There is no coincidence, everything is synchronous with every other thing. Semuanya sinkronisitas, bahkan hal-hal yang sepele dan remeh temeh en akhirnya membawa kepada keberuntungan en happy ending en living together forever and ever,... happily ever after. Itu ceritanya walau, sadly but true,... harus direvisi juga here and there sehingga akhirnya si istri punya cemceman en si suami juga punya. Cadangan nih ye! Begitu ceritanya seperti kabar burung mengenai kisah perkawinan para cinderella di Jakarta akhir-akhir ini. Denger2 mereka have already been in Heaven, ceritanya,... living happily ever after, but ternyata cuma 10 taon pertama,... after that pada nyari buah seger sendiri2... -- No problem kan? So what? That's my reply. Habis gimana lageh? Sama2 masih bisa gatel2. Tapi sama suami en istri yang original itu udah gak napsu. Jalannya udah terlalu hapal, kata si suami. Kendaraan yang keluar masuk itu2 aja, kata sang istri. So what, no problem kan? Everybody is entitled to his or own her happiness. And, somewhat somehow we COULD finally be happy. Tapi itu cerita lain lagi, sebab kali ini kita akan membahas tentang Candi Cheto en Candi Sukuh,... en bukan tentang percandian mahligai rumah tangga. We would save that for another time. Candi Cheto yang kami datangi baru saja selesai dijadikan tempat upacara. Sisa2 sesajen untuk ritual masih memenuhi candi itu dari paling bawah sampai tingkat yang paling atas. Kami melihat banyak sesajen yang unik2 which is nothing but pelajaran2 buat para umat yang mau terbuka dan membuka matanya melihat arti simbolik dari bermaca-macam sesajen itu. Yang paling menarik buat saya adalah suatu bentuk menara yang terbuat dari daging babi. Disitu juga dipajang kepala dari babi itu. Jadinya memang cute. Very cute. Asal jangan diinget aja bahwa menara "daging" itu terbuat dari hewan asli yang, tentu saja, musti dipotong dulu dan dicincang dagingnya sebelum menjadi menara yang menurut saya memang very cute itu... -- Candi Cetho memberikan kesan seperti Pura Besakih, suatu tempat untuk melakukan ritual, upacara... dan memang candi itu digunakan sebagai tempat upacara bagi umat Hindu Bali. Suatu tempat peribadatan, dan bukan semata-mata sebagai tempat yang dikunjungi turis. Sebagai tempat peribadatan, Candi Cetho is ok. Saya bisa confident bilang bahwa Candi Cetho adalah salah satu tempat terakhir di Jawa sebelum pengikut Hindu hijrah ke Pulau Bali. Itu jelas sekali,... bentuknya aja seperti Pura Besakih,... tapi dalam skala lebih kecil. Jadi, Pura Besakih yang mengikuti diagram Candi Cetho, dan bukan sebaliknya. Ada undak-undakan yang banyaknya audzubillah, etc... Bedanya, di Cetho ada arca Semar atau Sabdopalon. Itu ditempatkan di bagian tengah candi. Setahu saya, di Pura Besakih gak ada arca Semar. Di Besakih banyak pura keluarga. Di Cetho gak ada pura keluarga. So, Besakih is actually more complicated than Cetho, walaupun lebih muda. Yang menarik, Cetho sekarang, karena candinya lebih banyak mengandung bahan material baru daripada bahan asli,... akhirnya "diperindah" pula. Di bagian atas dan belakang candi yang asli akhirnya dibangun patung Dewi Saraswati, completely new and imported from Bali. Itu jadi kontroversi juga karena sebagian penganut kejawen bilang bahwa bukan tempatnya Saraswati di bagian "atas" itu. Saya sendiri berpendapat bahwa itu ok2 aja. Saraswati kan Dewi Pengetahuan, knowledge, pragmatism, kesenian, whatever that can be called as part of culture,... jadi itu ok aja. Biarpun lebih tinggi letak patungnya, itu ok aja, karena Cetho menurut saya memang tempat ritual bagi yang praktis2 saja, yang mau hidup ayem tentrem saja,... Dengan kata lain, candinya masyarakat umum yang gak terlalu perduli dengan korespondensi antara berbagai figur dewa dewi dan arah mata angin, dan simbol2 dari bermacam warna itu. So, as long as people can express their devotion and feel that they are related somehow with the Divine, it's ok toh? Mau apa lagi? Saat itu Cetho penuh dengan umbul2 sisa upacara keagamaan yang diadakan disana. Saya lihat bahwa warna kuning dipakai untuk menyelaputi sebelah kanan pegangan undak-undakan candi dari atas sampai bawah. Dan warna putih dipakai untuk menutupi pegangan undak-undakan yang sebelah kiri. (Dilihat dari arah depan seperti ketika kita memasuki candi). Well,... bukannya mau komplain, tetapi itu merupakan sesuatu yang cukup mengganggu buat saya. Kenapa? Karena saya langsung merasa bahwa itu terbalik. Seharusnya yang ada di sebelah kanan berwarna putih, dan yang di sebelah kiri berwarna kuning. Terbalik, man! Terbalik! Saya bayangkan kalau korespondensi itu benar, maka energinya akan jauh lebih kuat. Why? Karena, yang warnanya putih itu seharusnya "tangan kiri", dan yang warnanya kuning di "tangan kanan". Kalo terbalik juga gak apa2, gak ada yang komplain kok... Tuhan aja gak marah kok! Nah, sekarang Candi Sukuh. Seperti juga Candi Cetho, Sukuh terletak di lereng Gunung Lawu yang dianggap sakral oleh sebagian masyarakat. Kami pergi berdelapan saat itu. Kami tidak tertarik dengan segala macam pernak-pernik SEX dengan mana Candi Sukuh telah tersohor ke seluruh dunia. No, bukan itu yang kami cari. We knew already that perangkat sex itu cuma simbol2 saja. Simbol dari Energi Maskulin dan simbol dari Energi Feminin. Dari Yin dan Yang,... dari segala macam energi yang komplementer itu. You know yourself lah,... ada Tanah berarti ada Udara. Adi Api berarti ada Air. Semuanya itu energi, dan energi selalu complementary. Kalo gak gitu everything will be mandhek. Gak jalan. But, since everything is ok2 aja, berarti memang energi2 yang complementary itu is the rule. Gak ada lain lagi. Candi Sukuh terdiri dari tiga pelataran tertutup. Ada tembok yang mengelilinginya, dan untuk masuk ke pelataran itu kami harus melewati gapura. Gapura pertama adalah yang menurut kami very much luar biasa. You know what? ... -- Gapura pertama itu sempit sekali, dan ternyata dipagar. Jadi orang tidak bisa lalu lalang melewati gapura itu. We were very curious, kok gapura dipagerin, why? Akhirnya saya naik ke undak-undakan itu untuk menemukan sendiri what it was. Dan,... audzubillah, ternyata Penis en Vagina yang terpahat dengan sangat amat artisik en indah luar biasa di LANTAI gapura itu. Can you imagine, lantai yang dipahat dengan bentuk very realistic of alat kelamin pria en alat kelamin wanita itu? Sangat indah. Dan gak ada kesan pornonya sama sekali. Itu kan PELAJARAN SPIRITUAL. A very spiritual lesson yang diberikan secara gamblang oleh para pendahulu kita yang membangun Candi Sukuh. Di relief Penis en Vagina tergambar jalur ENERGI ILLAHI di tubuh manusia. Penisnya tergambar menjulur ke arah bawah,... dan di bawahnya adalah Vagina yang terbuka, siap menyambut Penis itu. Itu adalah jalan jalur energi Illahi di tubuh manusia. Candi Sukuh adalah sebuah Buku Terbuka. An Open Book. Candi yang berisikan pelajaran rohani tingkat tinggi. Memang dibungkus dengan simbol2, tetapi simbol2 itu begitu gamblang sehingga saya sendiri jadi heran kok orang pada gak bisa lihat yah? Candi utama di Sukuh itu berbentuk seperti piramida terpotong, dan di puncak candi yang rata itu, persis di tengahnya, terdapat Yoni yang berbentuk seperti wadah. Menurut saya, it was none other than a symbol for the Pineal Gland. Itu kan tempat Kelenjar Pineal, dan itu Mata Ketiga,... dan itu yang saya ajarkan kepada siapa saja yang bertanya kepada saya. So, setelah Mata Ketiga, there is "nothing" out there. Tidak ada apa2 lagi,... dan itulah YME. Nothing is everything. Leo Group Webpage <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. |
Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does! __._,_.___
Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar