- Ibu Ani Yudhoyono Yang Tangguh
- Oleh Prayitno Ramelan -
-
Seperti yang pernah ditulis Mas Wisnu Mayarisme, dikenal dua nama Ani dilingkungan istana. Yang satu dipanggil Mbak Ani dan satu Ibu Ani. Mbak yang satu itu terkenal karena di adalah Menku, pjs Menko Perekonomian. Akhir-akhir ini bahkan ada yang "memantaskannya" sebagai salah satu kandidat cawapres. Mbak yang "charming" ini sudah dibahas oleh wartawan istana yang keren dan "trendy" itu.
Kini, penulis mengangkat Ani satunya, dia adalah HJ. Ani Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Republik Indonesia.
Kenapa kok menulis tentang beliau?. Ada sesuatu yang menarik dan banyak tidak diketahui tentang Ibu Ani ini, yang bisa diteladani. Penulis sudah sejak tahun 1965 mengenalnya, dimana ayah penulis Ran Ramelan (alm) yang wartawan SK Berita Buana ditugasi meliput operasi penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah. Bang Melan begitu alm biasa dipanggil, diijinkan selalu mendampingi Komandan RPKAD (kini Kopassus) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dalam operasi di Jawa Tengah. Sehingga Berita Buanalah saat itu yang merupakan surat kabar yang paling "up to date" memberitakan hasil operasi.
Sejak itulah keluarga Ramelan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan keluarga Pak Sarwo hingga akhir hayatnya. Ran Ramelan menjadi orang yang dituakan, temen berdiskusi Pak Sarwo. Penulis kemudian juga mengenal putra putrinya yag rata-rata masih dikelas SMA, SMP dan SD. Penulis saat itu mengenal Wiwiek, Titi, Ani, Tuty, Edy, Retno yang santun, ramah dan halus, sehalus bu Sarwo, meskipun mereka dibesarkan dilingkungan kompleks militer yang keras di Cijantung.
Keturunan Pak Sarwo melanjutkan kehidupan militer, tiga dari putrinya disunting oleh perwira remaja TNI AD, kini Titi menjadi isteri Letjen Pur Erwin Sudjono, Ani menjadi istri Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono yang Presiden RI, Tuty menjadi pendamping Kolonel Pur Hadi Utomo, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga rekan seangkatan penulis di Akabri 1970. Edy mengikuti jejak ayahnya kini Mayor Jenderal menduduki jabatan Komandan Kopassus. Sementara Wiwiek dan Retno menjadi istri pengusaha dan pejabat sipil.
Kristiani Herawati Bambang Yudhoyono yang lebih dikenal dengan nama Ibu Ani Bambang Yudhoyono adalah Ibu negara ke enam RI, lahir di Yogya tanggal 6 Juli 1952, menikah dengan SBY (Alumnus Akabri Darat 1973) pada tanggal 30 Juli 1976. Ani pernah kuliah di Fakultas Kedokteran UKI hingga tingkat tiga, kemudian berhenti karena menikah. Dengan semangat "It's never too late to learn" dia melanjukan kuliahnya di Universitas Terbuka dan meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada Tahun 1998.
Ani selama bertahun-tahun dengan setia selalu mendampingi suaminya dan aktif berperan di organisasi Persit saat SBY menjabat di TNI AD, diorganisasi Dharma Pertiwi saat SBY bertugas di Mabes TNI dan Dharma Wanita saat SBY menjabat sebagai Mentamben dan Menkopolkam.
Setelah menjadi "first lady", Ibu Ani memberikan perhatian serius kepada masalah pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan. Ia juga mengkampanyekan imunisasi polio, memelopori mobil pintar, mengorganisir bantuan untuk anak-anak yang kehilangan orang tuanya di NIas dan NAD, juga ikut langsung turun tangan ketika terjadi kelaparan warga di Yahukimo Papua.
Kegiatannya dalam Program Indonesia Pintar dalam upaya memberantas buta aksara didukung oleh UNESCO, secara khusus ibu yang satu ini diundang dalam "Asia Pacific Regional Conference" di Beijing. Beliau juga mendukung ide bersama Menuju Indonesia Sejahtera. Menurut pandangannya bahwa yang disebut sejahtera adalah sudah cukup pangan, sandang, kesehatan yang baik, pendidikan yang baik, lingkungan yang sehat, cukup air bersih dan rasa aman.
Ibu Ani juga mengajak perempuan Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas diri di segala bidang kehidupan, terutama dalam bidang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup generasi yang akan datang sebagai penerus bangsa.
Kini empat tahun satu bulan sudah Ibu Ani mendampingi Pak SBY sebagai Presiden. Diusianya yang 56 tahun, dia tidak pernah mengenal lelah, tiap saat harus bergerak dari satu tempat ketempat lainnya mendampingi Presiden. Pernahkah dia mengeluh, jawabnya "tidak". Suatu hari penulis mengirim pesan Sms "ikut prihatin" saat dia terbaring sakit di RSPAD, apa jawabnya "tidak apa-apa kok Mas Ayit (begitu ia biasa memanggil nama kecil penulis), hanya capek sedikit". Eh, ternyata beberapa hari kemudian ia sudah kembali muncul mendampingi suaminya. Memang hebat betul wanita satu ini. Dia tetap Ani yang saya kenal dulu, tegar, tidak kenal lelah, ramah, tidak berubah walaupun sudah menjadi isteri pimpinan nasional.
Orang selama ini hanya melihat enaknya saja menjadi isteri Presiden, dihormati, diutamakan, tapi kita tidak pernah tahu dan membayangkan betapa lelah dan beratnya pengorbanan sebagai seorang isteri. Hari-harinya tidak putus mengikuti kegiatan protokoler. Baik kegiatannya sebagai Ibu Negara maupun kegiatannya sebagai pendamping suami. Belum lagi saat suaminya mendapat tekanan politis, didemo, disalahkan menaikkan harga BBM, jatuhnya harga saham, kemungkinan terancamnya perekonomian negara, besan yang terkena persoalan, fotonya dibakar, ancaman pembunuhan, serta seribu satu macam persoalan lainnya.
Hanya ialah yang bisa berfungsi sebagai penerima "outlet" dan menghibur sang suami. "Sabar, sabar, kita harus ikhlas, hanya Allah yang tahu pengorbanan yang kita berikan untuk bangsa dan negara ini" katanya. Percaya atau tidak, mana ada suami yang tidak sejuk dihibur seperti itu. Kalimat itulah kira-kira yang disampaikannya dalam meredam tekanan yang dialami sang suami.
Nah, kisah Ibu Ani ini pasti ada maksudnya. Ini adalah sebuah gambaran bagi mereka yang akan maju menjadi capres, apakah sudah menyiapkan dan mengukur istrinya?. Ternyata untuk menjadi isteri Presiden harus disiapkan, tidak bisa hanya karena kebetulan suaminya jadi Presiden. Ibu Ani mampu menjalaninya dengan tabah dan tegar karena ia sudah terlatih selama bertahun-tahun, melalui sebuah proses yang panjang dan berat.
Mampukah, isteri capres-capres itu nanti jadi "first lady" seperti ini?. Mari diukur lagi, jangan hanya suaminya saja yang kuat, mau dan mampu. Siapkan juga sang calon first lady tadi, bagi yang belum mempunyai pengalaman ya dikursuskan disekolah kepribadian atau apapun. Tahu bahayanya?. Kalau tidak disiapkan dan nanti si isteri tidak kuat, terus ada first lady yang stress kan lucu!!!. Benar kan kira-kira pendapat saya !. Semoga tetap tabah Mbak Ani. Salam Ayit (Pray) blogger.
Catatan ; Kalau ada yang bertanya bagaimana kalau yang jadi presiden itu ibu?.Maaf penulis tidak memberi komentar, karena suami dari presiden perempuan jelas jauh lebih perkasa kedua saya tidak mengomentari, nanti Bang Taufik marah lagi, kan repot saya.
Share on Facebook Share on Twitter
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar