Benar sekali apa yang anda katakan ,memperbaiki system tersebut
sebenarnya mudah sekali , orang yang super goblog seperti sayapun
bisa memperbaiki system tersebut.
Masalahnya mereka ( yang panteknya gadang dan basah ) tidak akan mau,
kalau system terlalu transperant , jadi semua deal bisa dilacak.
You are killing them , you just take the lolly of their hand.
Contoh nyata , pengalaman pribadi ,
ketika saya jual rumah saya di Jimbaran , tiga hari sebelum bomb
kedua ( thank you very much..), saya beli lahan ( sawah sikampung ),
saya anggap diri saya orang lokal ( bojog Bali) ,saya ingin urusan
pajakanya biar rampung , sebagai orang jujur kita harus bayar pajak
kan??
Coba ngurus pembayaran pajaknya , sampai sekarang belum tuntas,
SAYA MAU BAYAR PAJAK ,tapi birokrasi kita sangat menjengkelkan.
Saya pantang amplop amplopan , juga tidak mau minta tolong saudara
lain , hanya ingin melihat permainan manusia manusia ini.
Tyang sudah kehilangan kakak yang tyang cintai , karena diracun
dikantornya , sebab terlalu jujur.
In short , we are dealing with VIP ( Very Idiot Person or Very
Imposible Person ), Anehnya .. secara pribadi mereka mereka ini baik
sekali , jadi kesimpulan saya ... pasti kursinya..
ganti semua kursi , harus di disinfectant semua hehehe....
Honestly , saya sudah bosan dealing dengan birokrasi Indonesia.
Saya tidak akan merendahkan diri kelevel mereka.
That's why i am here ...
Shanti is berkelit , dilempar bakiak van der kelompen.
--- In bali-bali@yahoogroups.com, "Asana Viebeke Lengkong"
<asanasw@...> wrote:
>
> PAJAK:
>
> Pastinya yang di bayar hanya minim sekali karena masih menggunakan
nama orang kita. Kalau mereka punya lahan dengan menggunakan nama
orang indonesia, maka pajak yang dikenakan tentunya juga minim
sekali. Yang kasian adalah apabila mereka menggunakan nama asal
saja, misalnya nama dari staff atau pembantu mereka yang
berpendapatan kecil misalnya, jadi sama sering luput pajak, sampai
suatu saat harus melapor maka si orang indonesia ini harus
mempertanggung jawabkan dari mana dia berpenghasilan sampai bisa
beli rumah lebih dari 1 juta usd.
>
> Sebenarnya sudah bagus process yang jalan sekarang ini bahwa semua
imb sudah dijalankan sesuai tata ruang, jadi sebelum ngurus imb
diminta untuk ke bagian tata ruang dulu supaya bisa di verifikasi
letak tanah dan peruntukannya. Sekarang kalau minta imb juga
petugas sudah bisa tau kalau itu mau dibangun rumah tinggal atau
pondok wisata, jadi imb akan keluar dengan fungsi yang sesuai.
Kemudian pemilik villa dirujuk untuk mengurus ijin pondok wisata.
>
> Soal pajak memang masih merupakan tantangan bagi kita semua, mau
jujur dan lapor pajak atau masih curiga dengan pendapatan pajak.
Saya juga belum begitu tau bagaimana aparat pajak ini akan mengambil
sikap dalam hal ini.
>
> Banyak juga investor yang masih ragu dengan Hak guna pakai ini
karena harus ngurus perpanjangan yang masih di curigai tidak mudah,
jadi masih banyak orang asing yang menggunakan nama orang indonesia.
>
> Sebenarnya secara hukum ya tidak ada istilah nominee itu, karena
yang jelas adalah SHM itu secara hukum hak yang sah oleh nama
pemegang SHM nya. Tapi tentunya processnya akan di buat oleh
Notaris sedemikian rupa di ikat dengan kuasa beli, jual, kelola,
malahan dengan pernyataan hutang atau perjanjian pinjaman. Intinya
adalah saling percaya. maka banyak juga kasus kalau nominee nakal
ya banyak juga yang kena tipu. Disini harus ada azas kepercayaan
dan niat baik.
>
> Untuk Tata dunia baru yang harus ada paradigma baru.. semua
tergantung dari kemauan kita semua dengan prinsip yang disepakati
bersama. Karena kelihatannya analisis ekonomi juga pada dunia maju
seperti sekarang ini harus mengarah ke perubahan secara mendasar.
>
> to be continued...
> ----- Original Message -----
> From: Darma Putra
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, February 28, 2009 7:16 PM
> Subject: Re: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali
>
>
>
> Pak Agung, Mbok Vieb dan Bli Sanat yg mulia
>
> Memang betul bahwa suka atau tidak; positif atau negatif; rebut
kavling atau mupuk kerakusan; karena kebodohan atau kecerdikan;
apakah murni urusan asing atau ada melibatkan broker lokal, kiranya
memang bisnis properti di Bali tak bisa dibendung. Apalagi, seperti
posting Mbok Vieb belakangan pemerintah memutuskan memperpanjang hak
pakai properti (propery use rights) di Indonesia buat orang asing
sampai 90 tahun, demi merangsang minat investor.
>
> Tapi, mengingat demikian tingginya harga properti di Bali,
sampai di atas 1 juta dolar AS, muncul juga kemauan bertanya: apakah
transaksi bisnis properti ini bayar pajak atau tidak? Kalau bisa
laju bisnis properti ini ditahan shg Bali tidak amblas ya tentu baik
juga, tapi kalau tidak, minimal pemerintah bisa dapat pajak dari
transaksi bisnis property. Kalau orang lokal jual sawah, ladang,
tegalan pasti kena pajak toh, bukankah begitu juga mestinya untuk
investor asing dalam bisnis properti?
>
> Dulu ada wancana gencar agar pemerintah memburu pajak untuk
bisnis-sewa villa/time sahre. Kayaknya belum berhasil, entah kenapa,
apalagi dunai transaksi kian canggih dan global serta berlangsung di
dunia maya. Ada teman keturunan Belanda, tinggal di Australia,
berlibur ke Bali dengan menyewa villa milik orang Eropa dan
melakukan reservasi lewat internet. Uang sewa ditransfer ke rekening
Belanda, bukan ke di Bali, jadi pasti luput dari pahak. Mestinya
pemerintah mengejar pajak yang begini untuk membangun Bali yg baik
bukan malah meningkatkan pajak bumi dan bangunan atau sawah ladang
yang menyulitkan hidup petani kita yang kian sulit. Atau yang
memaksa orang kita jual tanah karena tidak kuasa bayar pajak.
Cek..cek...cek...
>
> dp
>
>
>
>
>
>
> -------------------------------------------------------------------
-----------
> From: Asana Viebeke Lengkong <asanasw@...>
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, 28 February, 2009 1:20:17 PM
> Subject: Re: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali
>
>
>
> Gung,
>
> Kalau kasus KKM itu merely stupidity and greed, mau punya uang
lebih banyak tanpa harus kerja, jadi suruh orang lain, satu orang
saja yang kerja, yang mikir. Tapi kan bukan hanya di Bali saja itu
terjadi, dunia international juga ada 3 orang termasuk scandal
Medoff itu kan... dan jumlahnya bermilyar dollar sampai bank bank
juga kena... sama saja kasusnya... orang mengharap uang bikin uang,
bukan kerja bikin uang.
>
> Cari duit "ngaleh pis" bukan Cari kerja "ngaleh gae" jadi kalau
duit dicari yang pasti akan dapat dan tidak dapat tapi kalau kerja
kan pasti dapat upah.
>
> Di Inggris ada jutawan yang bunuh diri karena dia salah satu
yang kena ke tipu investasinya. .. pilihannya dia bunuh diri karena
tidak mau jadi tua dan miskin... wise choice actually if you come to
think about it.
>
> v
> ----- Original Message -----
> From: IGusti Agung
> To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> Sent: Saturday, February 28, 2009 8:16 AM
> Subject: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali
>
>
>
> hehehe... correct de mundo Vieb,
> Pak Darma yang cerdik cendikiawan , masalahnya bukan saja
> property investor dari manca negara , juga dari semeton Bali
sendiri.
> Tyang lihat kasus green belt dibagian utara jalan Prof Mantra.
> Walaupun sudah ada larangan membangun 200 meters each side of
the
> road , tapi mereka tetap saja spekulasi beli lahan disana ,
karena
> mereka tahu UU tinggal UU , amplop lebih berkuasa.
>
> Mungkin kalau dicari data sesungguhnya , setengah dari warisan
> terjual di Bali oleh semeton Bali yang kurang mampu , karena
perlu
> uang untuk yadnya ( manusa dan pitra ), seberapa mungkin untuk
biaya
> sekolah , sisanya untuk isi amplop untuk cari kerja.
>
> Jual tanah untuk biaya sekolah.. hehehe.. ini sama dengan saya
> mancing ikan awan dengan umpan tuna , apalagi jual warisan
untuk
> yadnya .Lingkaran kebodohan yang tidak putus putus.
> Setelah tamat sekolah S1 sampai S2 , kerjapun belum tentu
dapat.
> Pepatah yang mengatakan , satu burung ditangan lebih berharga
dari
> 10 burung yang lepas , jelas tidak berlaku disini.
>
> Ini sudah jelas kebodohan semeton kita sendiri , mereka bisa
beli
> karena ada yang jual , seperti baru baru ini dalam kasus KKM ,
> banyak juga yang menggadaikan tanahnya untuk invest di
koperasi
> tersebut.
>
> Tyang pernah ketemu kasus lucu dahulu, orang ini datang
kerumah
> menjual warisannya , karena ketipu dukun Banyuwangi , yang
bisa
> melipat gandakan uangnya.
> Jadi dia gadaikan warisannya di bank , untuk disetor kepada
sang
> dukun 'sakti menguwer' untuk melipat gandakan uangnya...
hihihi..
> Tololnya semeton kita , apa nggak mikir , kalau dukun ini bisa
> melipat gandakan uang , yaa.. nggak perlu uang orang lain
donk???
>
> Catch 22 , satu system yang rusak akan mempengaruhi system
yang lain,
> yang semuanya dasarnya dari kebodohan dan ketidak bijaksanaan.
>
> Kemarin ada yang tanya waktu kami mancing ,
> What's the different between porn star , prostitute and gigolo?
> Answer: porn star is more famous than prostitute , and gigolo
is
> male version of prostitute , in Indonesia we called it
POLITICIANS.
>
> shanti is lari duluan sebelum kelempar bakiak.
>
> --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, "Asana Viebeke Lengkong"
> <asanasw@ > wrote:
> >
> > P Darma Putra yang baik,
> >
> > Ini sih hanya masalah rebutan kapling saja.... sama seperti
Isu
> Israel-palestina, kalau di bali lebih ke bisnisnya... . jadi
> keniscayaan karena di bali itu laris manis....
> >
> > Amos Oz dialam bukunya How to cure a fanatic, 2002)
sastrawan ini
> memahami konflik ini :"... is not a religious war, not a war
of
> cultures, not a disagreement between tow tradions, but simply
a real-
> estate dispute over whose house this is"
> >
> > di bali juga akan terjadi begitu dengan konteks sedikit
berbeda
> karena bisniss tentunya akan berdampak ke livelyhood - dan
> ecosystem... ya yang kasian adalah orang Bali yang ignorance,
yang
> melalui system di bodohi terus...
> >
> > apa yang mesti diwariskan kepada anak cucu??? yang pastikan
kalau
> kita sudah saling bunuh karena property ya tidak ada warisan,
dan
> mungkin juga tidak akan ada anak cucu karena sudah akan punah
karena
> nggak ada makan, disengat matahari yang terlalu panas, bencana
alam
> yang tidak bisa di kendalikan atau tidak terkelola (cuman ada
UU nya
> saja).
> >
> > Penjualan property akan terus berlangsung itu kenyataannya,
para
> pemimpin kita mendukung segala investasi yang masuk tanpa laku
> verifikasi yang cerdas. Yang pasti kan harus nyetor ke partai
jadi
> harus ada komisi karena harus terpilih lagi dong.... tragis
juga
> ya.... pemimpin kita yang mestinya mengentas bangsanya dari
> keterpurukan malah menjadi penghisap kesejahteraan rakyat, dan
> keluarnya malam malam seperti drakula
> >
> > Kalau ada caleg yang bilang ah saya mau coba nggak pake
duit...
> mimpi kali hari gini.....
> >
> >
> > Jadi saudara saudara ku:
> >
> > Kita ini kan musti menjalani hidup di atas landasan prinsip
yang
> universal dan bisa diterima semuanya... jadi banyak lo
tanggung
> jawab yang musti dijawab..... . to be continued... ..
> >
> > vieb
> > ----- Original Message -----
> > From: Darma Putra
> > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Sent: Thursday, February 26, 2009 7:37 PM
> > Subject: [bali-bali] bisnis property di Bali
> >
> >
> > Yang tertarik mengamati bisnis properti di Bali, berita di
bawah
> mungkin memikat atau mengharukan. Meski dunia di ambang krisis
> global, Bali tetap dilukiskan dengan manis sehingga terus
mampu
> memikat semut-semut investor untuk memacu frekuensi jual-beli
> properti di Bali.
> >
> > Ini mungkin tanda-tanda BALI mencerminkan benarnya plesetan
> Bakalan Amblas Lantaran Investor.
> >
> > darma
> > ----------
> > sumber: http://www.business spectator. com.au/bs.
nsf/Article/ Balis-
> property-market- insulated- PM85X?OpenDocume nt
> > Bali's property market 'insulated'
> > AAP
> > Australian villa owners say Bali's property market is more
> resilient than that in their own country, as the global
financial
> crisis worsens.
> >
> > The island's villa market has experienced exponential growth
in
> recent years amid record tourism numbers, with villas in prime
> locations going for up to $US3 million ($A4.62 million) off-
the-
> plan.
> > Asia-based expatriates seeking a holiday home cum rental
> property have driven the buying. With foreigners banned from
bank
> financing, they pay cash, giving Bali some insulation from the
> credit crunch hurting other markets, property agents said.
> >
> > Major hotel projects have been abandoned, enquiries are
drying
> up and supply of villas on the market is increasing, but
there's no
> widespread panic-selling, they said.
> >
> > Half-finished estates offer the best bargains, particularly
> around the fast-growing Bukit Peninsula overlooking Bali's
famous
> surf breaks. Desperate to complete projects sold off-the-plan,
> developers are discounting villa prices by up to 20 per cent.
> >
> > Otherwise, prices of independent villas remain fairly
stable, at
> least for now.
> >
> > "Like anywhere else in the world we are feeling the
downturn,
> but the villa market is still strong," said Shush Ingram from
Bali
> Property Consultancy.
> >
> > But while wealthy Europeans, Americans and Russians sniff
out
> buying opportunities, Australians have been priced out of the
market
> following the crash in the Australian dollar.
> > Many have backed away from deals to buy villas priced in US
> dollars - now some 40 per cent more expensive.
> >
> > On the flipside, the US dollar's strength offers those
> Australians who already own Bali property an opportunity to
cash in
> and buy cheaply back home.
> >
> > "Everybody is now deciding to sell before things get any
worse,
> and because now would be nice to get some US dollars," said
Marcus
> Fenton from the Jimbaran office of real estate chain Exotiq
> Properties. He is marketing some 60 villas listed by
Australians.
> >
> > For long-term Bali residents David and Robyn Schonell, the
> currency gain is a sweetener, but their decision to list their
villa
> less than a year after finishing construction is mainly to
take
> advantage of falling values in Perth.
> >
> > "We've got no debt and we're probably going to double our
money
> here, so we can buy a property in Australia and still have
enough
> money leftover to buy a bit of land here, and do it all
again," said
> David, who runs a pearling operation in Bali.
> >
> > "We're not in any hurry though. We've got a pretty hefty
price
> on ours and if we don't sell we couldn't care less."
> >
> > The Schonell's are looking for $US900,000 ($A1.39 million)
for
> their 470 square metre house, which sits on a large block 150
metres
> from the beach in Canggu, an expatriate enclave north of
Seminyak,
> Bali's priciest location.
> >
> > Perth businessman Alan Morgan is similarly bullish about a
> project he is financing and consulting on, Batubelig
Residences
> between Seminyak and Canggu.
> >
> > He has built two villas that sold off-the-plan to
expatriates in
> Dubai and Jakarta for $US1.2 million ($A1.85 million) and
$US1.5
> million ($A2.31 million). He recently raised the remaining two
> villas by $US100,000 ($A153,964.59) each to reflect higher
> construction costs.
> >
> > "I'm not at all concerned," said Morgan. "I think Bali's
real
> estate market is holding up definitely better than Perth,
> particularly at the top-end. The average growth on land value
in
> Seminyak is about 25 per cent a year."
> >
> > Returns like that have attracted a stampede of foreign
> developers and investors over the last decade, sparking
nationalist
> outcry from community and political leaders who urge Balinese
not to
> sell ancestral lands.
> >
> > Although Indonesian law bans foreign ownership of land,
villa
> investors commonly circumvent this by using an Indonesian
nominee,
> sometimes recommended by their lawyer or adviser.
> > The nominee signs over practical control to the foreigner
> through various contracts including power of attorney and a
> fictitious loan agreement.
> >
> > Real estate agents say it's a watertight scheme. But legal
> uncertainty and corruption accompany any investment in
Indonesia,
> and there have been instances of nominees gaining legal
control of
> properties.
> >
> > Concerns have also been raised by fresh allegations that a
> business consultancy - partly run by expatriates - has failed
to
> disburse millions of dollars belonging to clients to settle
land and
> property acquisitions.
> >
> > "I wouldn't say these kinds of things never happen, but they
> aren't common and you've just really got to do your homework,"
said
> Ingram.
> >
> > But David Schonell said the returns are worth the risk.
> >
> > "Just the price of our land has gone up threefold since 2005
> when we bought it. Like any business decision, we've just got
to be
> smart about it," he said.
> >
> > "If you do it the correct way and you do all your due
diligence
> on the property, your research into the nominee and put
together all
> the appropriate paperwork, then I think it's a very secure
> investment."
> >
> > Stay connected to the people that matter most with a smarter
> inbox. Take a look http://au.docs. yahoo.com/ mail/smarterinbo
x
> >
>
>
>
>
> -------------------------------------------------------------------
-----------
> Stay connected to the people that matter most with a smarter
inbox. Take a look.
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar