MENGGAGAS FILSAFAT TERORISME
Seorang jenderal dikeroyok oleh 8 profesor, itu yang terjadi pada ujian terbuka Jenderal Abdullah Machmud Hendropriyono 25 Juli 2009, dalam mempertahankan disertasi Doktoralnya yang berjudul TERORISME dalam Kajian Filsafat Analitika: Relevansinya dengan Ketahanan Nasional. Mantan Kepala BIN 2004 ini, menjawab dengan lantang dan tegas, semua pertanyaan yang diberikan oleh tim promotor maupun penguji, yaitu Guru-guru besar filsafat, diantaranya Prof. Ahmad Syafii Maarif, Prof. Koento Wibisono, Prof. Syamsulhadi dan Prof. Mukhtar Syamsuddin.
Hendropriyono menjelaskan bahwa Terorisme dimulai dari pikiran manusia yang terbelah (split personality) secara paradoks, dan mereka ini bisa berkembang kemampuan intelektualnya (dengan kata lain, terorisme tidak dilakukan oleh orang yang gila) maka terorisme bisa dijelaskan, diurai secara filsafat. Adapun terorisme ini merupakan dampak dari perang Ideologi, karena orang tidak akan rela mati demi kepentingan, tapi ideologi bisa membuat seseorang mau menyerahkan nyawanya. Sedang relevansinya dengan ketahanan nasional adalah, telah terjadi benturan ideologis. Modernitas dianggap sebagai kebathilan, ini merupakan konsep yang diusung oleh gerakan Islam radikal yaitu Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan Wahabi. Gerakan-gerakan itu sudah merepotkan negara-negara di Timur Tengah dan juga sudah tersebar sampai di negara ini. Untuk itu Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar harus bisa bekerjasama membersihkan negara ini dari pengaruh aliran radikal.
Menurut mantan Pangdam Jaya ini, cara untuk menanggulangi terorisme adalah dengan cara memahami pola pikir dari orang-orang ini. Kasus Bom di Indonesia penanganannya adalah yang terbaik di dunia. Bahkan melampaui pencapaian FBI dan CIA dalam mengusut Tragedi 9/11. Dikatakan bahwa mengubah pola pikir para pelaku adalah kunci dari keberhasilan mengakhiri terorisme. Praktisnya Indonesia sangat terbantu oleh orang-orang seperti Nasir Abbas, seorang yang mau mengubah pola pikirnya.. berkat dia berapa banyak aksi terror yang bisa dibatalkan.
Solusi yang ditawarkan dalam desertasi ini adalah Revitalisasi Pancasila yang sesuai dengan Filsafat Pancasila. Itu adalah mutlak, seperti yang dicita-citakan oleh para founding fathers.. karena negara ini membutuhkan gerakan yang nyata. Harapan Hendropriyono adalah UGM harusnya punya bidang yang mendalami permasalahan ini yaitu "Filsafat Terorisme" ini dan menurut beliau memang Indonesia mumpuni dalam pelaksanaannya. UGM adalah kampus yang bisa menjaga nilai-nilai Pancasila.
Sidang yang disaksikan oleh ratusan undangan dan puluhan wartawan ini berlangsung meriah, beberapa kali audiens bertepuk tangan menanggapi jawaban-jawaban Hendropriyono yang tegas dan mengalir diselingi joke. Tampak hadir, Akbar Tanjung, Ginandjar Kartasmita, Fadel Muhammad, Permadi, Meutia Hatta, Sri Edi Swasono, Sutiyoso, Muchdi PR, Kani Ilyas, dan masih banyak pengamat politik nasional yang ikut hadir dalam acara ini.
Kejadian menarik saat Prof. Kunto Wibisono, yang pada era kemerdekaan pernah bergabung di TNI ini mengatakan bahwa baru kali ini ada pensiunan jenderal yang diuji oleh seorang pensiunan kopral. Kemudian saat Hendropriyono dinyatakan lulus dengan predikat cum laude keduanya saling berdiri dan menghormat seperti dalam kesatuan tentara, yang diiringi tepuk tangan dan senyum tawa hadirin.
Perang melawan Terorisme tidak bisa dilakukan dengan melakukan hal yang serupa. Seperti Osama Bin Laden dan George Bush, keduanya mengajak masyarakat dunia untuk terlibat dalam perang ideologi mereka. Kita beruntung dan berbangga bahwa kita punya doktor filsafat yang ke 51 yang diluluskan oleh UGM, seorang yang punya kecintaan pada negeri ini. dan seorang pakar intelijen yang mengerti seluk beluk terorisme di tanah air. Sehingga lewat pemikirannya nanti diharapkan permasalahan terorisme dunia ini bisa diakhiri mulai dari Indonesia.
Saya sangat berterimakasih kepada Guruji Anand Krishna, yang memberikan kepercayaan pada saya untuk hadir mewakili Beliau pada kesempatan kali ini. Saya merasa sangat optimis, bahwa terorisme bisa diakhiri. Apa yang disampaikan AM Hendropriyono tadi pagi, kurang lebih sama dengan yang Guruji sampaikan... Saya merasakan adanya kesamaan visi, dan juga misi dari Guruji dalam desertasi tadi. Dikatakan bahwa pengukuhan Doktoral ini, hampir sama situasinya dengan saat AM Hendropriyono masuk ke Fakultas Filsafat UGM (2004) saat itu terjadi tragedi Bom Bali II, dan saat lulus disambut dengan Bom Marriot II. Tanda saatnya kembali berjuang.. Old Soldier Never Dies..
Terimakasih Guruji..
Tunggul Setiawan
Hendropriyono menjelaskan bahwa Terorisme dimulai dari pikiran manusia yang terbelah (split personality) secara paradoks, dan mereka ini bisa berkembang kemampuan intelektualnya (dengan kata lain, terorisme tidak dilakukan oleh orang yang gila) maka terorisme bisa dijelaskan, diurai secara filsafat. Adapun terorisme ini merupakan dampak dari perang Ideologi, karena orang tidak akan rela mati demi kepentingan, tapi ideologi bisa membuat seseorang mau menyerahkan nyawanya. Sedang relevansinya dengan ketahanan nasional adalah, telah terjadi benturan ideologis. Modernitas dianggap sebagai kebathilan, ini merupakan konsep yang diusung oleh gerakan Islam radikal yaitu Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan Wahabi. Gerakan-gerakan itu sudah merepotkan negara-negara di Timur Tengah dan juga sudah tersebar sampai di negara ini. Untuk itu Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar harus bisa bekerjasama membersihkan negara ini dari pengaruh aliran radikal.
Menurut mantan Pangdam Jaya ini, cara untuk menanggulangi terorisme adalah dengan cara memahami pola pikir dari orang-orang ini. Kasus Bom di Indonesia penanganannya adalah yang terbaik di dunia. Bahkan melampaui pencapaian FBI dan CIA dalam mengusut Tragedi 9/11. Dikatakan bahwa mengubah pola pikir para pelaku adalah kunci dari keberhasilan mengakhiri terorisme. Praktisnya Indonesia sangat terbantu oleh orang-orang seperti Nasir Abbas, seorang yang mau mengubah pola pikirnya.. berkat dia berapa banyak aksi terror yang bisa dibatalkan.
Solusi yang ditawarkan dalam desertasi ini adalah Revitalisasi Pancasila yang sesuai dengan Filsafat Pancasila. Itu adalah mutlak, seperti yang dicita-citakan oleh para founding fathers.. karena negara ini membutuhkan gerakan yang nyata. Harapan Hendropriyono adalah UGM harusnya punya bidang yang mendalami permasalahan ini yaitu "Filsafat Terorisme" ini dan menurut beliau memang Indonesia mumpuni dalam pelaksanaannya. UGM adalah kampus yang bisa menjaga nilai-nilai Pancasila.
Sidang yang disaksikan oleh ratusan undangan dan puluhan wartawan ini berlangsung meriah, beberapa kali audiens bertepuk tangan menanggapi jawaban-jawaban Hendropriyono yang tegas dan mengalir diselingi joke. Tampak hadir, Akbar Tanjung, Ginandjar Kartasmita, Fadel Muhammad, Permadi, Meutia Hatta, Sri Edi Swasono, Sutiyoso, Muchdi PR, Kani Ilyas, dan masih banyak pengamat politik nasional yang ikut hadir dalam acara ini.
Kejadian menarik saat Prof. Kunto Wibisono, yang pada era kemerdekaan pernah bergabung di TNI ini mengatakan bahwa baru kali ini ada pensiunan jenderal yang diuji oleh seorang pensiunan kopral. Kemudian saat Hendropriyono dinyatakan lulus dengan predikat cum laude keduanya saling berdiri dan menghormat seperti dalam kesatuan tentara, yang diiringi tepuk tangan dan senyum tawa hadirin.
Perang melawan Terorisme tidak bisa dilakukan dengan melakukan hal yang serupa. Seperti Osama Bin Laden dan George Bush, keduanya mengajak masyarakat dunia untuk terlibat dalam perang ideologi mereka. Kita beruntung dan berbangga bahwa kita punya doktor filsafat yang ke 51 yang diluluskan oleh UGM, seorang yang punya kecintaan pada negeri ini. dan seorang pakar intelijen yang mengerti seluk beluk terorisme di tanah air. Sehingga lewat pemikirannya nanti diharapkan permasalahan terorisme dunia ini bisa diakhiri mulai dari Indonesia.
Saya sangat berterimakasih kepada Guruji Anand Krishna, yang memberikan kepercayaan pada saya untuk hadir mewakili Beliau pada kesempatan kali ini. Saya merasa sangat optimis, bahwa terorisme bisa diakhiri. Apa yang disampaikan AM Hendropriyono tadi pagi, kurang lebih sama dengan yang Guruji sampaikan... Saya merasakan adanya kesamaan visi, dan juga misi dari Guruji dalam desertasi tadi. Dikatakan bahwa pengukuhan Doktoral ini, hampir sama situasinya dengan saat AM Hendropriyono masuk ke Fakultas Filsafat UGM (2004) saat itu terjadi tragedi Bom Bali II, dan saat lulus disambut dengan Bom Marriot II. Tanda saatnya kembali berjuang.. Old Soldier Never Dies..
Terimakasih Guruji..
Tunggul Setiawan
New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar