I Made Sukasta Mindhoff dan Bali Puspa I Made Sukasta Mindhoff, demikianlah nama seorang pria asli Jerman yang saya jumpai di saat upacara pemlaspasan Pura Agung Santi Bhuwana di Brugelette Belgia . Bli Made, begitu saya memanggilnya, datang ke Pura di Belgia bersama istri tercintanya, yaitu ni nyoman suyadni. Pasangan ini jauh-jauh datang dari Koeln - Jerman ke Belgia di hari senen 18 may 2009, khusus untuk menghadiri upacara pemlaspasan Pura Agung Santi Bhuwana sedari awal hingga proses upacara selesai. setiba di pura mereka langsung turut serta membantu menghiasi Pura dengan "pengangge" hingga Pura tampak cantik dan indah. Kecintaan Made sukasta mindhoff yang sangat besar akan Hindu berawal dari kunjungannya ke bali untuk pertama kalinya di tahun 1987 ketika masih sebagai mahasiswa dengan nama asli Ralph Mindhoff. Sekembalinya ke Jerman, Ralph langsung beli tiket untuk berkunjung ke bali lagi, adapun alasannya karena sangat merindukan Bali dan orang-orang yang pernah dikenalnya selama di bali. Tahun 1988 Ralph memutuskan untuk menetap di Bali dan bekerja di salah satu Hotel yang ada di Bali. Saat itu Ralph sering pergi bersama karyawan hotel lainnya untuk bersembahyang ke Pura - Pura di Bali. Ketika temannya mengadakan upacara agama potong gigi, Ralph pun tertarik untuk ikut serta dalam upacara potong gigi tersebut, walaupun saat itu Ralph masih belum memeluk agama Hindu. Namun hati dan perasaan Ralph sudah merasa cocok dengan agama hindu dan adat istiadat di Bali. Seiring berjalannya waktu, ketika Ralph masih bekerja di Hotel di Bali dan sebagai manager restorant, Ralph bertemu dengan ni nyoman suyadni yang bekerja sebagai salah satu karyawannya. Karena seringnya mereka bertemu di tempat bekerja membuat keduanya saling jatuh cinta hingga akhirnya mereka melanjutkan ke jenjang pernikahan tanggal 18 Juli 1989 dengan upacara pernikahan adat bali. Di saat itu pula Ralph langsung memeluk agama Hindu, dengan upacara sudi wadani dipimpin oleh ida Pedanda Bagus mantra, yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Hindu Dharma Bali. Ralph pun akhirnya berganti nama menjadi I Made Sukasta Mindhoff. Menurut penuturan Made Sukasta, dalam perjalanannya sebagai seorang pemeluk hindu yang baru, bimbingan rohani ayahnda dari istri tercinta Made Sukasta, sangatlah besar, di samping karena mertua dari Made Sukasta adalah sebagai seorang Pemangku di Pura Puseh Adat Mengening Cemagi, juga karena beliau aktiv dan berdisiplin dalam menjalankan ajaran agama hindu. Setiap malam sepulang kerja made Sukasta sering diajak berdiskusi oleh mertuanya untuk lebih mengenalkan tentang ajaran agama Hindu dengan tiga kerangka Hindunya yaitu Tatwa, Susila, dan Upakara, misalnya upacara adat di bali dan mantra-mantra sembahyang dalam hindu. di tahun 1991, Karena berbagai pertimbangan dan alasan tertentu, made Sukasta akhirnya memutuskan untuk kembali ke jerman bersama istrinya membangun bantera hidup di Jerman. hingga akhirnya pasangan ini di karuniai dua putri cantik yang bernama Sri Rahayu Sarah yang terlahir di tahun 1991 dan Kadek Ratna Sari Sabrina di tahun 1996. Walaupun kedua anaknya terlahir dan besar di jerman, tradisi dan upacara agama hindu selalu dilangsungkan terhadap kedua putrinya, mulai dari upacara "nutug gambuhin 42 hari", upacara "telu bulanan" hingga upacara "potong gigi" yang akan di langsungkan 13 Juli 2009 ini di Bali. Tradisi bali Walaupun hidup di negeri Jerman yang serba modern, namun kecintaan yang mendalam akan bali dan agama Hindu membuat pasangan Made Sukasta Mindhoff dan Nyoman Suyadni Mindhoff di tahun 2001 mendirikan sanggar tari dan gamelan yang bernama "Bali Puspa" . menurut penuturan Ni Nyoman Suyadni Mindhoff, adapun alasan mendirikan sanggar Bali Puspa di Koeln Jerman adalah dengan maksud selain untuk mempromosikan kepada masyarakat eropa tentang budaya Bali juga untuk "meyadnya" melestarikan dan menyebar luaskan kebudayaan bali seperti seni tari dan gamelan dengan mengajarkannya kepada masyarakat yang ada di eropa, bahwa hari-hari yang kita lewati seyogyanya tidak hanya dengan selalu bekerja tapi juga di imbangi dengan berkesenian. Niat yang luhur untuk "meyadnya" mendirikan Sanggar Tari dan Gamelan Bali Puspa di Koeln Jerman akhirnya berbuah manis , terbukti dengan banyaknya peminat orang jerman untuk bergabung dengan sanggar gamelan dan banyaknya minat para orang tua jerman untuk mengirimkan anaknya ke sanggar tari bali Puspa untuk latihan menari di bawah asuhan Nyoman Suyadni Mindhoff, seperti tampak di foto berikut: di tahun 2004 ketika pasangan Made Sukasta Mindhoff dan Nyoman Suyadni membeli rumah di Koeln, suasana dan tradisi adat seperti di bali tetaplah di lestarikan di Koeln. Sebagaimana sering di jumpai di bali di saat menempati rumah baru di awali dengan upacara pembersihan dan pemlaspasan, upacara inipun dilangsungkan oleh keluarga Mindhoff ini dengan mendatangkan pemangku yang juga mertuanya di tahun 2005, sekaligus mengadakan upacara pemlaspasan Pura yang di bangun di dalam rumahnya, seperti tampak di foto berikut. Akhir kata, sebagai orang bali yang merantau di Jerman, saya bersyukur bertemu dan kenal dengan pasangan I Made Sukasta Mindhoff dan Ni Nyoman Suyadni Mindhoff, karena pasangan ini walaupun hidup jauh dari Bali tapi masih memegang teguh prinsip ajaran agama hindu beserta tradisi adat istiadat bali di jerman. Prinsip ajaran agama dan kebudayaan bali tidak hanya di tanamkan kepada keluarganya sendiri melainkan juga kepada masyarakat yang ada di eropa melalui sanggar tari dan gamelan Bali Puspa. saya panjatkan puji syukur kehadapan ida Sang Hyang Widi Wasa, semoga I Made Sukasta Mindhoff beserta keluarga selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Kepada pembaca artikel ini yang tertarik berkenalan lebih lanjut dengan keluarga I Made Sukasta Mindhoff dan Nyoman Suyadni Mindhoff, bisa di hubungi di website berikut: atau berkenalan langsung dengan beliau di saat berlangsungnya upacara yadnya potong gigi putri-putri beliau di denpasar bali: Waktu: Senen, 13 Juli 2009 Alamat: Banjar Mengening, Desa Cemagi, Munggu, Denpasar |
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar