Minggu, 20 September 2009

[bali-bali] Bali Puspa dan Persiapan Kuningan



 
 
Bali Puspa dan Persiapan Kuningan
 
Sabtu Kliwon 19 September 2009, umat Hindu kembali memperingati Tumpek Wariga.
 
Tumpek yang memiliki nama cukup banyak — Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh dan Tumpek Pengatag — itu sangat erat kaitannya dengan dunia pertanian. Secara ritual, pada hari itu umat melaksanakan upacara persembahyangan ke hadapan Batara Sangkara — manifestasi Tuhan dalam menciptakan kesuburan tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya, perayaan Tumpek Bubuh salah satu komponen penting dalam mengajegkan konsep Tri Hita Karana.
 
Tri Hita Karana, sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan.
 
Merayakan Tumpek Wariga di hari Sabtu 19 September 2009 merupakan salah satu unsur penting dalam konsep Tri Hita Karana khususnya hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya — dalam kaitan ini hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan. "Ajaran yang terkandung dalam Tumpek Bubuh ini sangat luhur. Umat bukan hanya mesti menghargai ciptaan Tuhan, tetapi sekaligus melestarikan tumbuh-tumbuhan yang telah mensejahterakan kehidupannya".
 
Sementara konsep Tri Hita Karana dalam hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, dicoba diterapkan oleh keluarga Made Sukasta Mindhoff dan Nyoman Suyadni Mindhoff pada hari Sabtu 19 September kemaren yang bertepatan dengan perayaan rainan Tumpek Bubuh, dengan mengundang beberapa Nyama Braya Bali Jerman untuk berkumpul bersama latihan menari dalam rangka persiapan Hari Raya Kuningan 24 Oktober 2009. Pada kesempatan itu juga hadir Made Agus Wardana dan Wayan Sudiartawan dari Belgia. Adapun kedatangan Made Wardana dan Wayan Sudi adalah untuk memberikan pelatihan megambel dan menari yang sekiranya akan di pertunjukkan di perayaan Kuningan nanti.
 
Perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 di Offenbach nanti, tentunya selain diisi dengan acara persembahyangan bersama umat Hindu, juga akan di pergelarkan beberapa seni tari. Hal-hal yang berhubungan dengan pertunjukan kesenian di tanggung jawabi oleh Ketut Sri Artini bekerja sama dengan Sanggar Tari Bali Puspa Köln yang dipimpin oleh Made Sukasta dan Nyoman Suyadni akan menampilkan tari-tarian yang kesemuanya akan di iringi langsung dengan Gamelan Bali.
 
 
 
 
Tari-Tarian yang akan ditampilkan nanti:
 
1. Tari Rejang Dewa
 
Dalam Lontar "Usana Bali" disebutkan bahwa Tari Rejang adalah simbol widyadari atau bidadari yang turun ke dunia menuntun Ida Bhatara pada waktu melelasti. Khusus pada tari Rejang Renteng, ada tanda yang khusus yaitu "manuntun benang" — prosesinya adalah "jempana linggih Ida Bhatara" dituntun dengan benang yang panjang, diikatkan di pinggang setiap penari rejang.
 

Jenis-jenis tari Rejang antara lain Rejang Renteng, Rejang Lilit, Rejang Bengkol, Rejang Oyod Padi, Rejang Ngregong, Rejang Alus, Rejang Nyangnyingan, Rejang Luk Penyalin, dan Rejang Glibag Ganjil.

 

 

Pada perayaan Kuningan nanti, Tari Rejang dengan gelung-nya dan benang penuntun yang dililitkan pada tubuh si penari akan di pentaskan oleh sekelompok penari dari Bali Puspa diatas panggung dan akan di ikuti oleh seluruh wanita yang hadir dalam persembahyangan Kuningan nanti.

 

 
2. Tari Pendet
 
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura yang menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-dewi ke alam marcapada sebagai pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tarian ini ditampilkan dengan membawa upakara atau alat-alat pesucian, pengeresikan, canangsari, pasepan sebagai tanda persembahan yang suci dan iklas. seiring berkembangnya jaman, Tari yang diciptakan oleh seniman I Nyoman Kaler ini diawal 1970an,  oleh para seniman Bali diubah menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Taburan bunga disebarkan di hadapan para tamu sebagai ungkapan selamat datang.
 
Pada perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 Tari Pendet ini akan di pentaskan oleh sekelompok penari dari Sanggar Bali Puspa. dan tidak menutup kemungkinan bila ada semeton Nyama Braya Bali lainnya yang ingin ngayah untuk ngaturan tarian dan juga memiliki pakaian tari pendet, partisipasinya akan diterima dengan senang hati untuk ikut bergabung menarikan pendet ini.
 
 
3. Tari Sekarjagat
 
Tari Sekar Jagat, sangat lasim digunakan dalam pembukaan suatu acara, tarian ini diciptakan oleh Bapak Swasthi Widjaya Bandem (sekaligus penata busana) dan gambelan (music traditional bali ) diciptakan oleh Bapak I Nyoman Windha pada tahun 1993 dalam rangka Pembukaan Pameran Wastra Bali di Jakarta. Tarian Penyambutan ini menggambarkan kegembiraan para penari dalam menyamut para tamu yang hadir serta menceritakan tentang kecantikan dan keluwesan para gadis sebagai ungkapan bunga bumi (keindahan).
 
Pada perayaan Kuningan 24 Oktober 2009, tarian ini akan di pentaskan oleh Nyama Braya Bali yang telah berlatih menari di sanggar tari Bali Puspa.
 
 
4. Tari Margapati
 
Tari buah karya Bapak Nyoman Kaler ini di ciptakan di tahun 1942. Kata Marga berasal dari "Mrega" yang berarti binatang. Sedangkan "Pati" berarti raja. Gerak-gerik raja hutan yang sedang mengintai dan siap membinasakan mangsanya telah memberikan inspirasi pada penciptanya untuk menciptakan tarian ini. Jadi tari margapati menggambarkan gerak-gerik seekor Singa atau raja hutan yang sedang berkelana di tengah hutan duntuk memburu mangsanya.
 
Pada perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 nanti tari ini akan di pentaskan oleh Wayan Yuadiani (istrinda Made Agus Wardana dari Belgia).
 
 
5. Tari Janger dan Genjek Bali
 
Tari yang bercerita tentang kelompok muda-mudi yang lagi dimabuk asmara. Bila dilihat dari kelompok yang bercirikan gender, ada kelompok pria dan ada kelompok wanita. Mereka bertembang bersautan tentang kisah-kisah asmara, dari cara berkenalan, menanyakan identitas, dan menjurus ke rayuan. Semuanya dilakukan dengan riang gembira
 
Pada perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 nanti, tarian ini akan di pentaskan oleh Nyama Braya Bali yang telah mengikuti latihan di sangar tari Bali Puspa. Namun sayang untuk sementara penarinya masih di dominasi oleh sekelompok wanita, dan masih memiliki kekurangan dalam hal jumlah penari prianya. Sehingga dalam pementasan disaat perayaan Kuningan nanti, bila ada para pria yang bersedia ikut serta ngayah menjadi penari prianya, partisipasinya akan diterima dengan senang hati.
 
Sesungguhnya tarian Janger dan Genjek Bali cukup sederhana, lirik lagunya pun cukup mudah untuk di lafalkan dan di hapalkan, bahkan mudah di ingat karena bahasanya yang sarat lelucon (komedi)

 
 
6. Tari Joged Bumbung
 
Tari joged bumbung adalah tarian warisan leluhur sejak dulu. Tari joged ini diiringi dengan gamelan tingklik bambu berlaras Slendro yang disebut Grantang atau Gamelan Gegrantangan. Tarian ini muncul pada tahun 1946 di Bali Utara dan kini Joged Bumbung dapat dijumpai hampir di semua desa dan merupakan jenis tari joged yang paling populer di Bali. Tari ini adalah tari pergaulan untuk menambah keakraban, para penonton yang sedang menyaksikan tarian ini bisa turut serta menari diatas panggung. Sehingga membuat suasana semakin semarak.
 
Pada perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 nanti Tari ini akan di iringi langsung dengan gamelan dan akan di pentaskan oleh penari dari sanggar tari Bali Puspa. Namun demikian, bila ada Nyama Braya Bali yang berkeinginan untuk ikut ngayah untuk turut serta menyumbangkan tarian ini, akan selalu di terima. sehingga dengan semakin banyak penari yang menari bergantian , hal ini tentu akan menambah semarak suasana menghibur pengunjung umum.
 
 
Demikianlah laporan jalannya persiapan kesenian yang akan di suguhkan dalam perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 di Offenbach, yang saya rangkum dari pertemuan informal di rumahnya Nyoman Suyadni Mindhoff, yang persiapannya hampir mendekati kesempurnaan. Namun menurut penuturan Nyoman Suyadni Mindhoff dan Made Sukasta Mindhoff, masih diperlukan sekali pertemuan lagi untuk melakukan gladi resik latihan menari dan megambel yang akan di adakan di Köln sebelum datangnya Hari Raya Kuningan ini.  Bagi yang tertarik untuk ikut serta latihan bersma, untuk bersiap-siap mengosongkan jadwal kegiatannya di hari sabtu atau minggu sebelum datangnya hari raya Kuningan 24 oktober 2009. Melihat keseriusan dari pihak Bali Puspa yang akan ngaturang ngayah menyumbangkan tari-tarian yang didukung dengan iringan musik gamelan, Ketut Sri Artini yang menanggung jawabi seksi kesenian di saat perayaan kuningan ini merasa sangat bersyukur.
 
Disamping perihal kesenian diatas, Ketut Suastiti Fluegel, yang menanggung jawabi perihal Bebantenan untuk perayaan Kuningan, yang juga hadir diKöln, juga menyatakan kegembiraannya dan hingga saat ini seksi Banten sudah siap untuk menyambut datangnya hari raya Kuningan 24 Oktober 2009. Sependapat dengan Ketut Suastiti, Putu Ari Burth yang menanggung jawabi seksi konsumsi di saat perayaan Kuningan nanti, juga menyatakan hal yang sama. "menu utama" dari konsumsi sudah dipersiapkan dengan matang, namun demikian pihak konsumsi tetap membuka pintu lebar-lebar kepada Nyama Braya Bali yang berkeinginan untuk maturan (dana punia) makanan agar tidak sungkan-sungkan untuk menghubunginya baik lewat email ataupun lewat telepon, karena Putu masih memiliki list yang sekiranya perlu untuk dilengkapi, seperti makanan penunjang lainnya.
 
Membaca berita tentang perjuangan para srikandi Bali diatas dalam mensukseskan jalannya perayaan kuningan di Offenbach 24 Oktober 2009 nanti, kita semua patut bersyukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Ketut Sri Artini - Grosse yang bertanggung jawab tentang kesenian bekerja sama dengan Nyoman Suyadni Mindhoff dengan sanggar tari nya Bali Puspa, Ketut Suastiti - Fluegel yang menanggung jawabi perihal Bebantenan, Putu Ari Burth yang menanggung jawabi hal-hal yang berhubungan dengan Konsumsi, sepakat untuk melaporkan kemajuan kerjanya kepada ketua panitia perayaan kuningan 24 oktober 2009,  yaitu Ibu Gusti Ayu Made Wiyogani - Prior disaat rapat panitia persiapan kuningan Hessen yang sekiranya akan di jadwalkan di awal Oktober ini.
 
Mengingat kembali Tri Hita Karana, yaitu sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan.
 
dimana konsep hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan sudah kita bersama terapkan melalui perayaan Tumpek Wariga , sementara hubungan harmonis antara manusia dengan manusia sudah pula kita terapkan dalam hal bekerjasama untuk mensukseskan perayaan Kuningan nanti. dan yang terakhir hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa) , saya yakin bisa kita wujudkan bersama di saat perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 nanti di Offenbach.
 
Lebih lanjut pada saat perayaan kuningan nanti juga akan terdapat utusan sesepuh umat hindu dari Belgia yang akan turut serta memberikan "Dharma Wacana"  disaat kita selesai melakukan persembahyangan bersama, dimana topik yang ingin disampaikan adalah tentang penjelasan Pura Agung Santi Bhuwana yang ada di Brugelete Belgia.
 
Penjelasan detail tentang keberadaan Pura Hindu tersebut serta jadwal persembahyangan rutin yang diadakan di Pura tersebut akan menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi umat hindu di Jerman yang sekiranya belum sempat hadir di saat pemlaspasan Pura tersebut yang berlangsung Senin 18 May 2009 dan kedepannya ingin melakukan Tirta Yatra tangkil muspa bersama-sama umat hindu (Nyama Braya Bali jerman) ke Pura di Belgia.
 
Oleh karena itu, untuk melengkapi informasi tentang Pura Agung Santi Bhuwana di Belgia ini, Ketut Adnyana, telah pula mendatangkan majalah Media Hindu edisi 65 , yang mengupas tentang keberadaan Pura di Belgia ini, mulai dari sejarah berdirinya taman wisata Parc Paradisio (lokasi Pura Hindu tersebut), sejarah berdirinya Pura Hindu tersebut, Mr. Eric Domb (pemilik Parc Paradisio yang mendirikan Pura Hindu tersebut), serta jalannya upacara pemlaspasan (Mecaru, Pemlaspasan / prayascita, Mendem pedagingan,  Ngenteg linggih). Majalah Media Hindu edisi 65 sebanyak 100 majalah didatangkan dari Jakarta, harapannya  umat hindu di Jerman atau Nyama Braya Bali bisa membacanya seusai melakukan persembahyangan dan bisa bertanya secara langsung kepada utusan umat hindu dari Belgia.
 
Kedepannya, bila umat hindu di jerman (Nyama Braya Bali di Jerman) ada yang berkeinginan untuk berlangganan majalah Umat Hindu ini, sehingga walaupun kita berada jauh merantau di negeri Eropa tapi masih bisa mengikuti berita kegiatan umat hindu yang ada di tanah air atau di Bali atau dimanapun berada di dunia ini, Ketut Adnyana akan berusaha mengkoordinir di saat perayaan Kuningan 24 Oktober 2009 nanti, sehingga majalah keumatan ini bisa di sirkulasikan di Eropa.
 
 
Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa selalu melindungi kita semua. dan Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: