Orang kita itu sebenarnya lugu, pura-pura lugu atau emang bego beneran sih? Soal video porno Ariel-Luna Maya-Cut Tari itu masalahnya dimana? Apa ruginya untuk kita? Kalo korupsi kan jelas-jelas memang merugikan orang banyak, tapi rasanya para koruptor itu sampai sekarang belum ada yang sampe dipermalukan, dihujat dan dipojokkan abis-abisan kayak Ariel-Luna Maya-Cut Tari. Padahal jelas lebih tidak bermoral koruptor itu kan? Tapi kota mana yang mencekal mereka, melarang koruptor datang ke daerah tertentu? Mau Ariel mendokumentasikan kegiatan ML-nya sama Luna Maya kek, sama Cut Tari kek, sama puluhan artis lain atau bahkan Ariel ML sama sapi sekalipun sih itu urusan mereka. Gak merugikan siapa pun kan? Kalaupun seandainya Cut Tari ketauan sama suaminya karena berselingkuh, harusnya yang sibuk ya... suaminya Cut Tari dong. Nah, terus sekarang kalo yang jadi masalah adalah video-nya beredar, harusnya pihak yang paling dirugikan kan mereka bertiga. Ruginya masyarakat tuh apa? Ruginya dimana? Katanya bisa merusak moral generasi muda penerus bangsa, yaelah... gak usah ada video itu juga, anak muda mana sih yang belum pernah nonton film porno??? 97% anak SMP pernah nonton film porno loh. Ke warnet aja sengaja buat buka situs porno kok. Munafik banget sih... Kalo masalahnya adalah video itu sampe nyebar ke kalangan anak-anak kecil dibawah umur, ya... memang itu tanggung jawab orangtua sepenuhnya. Seharusnya memang orangtua, adalah guru pertama yang ngasih tau soal pendidikan seks pada anaknya. Sayangnya kebanyakan orangtua dan "orang tua" malah membuat seks itu jadi tabu, padahal dari dulu seks udah jadi topik yang menggiurkan untuk dibicarakan, disaksikan dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Karena memang seks itu kebutuhan dasar manusia, sama kayak makan minum. Jaman dulu, gak ada internet atau handphone berkamera, bokep stensilan tetap bisa beredar luas kok. Banyak juga yang nyalahin televisi yang katanya terlalu membesar-besarkan topik tersebut di jam-jam saat anak-anak masih melek. Kalo emang keberatan, ya gak usah nonton TV lah. Apa pentingnya sih? Kayak gak ada kerjaan lain aja. Informasi kan bisa didapat dari media lain yang lebih cerdas, seperti koran misalnya (kalo yang dibaca Lampu Merah sih emang sama juga boong yaa). Soalnya bukan apa-apa, acara-acara di televisi itu kan yang dikejar rating. Dan yang selalu menarik minat kebanyakan masyarakat kita itu ya soal seks, maka wajar sajalah jika media doyan banget nge-blow up masalah ini sampai berminggu-minggu. Dan semakin tinggi rating-nya, semakin gak penting juga informasi yang diberikan. Apalagi infotainment, gak perlu takut keabisan stok. Guru sekolah Ariel lah yang diinterview, apa urusannya coba? Kecuali kalo si Ariel ini kayak jamannya Nanda-Amet "Bandung Lautan Asmara", dimana di video mereka pakaian si Amet menunjukkan secara terang-terang kalo dia anak ITENAS. Jadi bisa dibilang, si Amet mencoreng almamater. Lagipula seharusnya tayangan semacam "buser", "termehek-mehek" atau sinetron yang menampilkan adegan kekerasan itulah yang lebih meresahkan dibanding berita soal video porno. Tapi tayangan semacam itu malah ditonton bersama-sama sekeluarga, dikomentarin lagi. Sekarang malahan polisi sibuk razia video porno, warnet-warnet yang nyimpen situs porno, handphone para pelajar... udah gitu para pemuka agama juga sibuk berkhotbah. Padahal jaman sekarang ini, bukannya arus informasi itu udah gak terbendung lagi ya? Makin ditahan, dahaga akan seks makin brutal lah. Contohnya aja turis lokal yang dateng ke Bali, salah satu tempat wisata yang wajib dan niat banget dikunjungi adalah Pantai Kuta, dimana alasan utamanya karena pengen liat bule berjemur telanjang. Ya ampun noraknyaaa... Perasaan orang yang udah tinggal di Bali biasa aja deh, nganggap mereka cuma tamu yang lagi berlibur, bukan barang tontonan. Soalnya bukan apa-apa, dari dulu tubuh manusia kan begitu-begitu aja. Yang bikin orang terangsang itu kan bukan tubuh manusianya, tapi imajinasinya. Sekarang, taruhlah informasi soal seks dibendung abis-abisan, lah... Ngeliat jempol diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah, terus digesek-gesekin, kalo emang otaknya udah ngeres bisa horni kok. Ngeliat anjing kawin aja, orang bisa onani. It`s all about imagination! Jadi apakah membendung arus informasi yang sedemikan derasnya itu adalah solusi efektif? Lantas, banyak juga yang berpendapat bahwa yang paling penting adalah mengajarkan agama dengan alasan kalo agamanya kuat, maka otak kita gak bakal ngeres. Logika yang menurut saya lebih gak masuk akal lagi. Karena paling enggak agama yang selama ini diajarkan ke saya: yang ini halal, yang itu haram... kalo ngerjain yang haram balasannya siksaan api neraka. Isinya cuma ancaman yang menumbuhkan rasa takut aja. Cuma soal punishments dan rewards dan bagaimana menyenangkan Tuhan. Kalo kita ngerjain yang dilarang, maka Tuhan murka dan kita bakal dibakar di neraka, tapi kalo kita ngerjain yang disuruh, maka Tuhan senang dan kita bakal masuk surga. Sementara yang "dilarang" sama yang "disuruh" itu abstrak tergantung pemahaman masing-masing individu. Seperti teroris yang memahami masuk surga artinya berjihad dengan cara nge-bom ratusan nyawa. Jadi yang namanya hadiah dan ancaman itu, berapa lama sih nempel di otak? Nah terus gimana dong solusinya? Menurut saya sih balik lagi ke sex education. Orangtua adalah yang pertama kali paling bertanggung jawab soal ini karena menurut saya pendidikan soal seks seharusnya sudah diajarkan sejak kecil, jauh sebelum anak-anak menanyakan soal "darimana datangnya bayi?" Memberikan informasi soal tubuh manusia secara ilmiah adalah pengetahuan yang paling mendasar karena tubuh memang bagian yang paling akrab bagi kita, milik kita pribadi. Informasi semacam itu seharusnya disebarluaskan dan bukan ditutup-tutupi. Tapi sangat sulit memberikan informasi soal seks pada anak, kalo pola pikir para orangtua -atau orang dewasa lainnya- masih "ngeres munafik sok bermoral" (maksudnya di satu sisi enggan memberikan informasi karena merasa risih dan tabu, tapi di sisi lain video Ariel-Luna Maya-Cut Tari ditonton juga, terhibur juga, tapi pelakunya dihujat juga seolah sang penghujat adalah orang paling suci di dunia). Padahal soal pendidikan seks itu bisa dimulai dari penjelasan sederhana disesuaikan dengan umur dan pengertian anak itu sendiri (masa harus gue dikte-in sih?) Misalnya, nak... secara biologis perempuan sama laki-laki itu berbeda loh. Kalo perempuan punya vagina dan payudara untuk menyusui, kalo laki-laki punya penis, makanya toilet itu juga dipisah antara laki-laki dan perempuan soalnya cara pipisnya beda. Dalam tubuh manusia ada bibit kehidupan, bibit kehidupan laki-laki disebut sperma kalo milik perempuan disebut sel telur. Sperma yang bertemu dengan sel telur bisa menghasilkan anak. Nantinya penjelasan tersebut bisa berkembang lagi. Misalnya tuh anak udah makin gede bisa dikasih tau, begini loh nak... mempertemukan sperma dan sel telur itu caranya dengan penetrasi. Tapi untuk menghasilkan anak dibutuhkan kesiapan mental antara keduanya. Kalo belum siap, bisa pakai kondom. Soalnya selain bisa mencegah kehamilan, kondom juga mencegah penyakit kelamin serta penularannya juga. Tapi meski ada kondom, sebaiknya laki-laki jangan asal celup sana celup sini, gonta ganti pasangan. Soalnya bisa bikin ketagihan dan kebiasaan itu umumnya susah dihilangkan dan tetap terbawa sampai menikah. Namanya juga nyandu. Bukan apa-apa, meski garasi satu tapi parkir sana sini alias meski punya satu istri tapi sering ke pelacur itu ruginya ya... menghabiskan waktu dan uang. Apalagi kalo punya "peliharaan", selain nambah biaya juga nambah pikiran. Nah solusi yang saya tawarkan ini biasanya akan menimbulkan reaksi berlebihan yang gak perlu dari para "ngeres munafik sok bermoral". Misalnya dengan berkomentar, "dasar bejat... kok malah ngajarin kondom ke anak-anak! Mau dibawa kemana moral generasi muda penerus bangsa ini??" Nah, maka jawaban saya adalah: "Yuhuuuu... tanpa diajarin aja, sekarang ini 62,7% anak SMP udah gak perawan lagi loh (sok atuh tanya Mbah Google kalo gak percaya). Justru dengan mengenal kondom, mudah-mudahan kasus pengguguran janin bisa ditekan dan MBA -baca: Married By Accident- bisa berkurang." Maka dari itu wahai saudara se-bangsa se-tanah air, justru karena kebutuhan akan seks itu adalah kebutuhan dasar manusia... maka berikanlah anak-anakmu pengetahuan soal seks. Kalau pada akhirnya mereka tergelincir, itu adalah pilihan mereka sendiri. Sebagai contoh teman saya, kembar identik, sama-sama cowok, sama-sama ganteng dan sama-sama doyan banget nonton bokep. Bisa dibilang nonton bokep adalah nafas mereka. Bahkan prinsip hidup mereka pun, lebih baik gak makan seminggu daripada gak nonton bokep sehari. Koleksi film bokep mereka gila-gilaan. Dari mulai seks standar (posisi normal, doggie style, 69), seks rame-rame, seks sama binatang dan bahkan hengtay pun ada. Tapi meski kembar identik sekalipun, meski hobinya sama persis... tapi pilihan hidup yang diambil jauh berbeda. Si A sekarang sudah menikah dengan pacarnya sejak SMP, sementara si B (yang emang dari dulu terkenal PK -baca: Penjahat Kelamin-) sampai sekarang masih bertualang celup sana sini dengan berbagai jenis cewek. Sebagai kata penutup, ada kejadian dimana ibu, bapak, anak, tante, om, yahh... intinya satu keluarga besar lah, yang nonton video porno Ariel-Luna Maya-Cut Tari bersama-sama, bahkan dengan anaknya yang masih kanak-kanak. Dan anak tertua lah yang memperlihatkan video itu juga ke saya. |
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar