyata ini bukan soal sederhana. Setidaknya dari kaca mata social science sangat menarik. Ini motive saya.

Sorry, pas nulis email ini gempa.. Mlaib malu raga Cok..

Om Shanti,
SL

From: "Don Raka" <rakabali78@yahoo.com>
Date: Fri, 18 Sep 2009 14:35:50 -0000
To: <bali-bali@yahoogroups.com>
Subject: [bali-bali] Re: Lungsuran.....

 

Hmmm....,

Ternyata topik soal kasta masih cukup laku di bali, terbukti dari thread ini yang "berhasil" dapat 20 responses dalam tempo kurang dalam seminggu. I congratulate myself for being a good propokator....

xixixixi

-Raka-

--- In bali-bali@yahoogroups.com, "rakabali78" <rakabali78@...> wrote:
>
> Kepala yang mana dulu? Ha ha ha....
>
> Makasi atas inputnya soal kasta :D Suka lucu aja kalau denger masih ada yang jumawa dengan itu....
>
> -Raka-
>
> --- In bali-bali@yahoogroups.com, imcw <imcw06@> wrote:
> >
> > Sahabatku rakabali78,
> >
> > Lha, kalau sudah jadi istri khan sang istri ikutan naik kastanya.
> > Kalau nggak, masa' pas bergumul di tempat tidur sang istri tidak boleh
> > pegang kepala sang suami? :)
> > --
> > i made cock wirawan
> > --------------------------------------
> > http://komputeraktif.wordpress.com
> >
> > Tulisan anda pada hari Senin 14 September 2009, jam 17:17:17 :
> >
> > r> Wah, kalau iya, repot dong. Kalau misalnya istri sendiri dari
> > r> kasta lebih rendah gimana dong, masak gak boleh berbagi lungsuran
> > r> ama istri? Kalau begitu, mungkin ada benarnya kata tante saya untuk
> > r> tidak nikah ama orang yang dari kasta lebih rendah..., harus
> > r> cokorda..., minimal anak agung lah....
> >
> > Quotes : Stop Korupsi
> >
>



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: