Rabu, 27 Mei 2009

[bali-bali] ALKOHOL & BALI




http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=14957
Kamis, 28 Mei 2009 | BP
Kasus Miras Oplosan
Mual dan Pandangan Kabur
Denpasar (Bali Post) -
Jumlah korban keracunan alkohol yang datang ke RS Sanglah sejak Senin (25/5) hingga Rabu (27/5) kemarin menjadi 22 orang. Namun, 12 orang di antaranya telah meninggal. Sementara itu hingga Rabu kemarin total pasien yang masih dalam perawatan ada delapan orang. Sebab, ada dua pasien yang pulang paksa.

Salah satunya Yani Latuperisa (43), warga Jalan Kapten Japa, Denpasar. Ia memutuskan untuk pulang dan menjalani rawat jalan. Akibat keracunan alkohol tersebut Yani terpaksa menjalani proses cuci darah.

Sementara itu Komang Jaya Atmaja (29), warga Banjar Tegal Delodan, Tabanan yang masuk RS Sanglah, Rabu kemarin, mengaku pandangannya kabur. 'Kenapa saya tidak bisa melihat apa-apa, dok?' tanyanya pada dokter saat sampel darahnya diambil.

Menurut istri korban, Kadek Ariasih, sang suami pada Minggu (24/5) lalu sempat minum-minum bersama delapan orang temannya. Dari delapan tersebut, dua orang di antaranya meninggal yaitu Mertadana dan Komang Rai Budana, sementara sisanya masuk RS Tabanan. 'Suami saya masuk RS Sanglah karena didatangi kepala desa yang kebetulan baca koran. Ia kemudian dilarikan ke RS Tabanan dan akhirnya dirujuk ke RS Sanglah,' ujar Ariasih.

Menurut Ariasih, suaminya memang sering minum-minum sehingga ketika ia mengeluh mual dan muntah dianggap biasa. 'Jadi karena dia suka minum, muntah dan mual sudah biasa. Dia juga mengeluhkan pandangannya kabur, namun karena sudah terbiasa minum, kami kira dia hanya mabuk. Dan, akhirnya kepala desa datang dan menunjukkan berita di koran,' ujar Ariasih.

Ia juga menambahkan, suaminya tersebut minum arak yang dibeli di warung. Arak yang dibeli biasanya dibungkus dengan kantung plastik, bukan botolan. 'Katanya arak tersebut asalnya dari Gerokgak,' imbuh Ariasih.

Menurut Ariasih, suami dan teman-temannya mencampur arak yang dibeli dengan minuman lain. 'Suami saya sudah merasakan ada yang aneh dengan rasa araknya. Pokoknya tidak seperti biasanya. Tetapi karena telanjur dibeli akhirnya diminum juga,' tutur Ariasih.

Sementara itu, salah satu kerabat dari korban meninggal Tia alias Ade Wina, menuturkan Tia sempat minum arak bersama sang pacar Sabtu (23/5) lalu. Araknya yang dibeli pun ternyata bukan dari kemasan botol, tetapi dibeli dengan dibungkus plastik. Mereka meminum arak dengan dicampur minuman lain pula. Tia yang bercerai dengan sang suami empat bulan lalu dan dikaruniai satu orang anak berumur 10 bulan ini bahkan sempat jalan-jalan ke pantai Minggu (24/5) sebelum akhirnya mengeluh pandangannya kabur dan masuk RS Sanglah, Senin (25/5) yang akhirnya meninggal. (san)


--
'The greatest event of our age is the meeting of cultures, meeting of civilizations, meeting of different points of view, making us understand that we should not adhere to any one kind of single faith, but respect diversity of belief. That is what we should attempt to do. The iron curtain, so to say, which divided one culture from another, has broken down. It is good that we recognize and emphasize the need of man to regard other people, their cultures, their beliefs etc. to be more or less on the same level as our own cultures and our own civilizations. It is not a sign of weakening faith; it is a sign of increasing maturity. If man is unable to look upon other people's cultures with sympathy and if he is not able to co-operate with them, then it only shows immaturity on the part of the human individual. We need co-operation, not conflict. It requires great courage in such difficult days as the present to speak of peace and co-operation. It is more easy to talk of enemies, of conflict and war. We should try to resist that temptation. Our attempt should always be to co-operate, to bring together people, to establish friendship and have some kind of a right world in which we can live together in happiness, harmony and friendship. Let us therefore realize that this increasing maturity should express itself in this capacity to understand what other points of view are'.

-Professor Sarvepalli Radhakrishnan, philosopher, President of India, his speech for the inauguration of the The Indian Institute of Advanced Study on 20 October 1965. http://www.iias.org/


__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: