yang lalu tinggal berlalu , yang kedepan yang penting.
Tyang hanya menyinggung masalah itu , untuk mereka yang terlibat
agar punya rasa malu , dan yang penting kedepan ,tidak
lagi terjadi ( hope...),semoga kedepan mereka tidak menganggap
semua rakyat kecil terlalu bodoh seperti saya.
Kadang saya pikir pelacur lebih bermoral daripada orang orang begini,
sebab mereka tau itu hanya profesi atau nyambung hidup,
hanya menjual badan,sedangkan orang orang macam ini sudah menjual
principle ,martabat dan moralnya .
than again, i might be wrong....
salam sudah biasa salah.
--- In bali-bali@yahoogroups.com, Putu Kesuma <putukesuma@...> wrote:
>
> Gung, membicarakan masalah itu tidak akan membawa kemana-mana.
Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi bisa mengubah masa depan.
Yang saya ingin bagi bahwa pemahaman saya adalah sampai saat ini
kita sedang dikuasai dan diatur oleh segelintir orang bekerja sama
dengan anak-anak bangsa yang sedang 'melacurkan' jiwanya.
> Â
> Saya sadari ini adalah persoalan berat, but at least kita harus
mulai sadar akan hal itu untuk selanjutnya mengambil langkah-langkah
demi masa depan kita yang lebih baik.
> Â
> Segala sesuatu dimulai dari satu langkah, bukan?
> putu
> Â
> Â
>
>
> Â
> SEVEN SOCIAL SIN (MK GANDHI) ~ Wealth without Work ~ Pleasure
without Conscience ~ Knowledge without Character ~ Commerce without
Morality ~ Science without Humanity ~ Politics without Principle ~
Worship without Sacrifice
>
> --- On Fri, 26/9/08, IGusti Agung <agungpindha@...> wrote:
>
> From: IGusti Agung <agungpindha@...>
> Subject: [bali-bali] Re: Mereka Dikalahkan Kesombongan Negara
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Date: Friday, 26 September, 2008, 4:39 PM
>
>
>
>
>
>
>
> Mbok Lia and rekan,
>
> Kalau orang pintar ngeliatnya seperti itu,
> Kalau orang Ndableg seperti saya ngeliatnya secara goblog.
> Setelah PD II Indonesia punya simpanan uang Milyaran Dollar
> di Swiss Bank , yang dapat mengeluarkan uang itu hanya Soekarnoa
> dan Soebandrio ( pemimpin PKI) , sedang Bapak Soekarno sudah Wafat
> Soebandryo dihukum seumur hidup .
> yang kemudian dibebaskan oleh Pemerintahan Soeharto.
> Lucunya berkisar dua bulan setelah pembebasan itu Bapak Soeharto
> pergi ke Swisuntuk pemeriksaan jantung ( he..hmm).
> Kalkulasi saya bilang uang itu sudah menjadi billions of dollars
> saat kejadian itu .
> Pertanyaan saya yang Ndableg ini is , masihkah uang itu di Bank
> Swiss?
> Kalau masih atas nama siapa?
> Mungkin reka rekan yang pintar bisa membantu saya yang Ndableg ini.
>
> salam Pan Balang Tamak.
>
> --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, "laraslia" <laraslia@ .> wrote:
> >
> > Satu kutipan yang selalu membuat saya selalu mual saat
membacanya,
> >
> > Pertemuan antara para ekonom suruhan Jenderal Suharto dengan
para
> > CEO korporasi multinasional di Swiss, Nopember 1967, membahas
satu
> > agenda sangat penting: penjajahan ekonomi dan politik Indonesia
> oleh
> > Barat (baca: Yahudi). Indonesia diwakili Mafia Berkeley generasi
> > pertama, juga Hamengkubuwono IX dan Adam Malik. Sedangkan para
> > pengusaha multinasional antara lain adalah David Rockefeller.
> >
> > Dr. Brad Sampson, saat meraih PhD dari Northwestern University
AS
> > menyusuri pertemuan ini dengan promotornya, seorang Indonesianis
> > kritis bernama Prof. Jeffrey Winters. John Pilger dalam
> bukunya "The
> > New Rules of the World" mengutip hasil penelitian Sampson
> tersebut.
> > Inilah sebagian kutipannya:
> >
> > "Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya `hadiah
> terbesar'
> > (istilah pemerintah AS untuk Indonesia setelah Bung Karno jatuh
> dan
> > digantikan oleh Soeharto), maka hasil tangkapannya itu dibagi-
> bagi.
> > The Time Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di
> Jenewa,
> > Swiss, yang dalam waktu tiga hari membahas strategi perampokan
> > kekayaan alam Indonesia.
> >
> > Para pesertanya terdiri dari seluruh kapitalis yang paling
> > berpengaruh di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller.
Semua
> > raksasa korporasi Barat diwakili perusahaan-perusaha an minyak
dan
> > bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British
> Leyland,
> > British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear,
The
> > International Paper Corporation, US Steel, ICI, Leman Brothers,
> > Asian Development Bank, Chase Manhattan, dan sebagainya."
> >
> > Di seberang meja, duduk orang-orang Soeharto yang oleh
Rockefeller
> > dan pengusaha-pengusaha Yahudi lainnya disebut sebagai `ekonom-
> > ekonom Indonesia yang korup'.
> >
> > "Di Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan `The Berkeley
> > Mafia' karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa
dari
> > pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas
California
> > di Berkeley. Mereka datang sebagai pengemis yang menyuarakan hal-
> hal
> > yang diinginkan oleh para majikannya yang hadir. Menyodorkan
butir-
> > butir yang dijual dari negara dan bangsanya. Tim Ekonomi
Indonesia
> > menawarkan: tenaga buruh yang banyak dan murah, cadangan dan
> sumber
> > daya alam yang melimpah, dan pasar yang besar."
> >
> > "Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi sektor demi
> > sektor." Prof. Jeffrey Winters menyebutnya, "Ini dilakukan
dengan
> > cara yang amat spektakuler. "
> >
> > Jeffrey Winters melanjutkan, "Mereka membaginya dalam lima
seksi:
> > pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri
> ringan
> > di kamar satunya, perbankan dan keuangan di kamar yang lain
lagi;
> > yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi
> > yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh
> mereka
> > dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi
> > besar ini berkeliling dari satu meja ke meja lainnya,
> > mengatakan, `Ini yang kami inginkan, itu yang kami inginkan,
ini,
> > ini, dan ini.' Dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur
> > hukum untuk berinvestasi. Tentunya produk hukum yang sangat
> > menguntungkan mereka. Saya tidak pernah mendengar situasi
seperti
> > itu sebelumnya, di mana modal global duduk dengan wakil dari
> negara
> > yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang
> persyaratan
> > buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri."
> >
> > Freeport mendapatkan gunung tembaga di Papua Barat (Henry
> Kissinger,
> > pengusaha Yahudi AS, duduk dalam Dewan Komisaris). Sebuah
> konsorsium
> > Eropa mendapatkan Nikel di Papua Barat. Raksasa Alcoa mendapat
> > bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan
> > Amerika, Jepang, dan Perancis berhak menebangi hutan-hutan
tropis
> di
> > Kalimantan, Sumatera, dan Papua Barat.
> >
> > Sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan
> > terburu-buru disodorkan kepada Presiden Soeharto membuat
> perampokan
> > negara yang direstui pemerintah itu bebas pajak untuk lima tahun
> > lamanya (UU PMA Nomor 1/1967). Selama itu pula rakyat terus
> menerus
> > dibohongi dengan idiom-idiom bagus tentang pembangunan,
Pancasila,
> > dan trickle down effect dan sebagainya namun pada kenyataannya
> > terjadi pemiskinan rakyat banyak secara sistematis.
> >
> > Dan yang lebih disayangkan bahwa semua pemiskinan tersebut
> dilakukan
> > oleh orang orang yang mengaku muslim.
> >
> > Salam,
> > LL
> >
> >
> > --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, Putu Kesuma <putukesuma@ >
wrote:
> > >
> > > Mbok Vieb yang saya kagumi,
> > > ÂÂ
> > > Setelah membaca sebagian buku itu membayangkan apa
sesungguhnya
> > yang terjadi, ngeri sekali. The Old Empire, istilah mereka
> (maksudnya
> > melanjutkan imprialisme) , sampai detik inipun masih terjadi.
> > > ÂÂ
> > > Saat ini entah episode keberapa sedang mereka mainkan di
negeri
> > kita, tapi sepertinya banyak diantara elit kita gak percaya.
> Mereka
> > lebih suka bertikai untuk hal-hal sebenarnya tidak terlalu
urgent.
> > Hal ini diperparah lagi karena kehadiran para penganut wahabisme
> di
> > negerti kita.
> > > ÂÂ
> > > Contoh nyatanya di Jakarta di dekat kampung rabutab ada
Sekolah
> > Saudi Arabia yang segala sesuatunya Saudi Arabia. Sebagaimana
kita
> > ketahui Saudi adalah satu-satunya negara yang menerapkan paham
> > wahabisme super ketat.
> > > ÂÂ
> > > Saya tidak tahu apa selanjutnya yang akan terjadi, yang jelas
> para
> > penganut wahabisme sedang berjung melalui RUU Porno agar dapat
> > membuat peraturan di daerah-daerah.
> > >
> > > Aku sedih mbok...
> > > pkesuma
> > >
> > > SEVEN SOCIAL SIN (MK GANDHI) ~ Wealth without Work ~ Pleasure
> > without Conscience ~ Knowledge without Character ~ Commerce
> without
> > Morality ~ Science without Humanity ~ Politics without Principle
~
> > Worship without Sacrifice
> > >
> > > --- On Thu, 25/9/08, Asana Viebeke Lengkong <asanasw@> wrote:
> > >
> > > From: Asana Viebeke Lengkong <asanasw@>
> > > Subject: Re: [bali-bali] Mereka Dikalahkan Kesombongan Negara
> > > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > > Date: Thursday, 25 September, 2008, 2:47 PM
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > 
> > > P Putu Kesuma yang baik,
> > > ÂÂ
> > > wah seru ya buku itu, tapi itu hanya sebagian kecil saja dari
> > strategy 'mengawal pembangunan ekonomi indonesia pasca Gerakan
30
> > September', karena para elite ekonomi dunia/oligarky sempat
> > berkumpul di Geneva untuk embuat 'indonesia economy roadmap'
yang
> > seyogianya mensejahterakan para oligarky itu sendiri dimulai
> mungkin
> > dengan meluruskan jalan Pertamina Ibnu Empire (lebih besar dan
> kaya
> > dari Keluarga Presiden Soeharto lo) dan pertambangan;
program
> > pakan PL480; Flourmill Bogasari; Kapas Indah, Kendari.... awal
> dari
> > the Soeharto Kingdom Rezim. Semua diatur oleh Indonesian-
> American
> > Chamber of Commerce pada saat itu.
> > > ÂÂ
> > > Kita tidak dungu, hanya kurang berdaya saja disamping itu kan
> > jamannya kan jaman otoriter pada saat itu, jadi mana mungkin
> > melawan? Kalau melawan di culik lo, di New York pada saat itu
> ketua
> > Persatuan Mahasiswanya namanya Wijakongko adiknya Wijanarko,
kita
> > sangat kritis sekali dengan kondisi Indonesia, tapi lihat saja
> > ketika Wijanarko pulang dan mendapat posisi di Bulog, jadinya
> > apa?????
> > > ÂÂ
> > > Bisa tebak kenapa saya tidak berminat masuk dunia politik?????
> > naaaaa itu deh.
> > >
> > > ----- Original Message -----
> > > From: Putu Kesuma
> > > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > > Sent: Thursday, September 25, 2008 2:19 PM
> > > Subject: Re: [bali-bali] Mereka Dikalahkan Kesombongan Negara
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > Pak Anton dan teman-teman semua,
> > > ÂÂ
> > > Saya baru baca sebagain dari buku CONFESSION of an ECONOMIC
HIT
> > MAN yang ditulis oleh pelakunya sendiri yaitu John Perkins.
> > > ÂÂ
> > > Banyak orang yang meragukan isi buku itu termasuk orang
Amerika
> > sendiri yang pernah saya tanya. Tapi melihat kenyataan yang
> terjadi
> > di Indonesia dan pengakuan dari penulisnya Indonesia benar-benar
> > menjadi koraban EHM. Puncaknya adalah ketika pemerintahan Orde
Baru
> > (Soehatao) dibikin tidak berdaya dengan utang yang meroket
> sehingga
> > dengan mudah dijatuhkan. Dari buku itu saya sekarang tahu bahwa
> > rezim Soeharto tidak jatuh karena aksi mahasiswa, tapi karena
> sudah
> > tidak dipakai lagi oleh Amerika. Gerakan Mahasiswa hanya sebagai
> > pemicu saja, begitu juga dengan kejatuhan Bung Karno.
> > > ÂÂ
> > > Saya bertanya pada diri sendiri, apakah kita lebih dunggu dari
> > keledai?
> > >
> > > Dalam buku ini juga diceritrakan perselingkuhan keluarga Al
Saud
> > (raja Saudi) dengan penguasa Amerika.
> > > ÂÂ
> > > pk
> > >
> > > SEVEN SOCIAL SIN (MK GANDHI) ~ Wealth without Work ~ Pleasure
> > without Conscience ~ Knowledge without Character ~ Commerce
> without
> > Morality ~ Science without Humanity ~ Politics without Principle
~
> > Worship without Sacrifice
> > >
> > > --- On Mon, 22/9/08, Anton Muhajir <antonemus@gmail. com>
wrote:
> > >
> > > From: Anton Muhajir <antonemus@gmail. com>
> > > Subject: [bali-bali] Mereka Dikalahkan Kesombongan Negara
> > > To: bali-bali@yahoogrou ps.com, akademikaunud@ yahoogroups.
com,
> > baliblogger@ yahoogroups. com
> > > Date: Monday, 22 September, 2008, 1:58 PM
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > dear all,
> > >
> > > sekadar berbagi pengalaman dan perasaan. maaf jika tak
berkenan.
> > tulisan agak lama. tentang wajah lain denpasar.
> > >
> > > http://www.rumahtul isan.com/ 11/09/2008/ pikiran/mereka-
> > dikalahkan- kesombongan- negara.html
> > >
> > > thx
> > >
> > >
> > >
> > > Kembali, kupenuhi janjiku dalam hati untuk menemui anak-anak
> itu.
> > Hari ini adalah kali keempat aku mencari anak-anak tukang suun
di
> > Pasar Badung tersebut. Tapi kali ini pun gagal. Aku tak
menemukan
> > anak-anak yang pernah aku ajak ngobrol akhir Juli lalu itu.
> > > Minggu lalu, bersama Bunda dan Bani, setengah mati aku ubek-
ubek
> > pasar terbesar di Bali itu untuk menemukan mereka. Tapi, seperti
> > hari ini, aku juga tak menemukan satu di antara mereka.
> > > Padahal, Juli lalu aku bisa ngobrol dengan setidaknya lima di
> > antara puluhan anak-anak tukang suun itu. Informasi yang aku
dapat
> > juga sudah banyak saat itu. Anak-anak tukang suun itu memberikan
> > jasa membawakan belanjaan orang yang belanja di pasar. Barang
> > seberat bahkan ada yang sampai 50 kg itu diangkat di kepala.
> Paling
> > banyak mereka bisa dapat Rp 5000 sekali junjung.
> > > Berumur antara 7-10 tahun, mereka harusnya sekolah. Tapi
mereka
> > harus meninggalkan kampung halamannya, sebagian besar dari
> Tianyar,
> > Karangasem, dan tinggal di Denpasar tanpa orang tua. Mereka tak
> > sekolah. Hidup tanpa wali. Karena itu sejak awal aku berniat
untuk
> > mencari mereka ke kosnya juga. Tak hanya ngobrol di pasar.
> > > Hari ini, janji dalam hati itu kupenuhi. Aku main ke tempat
kos
> > anak-anak itu karena tak menemukan mereka di pasar. Menurut
tukang
> > suun lainnya, anak-anak itu sudah pulang dari pukul 10 pagi lalu
> > kembali pukul 4 sore.
> > > Dari informasi tukang suun di pasar, aku mencari tempat kos
anak-
> > anak itu di jalan Gunung Batur. Persisnya di Banjar Penyaitan,
> yang
> > awalnya aku pikir Banjar Penyakitan.
> > > Aku tak bisa menemukan anak-anak yang dulu pernah ngobrol sama
> aku
> > itu. Tempat kos itu memang untuk anak-anak tukang suun. Tapi
anak-
> > anak itu tidak ada di sana. Aku hanya ketemu dengan puluhan anak
> > lainnya. Dan, di tempat ini pula aku mendapat cerita dan sisi
lain
> > dari gemerlap Denpasar. Inilah cerita mereka yang kalah..
> > >
> > > Gang yang aku kunjungi hari ini adalah salah satu gang kumuh
di
> > Denpasar. Di gang itu, para pemimpi dari daerah pinggiran datang
> > menyerbu kota. Berduyun-duyun mereka datang dari Tianyar,
> Karangasem
> > untuk ikut menikmati gemerlap Denpasar. Tapi inilah mereka temui.
> > > Mimpi itu terhenti, setidaknya sampai saat ini, di ruang tak
> lebih
> > dari 3Ãâ"3 meter persegi, di mana mereka tinggal. Kamar,
mungkin
> > lebih tepat bilik, berdinding bambu di mana sekaligus jadi kamar
> > tidur, ruang keluarga, tempat bermain, nonton TV, dan semua
> kegiatan
> > yang mereka lakukan di rumah. Bilik itu satu-satunya tempat di
> mana
> > mereka sebut sebagai rumah.
> > > Atapnya seng. Lantai tanah, becek di sana sini. Bilik-bilik
itu
> > berderet dengan penghuni berbeda keluarga tiap biliknya. Satu
> tempat
> > kos yang aku kunjungi saja ada tiga keluarga dengan setidaknya
> lima
> > kepala.
> > >
> > > Jauh meninggalkan desa, kekalahan yang mereka dapati. Bukan
> karena
> > mereka malas. Tapi karena tidak ada cukup akses pada modal yang
> > mungkin bisa mengubah nasib mereka. Kemiskinan, kata peraih
Nobel
> > Ekonomi Amartya Sen, tidaklah terjadi karena kemalasan. Tapi
> karena
> > kurangnya atau malah tidak adanya peluang untuk mereka.
> > > Jangan bilang mereka kalah karena malas. Tiap hari mereka
> berjalan
> > setidaknya 5 km selama 30 menit dari tempat kos ke pasar untuk
> > menjajakan jasa. Lalu selama hampir 10 jam mereka bekerja, sejak
> > pukul 6 pagi sampai â€"kadang-kadang- 8 malam. Beban yang
mereka
> > junjung di atas kepala bisa sampai 5 kg.
> > > "Tapi paling banyak dapat dua puluh ribu sehari, Pak. Buat
beli
> > susu saja sudah habis," kata Bu Wayan, satu di antara mereka.
> > Perempuan dari Tianyar ini tinggal dengan tiga anak dan satu
cucu.
> > Anak perempuannya, baru berumur 10 tahun, juga jadi tukang suun.
> > > Inilah cerita tentang mereka yang kalah. Bukan karena mereka
> > malas, tapi karena Negara yang tidak bertanggung jawab.
> Pembangunan
> > hanya terpusat pada kota. Maka laron-laron itu datang
mengerubung
> > lampu bernama kota itu.
> > > Ironisnya, ketika laron itu datang, Negara menganggap mereka
> > sebagai sampar. Mereka harus dihilangkan dari pandangan.
> Kemiskinan
> > tidak boleh terlihat di depan mata. Negara kadang terlalu
sombong
> > mengakui mereka. Mungkin juga karena Negara tak punya cukup akal
> > untuk mengatasi kemiskinan itu.
> > > Maka, tak sedikit aparat yang malah menangkap mereka untuk
> > dikembalikan ke asalnya. Seperti menggarami air laut. "Setelah
itu
> > kami kembali lagi ke sini," kata Bu Wayan.
> > > Laron-laron itu lalu kembali. Mengejar mimpi. Lalu
terperangkap
> > pada kekalahan yang sama. Terus berulang..--
> > > Anton Muhajir |  http://rumahtulisan .com
> > >
> > >
> > >
> > > Get your preferred Email name!
> > > Now you can @ymail.com and @rocketmail. com.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > New Email names for you!
> > > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail
> and
> > @rocketmail.
> > > Hurry before someone else does!
> > > http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/
> > >
> >
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> New Email names for you!
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
@rocketmail.
> Hurry before someone else does!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar