Untuk negara yang benar benar berdasar demokrasi ,
tapi untuk negara yang hanya pura pura demokrasi , itu agak berat
dijalani , seperti misalnya jalannya RUUP yang dikatakan oleh saudara
Sugi Lanus , kalau yang tidak hadir dalam pemungutan suara dianggap
"yei or nei", itu sudah pura pura demokrasi , apalagi sampai
pemalsuan tanda tangan , itu jelas pura pura demokrasi bahkan
melanggar hukum .
Tapi begitulah yang terjadi disini ( menurut saudara Sugi Lanus )
yang terjun langsung kelapangan masalah RUUP ini.
Jadi simplenya bagi saya , kalau jalan yang diambil sudah curang
dan tidak demokrasi berarti RUU itu sendiri curang dan tidak
demokrasi, berarti juga yang ngotot membelanya adalah kelompok
curang dan tidak demokrasi , apalagi ??
salam .
--- In bali-bali@yahoogroups.com, "Gusti Ngurah Putu Sidarta Wijaya"
<ceblonx@...> wrote:
>
> Bli Nengah,
>
> voting hanyalah salah satu fitur dari demokrasi. mungkin bli Nengah
> menganggap voting adalah pemaksaan namun voting kadang diperlukan
> dalam demokrasi. ketika terjadi dead lock, permufakatan tidak
> tercapai, tidak ada pihak yang mau mengalah, "lose-lose" solution
> tidak bisa diambil, sedangkan KEPUTUSAN HARUS DIAMBIL, saya cuma
> melihat voting sebagai satu-satunya jalan mengambil keputusan.
>
> kita harus melihat konteks situasi dimana voting sering digunakan,
> jangan hanya menganalisa karakteristik dari voting saja. kalo
memang
> ingin menang dalam voting ya kumpulkan pengikut, lobbying, bikin
> agreement ato apalah, kalo voting merugikan minoritas dan yang
lemah
> berarti yang minoritas dan yang lemah harus berusaha lebih keras
dan
> lebih cerdik agar permukatan bisa dicapai dan tidak terseret dalam
> voting, bukannya menyalahkan sistem atas kelemahan kita sendiri.
>
>
> --- In bali-bali@yahoogroups.com, "Gmail" <nengah.sumerta@> wrote:
> >
> > Wuih!
> >
> > aroma balkan tercijm jelas dari tanggapanya Bli Wibi!
> > Klo sudah ada kata Harus menerima, xixixi itu sudah lebih masuk
ke
> daerah pemaksaan kehendak!, pendek kata, tidak ada penghargaan atas
> perbedaan!
> > masak 50% +1 di anggap adil, saya sich tidak melihat itu sebagi
> konsekwensi atas nama demokrasi, Ituloh, toleransinya DIMANA??
> > Pemaksaan pola pikir terhadap anak bangsa adalah salah satu biang
> kerok disintegrasi bangsa.
> > Ketika kita memahami hal itu, lalu kenapa ada orang yang tetep
> memperjuangkanya, padahal dampaknya sudah jelas: DISINTEGRASI
Bangsa....
> > so, itukah produk demokrasi yang paling demokratis??
> > Terlepas apakah itu arabisasi, ataupun balkanisasi, ataupun
apapun
> namanya kelak, jika akibat jangka panjangnya adalah disintegrasi
> bangsa, maka siapapun, rela atau tidak rela hasur berjuang
menghentikanya!
> >
> > Ingat, negara ini m\didirikan, diperjuangkan, dimerdekakan, dan
> dipertahankan Dengan Kebhinekaan,
> > Jadi jangan pernah berpikir mau memaksakan kehendak seenak
udel.....
> > Jangan salahkan Papua Minta Merdeka, jangan salahkan Aceh, Jangan
> salahkan Maluku, (Mungkin jangan salahkan Bali)
> > Jika pola pikir macam yang balkan punya masih diberi ruang gerak
di
> NKRI!
> >
> > Suksma!
> >
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: Wibisono Sastrodiwiryo
> > To: bali-bali@yahoogroups.com
> > Sent: Sunday, September 28, 2008 4:08 PM
> > Subject: [bali-bali] Re: Balkanisasi NKRI
> >
> >
> > --- In bali-bali@yahoogroups.com, "Gmail" <nengah.sumerta@>
wrote:
> > >
> > >
> > > voting ??!! itu senjata paling bodoh dan paling tidak
demokratis
> > yang saya kenal,
> >
> > Salam Pak Nengah,
> >
> > Terlepas dari apakah RUU Pornografi mau di voting atau tidak
tapi
> > pandangan pak Nengah terasa agak aneh. Memangnya Pak Nengah
mengenal
> > demokrasi dari mana? kok voting dianggap tidak demokratis.
> >
> > Voting adalah fitur terpenting dalam demokrasi, dengan fitur
ini juga
> > demokrasi menjadi punya kelebihan dibanding sistem yang lain.
Tanpa
> > voting demokrasi tak berbeda.
> >
> > Sekedar referensi:
> > http://fatihsyuhud.com/2008/09/18/pornography-bill/
> >
> > > jika perhitunganya 50% +1 trus yang 49% mau diapain??
> >
> > Kalau mau konsekuen dalam berdemokrasi maka tidak ada jalan
lain
> > selain menerima. Kalau tidak mau menerima tapi masih mau
memakai label
> > demokrasi maka inilah yang membuat kita dianggap belum memahami
> > demokrasi sehingga pihak luar merasa perlu untuk intervensi,
atur sana
> > atur sini.
> >
> > Sebenarnya sistem demokrasi cukup lengkap fiturnya. Jika tidak
setuju
> > tinggal tunggu periode berikutnya dan jangan pilih yang tidak
> > aspiratif. Cuma memang butuh waktu untuk siklusnya dan rakyat
sering
> > tidak sabar karena memang tuntunan hidup yang berat. Itulah
sebabnya
> > pilkada sering rusuh.
> >
> > Tapi memang demokrasi liberal terasa tidak sepenuhnya cocok
dengan
> > karakter bangsa dan tidak selalu memberi solusi pada problem
bangsa.
> > Karena itulah Bung Karno mencari formula baru yang disebut
demokrasi
> > Pancasila.
> >
> > Seperti apa demokrasi Pancasila masih terus berproses, tapi
yang jelas
> > demokrasi yang lebih mengedepankan musyawarah ketimbang
voting. Orang
> > sering frustasi dengan demokrasi hingga hampir hampir
> meninggalkannya.
> >
> > Wapres Jusuf Kalla pernah menuduh demokrasi tidak efektif dan
> > inefisien hingga membuat heboh. Ada satu artikel tentang
frustasinya
> > orang orang pada demokrasi:
> >
> http://indrapiliang.com/2007/12/26/catatan-akhir-tahun-kalau-bukan-
demokrasi-apa/
> >
> > Semoga bisa bermanfaat.
> >
> > Wibi
> >
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar