__._,_.___From: leonardo_rimbaSent: Sunday, September 28, 2008 7:20 PMSubject: [bali-bali] Re: Balkanisasi NKRIYg namanya DEMOKRASI itu adalah kehidupan berbangsa dan bernegara
dimana ada pemisahan antara DOMAIN PUBLIK dan DOMAIN PRIBADI. Kalau
Domain Publik itu mau ikut campur Domain Pribadi, maka namanya
TOTALITARIANISME.
Nah, RUU Pornography itu sudah mengarah ke Totalitarianisme, sama
saja seperti di negara2 Komunis, dimana negara mau mengatur segala
kehidupan pribadi WN. Tetapi kita semua MAKLUM bahwa yg berada di
belakang segala gerakan2 yg ingin membawa Indonesia ke arah itu
adalah MUI. Segala yg ingin membawa Indonesia menjadi negara
terbelakang BISA ditelusuri sebagai didalangi oleh golongan Islam.
Biarpun voting, saya sendiri TIDAK YAKIN bahwa RUU Pornography itu
akan lolos dari DPR. Partai2 nasionalis itu TAHU bahwa MUI dan
antek2nya berada di belakang RUU Pornography, dan mereka akan menolak
tegas, walaupun sampai saat ini diam2 saja. Tapi kalau voting baru
akan terlihat siapa saja yg pro totalitarianisme, dan siapa yg pro
liberalisme. Trend sekarang adalah LIBERALISME.
Jadi, segala geliat2 totaliter itu cuma VESTIGES (sisa2) dari elemen2
ekstrim di masyarakat Indonesia yg merasa susah untuk mengontrol
masyarakat. Lha, masyarakat kok mau dikontrol ?
Tapi itulah, yg namanya "Islam" itu selalu bertujuan untuk mengontrol
kehidupan manusia, termasuk kehidupan pribadi manusia2 lainnya.
Itulah aspek PRIMITIF dari Islam yg patut untuk diekspos secara
terbuka. Islam itu TIDAK manusiawi, dan kita harus membeberkannya
tanpa malu2. Bilang saja bahwa yg memakai dasar "Islam" itu masih
hidup di masa lalu, pedahal kita ini sudah hidup di masa POST MODERN
dan bukan di masa POST JAHILLIYAH ketika si nabi besar itu baru saja
kesambet "Jibril" dan mengeluarkan ucapan2 biasa saja yg dianggap
suci.
Manusia2 di negara2 Barat yg menghormati HAM itu LEBIH MANUSIAWI
daripada manusia2 di negara2 yg katanya "berlandaskan Islam". Semua
orang tahu itu. So,... apa lagi ? Semuanya sudah jelas dan, anggota2
DPR Indonesia juga sudah tahu itu.
Kalaupun akan ada pemaksaan nilai2 "Islami" di Indonesia, kita masih
memiliki PILIHAN untuk membubarkan NKRI. Kalau "Islam" mau memaksakan
pendapatnya, bubarkan saja NKRI ini, that's better daripada dijajah
oleh Islam. Bali dulu SUDAH bisa membuktikan bahwa BISA mandiri dari
penjajahan Islam. Sekarang juga masih bisa, kalau mau.
Tapi mungkin hal itu belum perlu dilakukan saat ini karena
kelihatannya the RUU Pornography yg SANGAT PORNO itu sudah dead.
Sudah mati duluan sebelum sempat dikibarkan dengan ucapan
alhamdulilah dari MUI. Itulah peta perpolitikan Indonesia saat ini:
golongan nasionalis dengan backgrounds agama2 (Kristen, Buddha,
Hindu, Konghucu, Islam Liberal, dan Kejawen) versus kelompok Islam
Fundamentalis yg masih berusaha untuk "mengontrol" seluruh kehidupan
masyarakat Indonesia, yg sampai kapanpun tidak akan bisa tercapai.
Islam fundamentalis itu MINORITAS, cuma congornya saja yg besar.
Leo
Webpage: <http://groups.yahoo.com/ >.group/spiritual- indonesia
--- On Mon, 29/9/08, Wibisono Sastrodiwiryo <wibi.sastro@gmail.com >
wrote:
From: Wibisono Sastrodiwiryo <wibi.sastro@gmail.com >
Subject: [bali-bali] Re: Balkanisasi NKRI
To: bali-bali@yahoogroups.com
Date: Monday, 29 September, 2008, 6:08 AM
--- In bali-bali@yahoogrou ps.com, "Gmail" <nengah.sumerta@ ...>
wrote:
>
>
> voting ??!! itu senjata paling bodoh dan paling tidak demokratis
yang saya kenal,
Salam Pak Nengah,
Terlepas dari apakah RUU Pornografi mau di voting atau tidak tapi
pandangan pak Nengah terasa agak aneh. Memangnya Pak Nengah mengenal
demokrasi dari mana? kok voting dianggap tidak demokratis.
Voting adalah fitur terpenting dalam demokrasi, dengan fitur ini juga
demokrasi menjadi punya kelebihan dibanding sistem yang lain. Tanpa
voting demokrasi tak berbeda.
Sekedar referensi:
http://fatihsyuhud. com/2008/ 09/18/pornograph y-bill/
> jika perhitunganya 50% +1 trus yang 49% mau diapain??
Kalau mau konsekuen dalam berdemokrasi maka tidak ada jalan lain
selain menerima. Kalau tidak mau menerima tapi masih mau memakai label
demokrasi maka inilah yang membuat kita dianggap belum memahami
demokrasi sehingga pihak luar merasa perlu untuk intervensi, atur sana
atur sini.
Sebenarnya sistem demokrasi cukup lengkap fiturnya. Jika tidak setuju
tinggal tunggu periode berikutnya dan jangan pilih yang tidak
aspiratif. Cuma memang butuh waktu untuk siklusnya dan rakyat sering
tidak sabar karena memang tuntunan hidup yang berat. Itulah sebabnya
pilkada sering rusuh.
Tapi memang demokrasi liberal terasa tidak sepenuhnya cocok dengan
karakter bangsa dan tidak selalu memberi solusi pada problem bangsa.
Karena itulah Bung Karno mencari formula baru yang disebut demokrasi
Pancasila.
Seperti apa demokrasi Pancasila masih terus berproses, tapi yang jelas
demokrasi yang lebih mengedepankan musyawarah ketimbang voting. Orang
sering frustasi dengan demokrasi hingga hampir hampir
meninggalkannya.
Wapres Jusuf Kalla pernah menuduh demokrasi tidak efektif dan
inefisien hingga membuat heboh. Ada satu artikel tentang frustasinya
orang orang pada demokrasi:
http://indrapiliang .com/2007/ 12/26/catatan- akhir-tahun- kalau-
bukan- demokrasi- apa/
Semoga bisa bermanfaat.
Wibi
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar