Minggu, 22 Februari 2009

Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Mbok Vieb,
 
Tiyang kagum dan salut atas kiprah Mbok Vieb, yang bisa 1 langkah ke depan diatas temen 2x.
Tiyang telah monitor banyak langkah hasil kerja nyata Mbok Vieb yang memang dibutuhkan oleh kelompok papa atau yang tidak punya akses.
 
Tiyang sendiri masih pada grade di bawah itu karena sebagai pekerja swasta (8am-5pm) masih sangat sulit cari waktu (untungnya masih sempet curi waktu beremail ria macam ini di kantor).
Sehingga, jadi Kelian Banjar Pakraman di Margajati dengan 550 KK (125 Adat plus 425 KK Dinas di Dps) dan Pengurus Upadesa Sabha (di Br. Muncan -Kapal) saja, tiyang udah kewalahan terutama untuk ngurusin upacara kematian/ngaben, perkawinan adat, konflik keluarga (mslh warisan, silsilah keluarga, kekerasan rumah tangga, & perceraian) plus Komite SD No. 24 Dps udah cukup memusingkan, sehingga sampai tiyang pernah jadi mangku dadakan ngubur mayat karena si empunya golongan "the true poor", karena Mangku aslinya bolak-balik tiyang suruh jemput gak mau datang (yaa.. karena the poor itu). Tiyang bayaran dia cecngkreman/iuran banjar dan desa krn kasihan orang bener 2x gak punya bahkan KTP/surat pindahpun gak bawa dari Nusa Penida, anehnya orangnya juga apatis mungkin udah pasrah hidup. 
 
Bahkan karena banjar juga punya tugas untuk Jaga Baya/Panca Baya: {seperti Lindu Baya, Geni Baya, Er Baya, Blabar Agung (Bencana Alam & Musibah kebakaran/banjir), Jiwa Baya (kejahatan kemanusiaan)  dan Dura Cara Magama & Budaya (penistaan/pelecehan agama & budaya) maka karena dorongan hati nurani dan tanggung jawab sebagi orang yang dikelihkan/dituakan tiyang pontang-panting gurus warga yang kena musibah banjir spt attachment ini. Tugasnya berat juga tanpa gaji.
(dan susah cari celah bantuan ke pemerintah...cuman ada bantuan makanan, kompor, dan mie/beras macam itu, fisik rumah orang belum bisa tertangani) .
 
Selanjutnya tiyang menomor duakan kegiatan sbg pengurus Keluarga Besar Puri Denpasar (750 KK) dan Puri Belalauan Titih Dps (150 KK), kecuali urusan kematian, sakit dan perkawinan.
Dan menomortigakan, Bali Yadnya Karya (kecuali untuk urusan Subak/Padi Organik, kemitraan bantuan untuk petani dg PT. Labda Amerta Sari), Yayasan Bali Dinamis (Kapal Village Echotourism- hanya ikut-ikutan memberi pertimbangan seperti Ajik Arwatha karena yg bener 2x komitmen terjun ke lapangan adalah Alit Surasawan, Tayak dan Kadek), Swadharma Budaya Bali, Bali Asiti Jagadhita dan PO Padang Bulan (3 organisasi terakhir hanya bermondus ketemu informal malam 2x atau hari libur untuk memberikan masukan pemikiran saja/tukar info kadangkala menyimpulkan trend perdaban yg terjadi dan mencoba berteori untuk mengantisipasi trend yg akan datang....walaupun secara hukum relativitas maka semua in nisbi karena perubahanlah yang kekal).
 
Serta menomor empatkan KNPI (jujur tujuan hanya memonitor gerakan OKP warna-warni yg masuk ke Bali/Dps terutama oknum yang jadi pengurus teras yang rada ektrem/militan, sehingga secara preventif  atas pra asumsi kecurigaaan tentunya dg azas praduga tak bersalah, tiyang bisa lakukan controling (pengawasan) dan monioring (pemantauan) langsung tanpa harus nitip mata sama orang lain. Sehingga hanya pada saat urgen saja tiyang hadir.
 
Makanya tiyang agak jengkel sedikit terhdapad diri ini kok mau masuk Partai ya udah verload begini.
 
So, untuk Mbok Vieb.... tiyang sering merasa iri melihat kiprah Mbok Vieb yang cukup luar biasa...sudah melanglang Buana Bali seperti untuk urusan kebutuhan air di karangasem (kalo gak salah di Seraya yaa Mbok Vieb)..... lalu melihat investasi waktu yang begitu besar yang mana Mbok Vieb bisa terjun pas jam-jam kerja, maka tiyang beranggapan bahwa Mbok Vieb adalah Golongan Punya yang gak perlu nguber periuk nasi seperti tiyang (yg masih berfikir: "apa yg tiyang makan sekarang>?" .......... Mudah x2an banyak temen 2x yang bisa begitu seperti Mbok Vieb..... seperti beberapa dosen yang tiyang kenal yang kerjanya cuman sekali atau 2 kali seminggu (hanya pas pada jam-jam ngajar saja) sehingga lebih banyak yang ikut menyingsingkan lengan baju untuk kemanusiaan dan lingkungan walaupun sekecil apapun aksi kerja yang mampu diwujudkan.
 
Shanti lan Rahajeng Indonesia,
Wr   
 
 
----- Original Message -----
Sent: Sunday, February 22, 2009 9:13 AM
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Masa sih kita ini banyak orang pinter yang duduk di kampus, para akademisi yang bisa melakukan kajian dalam proses perencanaan dengan segala impactnya?

 
Benar, di negeri kita ini memang banyak orang pinter, dari gelar S1 sampai S3 sudah tak terhitung, barangkali kalau ada lembaga mengelenggarakan program S7 pasti sudah ada yang dapat memiliki gelar itu.
 
Tapi ini kan baru urusan otak kiri semata. Otak kanan? Masalah bangsa kita saat ini adalah masalah yang berurusan dengan otak kanan. Celaknya pendidikan kita sampai saat inipun belum menyadari hal ini. Tapi apakah kita mau putus asa. Tentnu tidak kan.
 
You Mbok Vieb, have shown us they way. You lead by example. Orang-orang seperti Mboklah yang dibutuhkan negeri ini. Orang2 yang telah tidak lagi mengkotak2an manusia dalam praktek. Itulah kesadaran holistik.
 
Tanpa kesadaran holistik apakah mungkin ada perencanaan holistik, tentu tidak. Terus melihat kedaan demikian apakah kita akan masa bodo, tentu tidak. Mari kita laksanakan kewajiban kita masing2 dengan dengan spirit kesadaran holistik ini.
 
Selamat berkarya....
pk
 


--- On Sat, 21/2/09, Asana Viebeke Lengkong <asanasw@indo.net.id> wrote:
From: Asana Viebeke Lengkong <asanasw@indo.net.id>
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?
To: bali-bali@yahoogroups.com
Date: Saturday, 21 February, 2009, 9:52 PM

SOAL TANAM POHON, tanam yang sekiranya tidak akan di babat lagi, atau dengan perencanaan pohon yang cocok untuk kurun waktu tertentu.  Pembangunan di daerah Badung itu keniscayaan. .. terus berjalan... sayangnya tanpa rumusan dan perencanaan yang holistik, jadi tanam lagi 10 tahun babat lagi.
 
Masa sih kita ini banyak orang pinter yang duduk di kampus, para akademisi yang bisa melakukan kajian dalam proses perencanaan dengan segala impactnya?
 
Dalam hal ini masa sih KNPI Dps tidak bisa melibatkan pihak terkait?
 
apanya yang hebat aku??? dari pusat sampai daerah selalu bilang aku sulit, tidak di pahami wah lengkap deh beserta dengan World Bank dllnya... malahan aku pernah di bujuk katanya sudah tidak pantas untuk di masyarakat, dan harus di tempat lebih tinggi... mana tempat lebih tinggi ya...bingung aku, aku ke Br. Madia di gunung Abang (udah tinggi lo), malahan lihat yang lebih parah lagi...
 
OK aku sulit mungkin ya... tapi akhirnya Anantara di Seminyak harus di bongkar juga kan... pertamanya aku disuruh tutup mulut..... Loloan Yeh Poh mau di urug lagi kan.... masyarakat waktu itu di bujuk suruh PTUN kan Pemerintah.. . wah baca di koran nggak hari ini semua kasus hukum di PTUN dg Kab. Badung.... semua Kab. Badung yang menang... padahal kita waktu itu tidak perlu PTUN kan, yang punya masalah itu bukan masyarakatnya. .. tapi investor dengan pemdanya.... kok masyarakat yang di ceburin untuk menggugat? hari gini.... kita masih di bodo in aja????? Met ah... hehe
 
v
----- Original Message -----
From: wiranata
Sent: Saturday, February 21, 2009 6:55 PM
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Wuiih huebat Mbok Vieb...enyen tusing nawang Mbok Vieb he he...
 
Maju terus Mbok Vieb...
 
BTW, KNPI Dps Jumat depan mau nanam Majegau dipinggiran kali Badung ada yg mau ikut atau berikan bibit lain atau ngusulkan ide sesuatu yg lain... soalnya waktu ini pohon2x dipingiran DAS itu dibabat. 
 
Wr
 
 
----- Original Message -----
Sent: Monday, February 16, 2009 6:55 AM
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Saya sepakat sekali dengan Sugi lan Bagus Lanus, tapi mungkin juga karena saya orang lapangan, apa yang saya pikirkan saya buatkan strategi dan langsung ke lapangan target, assessment, usul program, implementasi, monitoring.. . jadi apa yang dibuat dapat di ukur....
 
Mungkin ada yang perlu di pupuk di BOS ini, yaitu komitment yang ada kekuatan will, dan konsistensinya. .... dan ini tergantung dari power of the publik idea dan para tokoh BOS nya sendiri..... atau semua mau jadi BOSS... heheheheh jangan marah ya....
 
vieb
----- Original Message -----
Sent: Wednesday, February 11, 2009 6:40 PM
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Suksma bli Wir, luar biasa menendang, ten ngidang munyi napi 15 menit tiang seusai membaca email padat menusuk ini. Email semacam ini yang saya tunggu. Ada lagi yang lain? Kebetulan saya sedang terus merenung bagaimana Bali Open Society punya fokus. Buat teman2 yang ikut pertemuan di Sanur, saya bukan sengaja tak mengirimkan/ menulis notulensi pertemuan, tapi setelah saya tulis catatan2 dari pertemuan di  Sanur itu, dan saya baca, saya merenung: Sebuah kelompok rasanya sulit menyumbang sesuatu kalau "belum bertemu jalan/cara"  yang sistematis.
 
Suksma,
SL
 

From: wiranata
Sent: Wednesday, February 11, 2009 2:14 PM
Subject: Re: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Bli. SL,
 
Tiyang sangat setuju atas usulan Bli, malah bukan hanya membuat proposal yang sifatnya temporer menurut aktualitas urgensi pada saat itu, tapi lebih jauh dalam rangka konsistensi yang berkelanjutan dengan cara membuat sebuah organisasi kontra-birokrasi yang teradvokasi yang notabene adalah organisasi publik nirlaba  dengan simpul-simpul sampai di banjar-banjar di seluruh Bali, sehingga nantinya diharapkan mampu memilah-milah benang kusut pencampur-adukan antara tujuan ekonomi dengan demokrasi dalam ranah administrasi negara dengan politik, yang mana tiyang lihat perlu adanya reorientasi, restrukturisasi dan aliansi atas keberadaaan organisasi pulik yaitu Pemda Bali dan Kabupaten/Kota yang ada di Bali. .
 
Selama ini keberadaan organisasi publik yang namanya Pemerintah lebih cenderung diartikan sebagai Sub dari Paham Integral Ketatanegaraan yang bersifat (i). Simbolik & Ultimate <Esensi, Final & Vital>, (ii). Monopoli, dan (iii). Eternalitas(ke-Langgeng- an) dan sangat An Sich bagi kemanusiaan itu sendiri (penduduk yang diwilayahinya) , sehingga dalam rangka Optimalisasi tidak muncul Achievement yang bersifat Meritokrasi (pretasi -> kebanggan kelompok PNS untuk berbuat yang terbaik -> budaya/institutional culture yang promotif konstruktif berorientasi hasil yg efektif-produktif) yg mana malah selama ini proses yang terjadi cenderung mengarah untuk memenuhi dan melayani kepentingannya sendiri (red. bisa dilihat dari betapa besarnya Pendapatan Negara/Daerah yang tersedot oleh Pengeluaran Gaji & Tunjangan PNS/tenaga honorer dan Belanja Rutin sehingga hal-hal yang menstimulasi pembangunan malah di-nomorduakan) yang bahkan untuk memenuhi kepentingannya sendiri mereka cenderung manipulatif dengan tehnik yang secara operasional empirik sangat sistimatis makin canggih tak kentara sewaktu diaudit).
 
Memang cukup sulit bagi kita berbicara hal yang bersifat Paradoks antara dua sisi yang cukup bertentangan yaitu kebutuhan Diamteral dan Fungsional, tapi itulah Dinamika Binner/Rwa Bhineda yang telah mampu dilewati oleh negara yang sudah Shanti (Damai), dan Gemah Ripah Loh Jinawi (Makmur-Sejahtera) , seperti Norway, Swiss, Singapura dllnya
 
Secara umum dari sisi Kinerja Peradaban Kemanusian dalam Rangka Memanusiakan Manusia sekaligus Konservasi Ekologi, maka jelas sangat memalukan hasil laporan UNDP per 18 Desember 2008 bahwa HDI (Human Development Index) Indonesia berada pada peringkat 109 di bawah Lebanon, Gabon, Samoa, Srilangka dan Filipina, padahal kita selalu 3 besar di bidang hasil-hail tambang dan hasil bumi seperti Gas Bumi, Batu Bara, Timah, Bauksit, Nikel. Karet, Kelapa Sawit dllnya.
Di sisi lain, Bali yang PDBnya 47,8 T (khususnya  22 T dari Pariwisata) hanya kecipratan Trickle Effect Down sebesar 8,6%, (557 M) walaupun ditamhah pengelabuan tambal-sulam sebagai pemanis dengan anggaran BOS sekarang di-2009 ini dikucurkan 286 M yg juga rawan penyimpangan dan juga ada kecritan BLT, tapi alokasi ini masih sangat jauh Panggang dari Api.
Dengan on average per kapita US$ 1,380, maka bagi Pusat untuk Bali dianggap sudah cukup, tetapi ini masih jauh dari posisi untuk mnciptakan masyarakat kelas menengah lebih banyak seperti gambar belah ketupat (bukan seperti yang sekarang ini gambar piramida..dibawah yang miskin yg banyak), karena untuk menjadi kelas menengah maka standarisasi pendapatan perkapitanya adalah US$ 4,000. Sehingga di Bali itu yang terbanyak adalah Masyarakat Bawah (Bawah, Miskin, dan Sangat Miskin), apalagi  kalau "hitungan kritis" atas terlepas/dijualnya tanah warisan leluhur sehingga dikuasai oleh penduduk luar daerah dan ada juga asing, maka tambah miskinlah penduduk Bali ini (terlepas dari abrasi mental berupa akulturasi prilaku Konsumerisme dan Hedonisme masyarakat).
Australia pinter berikan cuman Hak selama 90 atau 99 tahun sehingga tanahnya kembali ke Great great grand children/pada cucu kumpinya nanti. 
Padahal di Indonesia dengan pasal 33 kan tidak ada Hak Milik Absolut karena yang ada cuman Hak Negara, sehingga penduduk pendatang dalam rangka kemampuan kapitalnya (baik perseorangan/ pribadi, kelompok maupun atas nama perusahaan) tidak memungkinkan dengan alasan Hak Azasi untuk memiliki Tnaha Bali secara absolut, inilah Konsep Ajeg Pertiwi Bali, untuk a True Living Bali yang sejati. (masyarakat kita dibodohi bahwa ada Hak Milik/Freehold , contoh coba ada kandungan emas dibawah tanah kita pasti diambil pemerintah, lain dengan hak milik di USA mereka bisa langsung menambang sendiri) 
Yang perlu ditangisi lagi adalah dari sisi Ekologi yang jelas wilayah Hijau/hutan cuman 22% (harusnya minimal 30%) ditambah lagi setiap tahun terjadi konversi lahan sebesar 100 hektar.
 
Logika macam apa ini secara porsi dan proporsi tidak proporsional dapat "100" diserahkan cuman "9".
Macam apa ini Demokrasi Tirani-Hegemoni- Dominansi- Mayoritas yang berakhir dengan Voting (Suryak Siyu) jelas akan memarginalisasikan daerah di Indonesia macam Bali, maka sudah waktunya mengembalikan rel republik ini pada Demokrasi Pancasila yang secara tidak langsung adalah terjemahan dari Antrokrasi dengan Sila ke-4 "kemufakatan" (Briyuk Semanggul) berdasarkan Tri Pramana yang bisa diparalelkan dengan UUD 45 Pasal 28 dalam kerangka "Protektif Sinergis" menuju Konkordia (yang yang sebenarnya hal itu bukan Utopis belaka.
Maka Globalisai (dengan konsep ke-Semestaan dan ke-Terbukaan) malah disisi yang lain sangat riskan terkena koplikasi akut karena dengan konsep "borderless" antisipasi Tribalisasi tidak bisa dilakukan secara prepentif yang akhirnya memicu tindakan Matulatif (Perselingkuhan Trans-seksual Geo-Politik, Geo-Ekonomi, dan Trabalisasi/ Primodilisme) seperti perpecahan Negara besar menjadi Negara Kecil seperti yang terjadi di Eropa Tiimur khususnya Sovyet dan juga Indonesia udah kena imbas untuk TimTim dan juga adanya sporadis duplikasi multilevel Terorisme.
Kita lihat 4 komponen yang disoroti oleh Obama pada pidato ingurasinya yang mana 2 hal terkahir yang tiyang tekankan : (i) Restorasi Iptek dan (ii). Transformasi Pendidikan menuju New Era (3 kata kunci Restorasi, Transformasi dan New Era).
Maka tiyang secara pribadi berpendapat bahwa selanjutnya dari Masa Globalisasi menuju Transisi ke Pasca Gobalisasi, sepertinya menurut prediksi tiyang disatu sisi tetap bejalan "Keterbukaan" tersebut tetapi dilain Pihak bentuk Kompromisitis dari Globalissai melawan Tribalisasi akan terjadi Regionalisasi.  
 
Para Elit itu secara empiris perlu diajarin gimana rasanya mekente/puasa hidup pas-pas jual godoh dan es mambo, bagaimana perasaan rakyat kecil dag-dug-ser gak bisa bayar hutang berkeinginan bunuh diri. Inilah esensi memanusiakan manusia. (Kontra-indikasi dengan Kononglomerat yang malah mau "Siapa yang saya makan hari ini dan besok".     
  
Segitu dulu ocehan ngalr ngidulnya tiyang inggih...Bli SL.
 
Pokokne tiyang mendukung..ajak bareng besik...
 
Peace & Bravo Indonesia
 
Wr
 
 
----- Original Message -----
From: Sugi Lanus
Sent: Saturday, February 07, 2009 9:33 PM
Subject: [bali-bali] Rumuskan keluhan (RAKYAT BALI), atau terus menepuk angin?

Dear All,
 
Mengeluh tentang nasib bangsa (dan Bali) tentu penting. Tapi kalau terumuskan menjadi usulan formal, seperti surat kepada Gubernur atau DPRD, akan lebih baik.
 
Yang membuat pemerintahan kita lamban, salah satunya ya mereka yang pintar justru tidak masuk politik, akhirnya yang mengisi ruang DPR-DPRD dan partai ya semua preman.
 
Itu pengamatan dan pengalaman saya (kebetulan pernah menjadi reporter/wartawan, tidak lama hanya 3 tahun) mengikuti beberapa kongres partai dan rapat-rapat DPRD. Sedih menyaksikan reformasi menemu jalan buntu. Saya lelah mengeluh dan menulis, coba banting stir. Saya belajar kebijakan publik, lewat berbagai kursus-kursus dan studi banding. Dengan berlatar sastra saya melintas ke ranah politik. Pengalaman saya selama 6 tahun menjadi fasilitator kegiatan-kegiatan DPRD adalah lemahnya kemampuan anggota merumuskan masalah menjadi produk regulasi. Mereka juga lemah menjalankan peran pengawasan terhadap para eksekutif.
 
Eksekutif adalah pekerjaan karir (mereka pegawai negeri yang tahunan mengertakan tugas-tugasnya termasuk mahir melakukan mark-up dan tipu-tipu anggaran), sementara legislatif (mereka kebanyakan politisi kagetan yang baru muncul fotonya di perempatan jalan saat pemilu, tak tahu urusan riil pemerintahan dan kebijakan publik, baru belajar apa itu legislatif kalau telah terpilih dan menjabat, celingak-celinguk tak ngerti tugasnya), jadi biasanya selalu kalah pintar legislatif (DPRD) dibanding staff Bupati/gubernur. Kebanyakan kebijakan dan budgeting di provinsi dan kabupaten di Indonesia ini adalah insiatif eksekutif, jadi ini cerminan kalau wakil rakyat tak mampu menyuarakan kepentingan rakyat/konsituen/ pemilih mereka. APBD kita dimana-mana ditentukan eksektutif dan DPRD hanya ketok palu. Semestinya mereka awasi dari tahap perencanaan keuangan sebagai bagian pengawasan dini terhadap kemungkinan kebocoran uang rakyat. Dstnya.
 
Umumnya, anggota DPRD tak paham tugas pokok mereka sampai 3 tahun menjabat baru mulai paham, dan ketika pada tahun ke 5 mereka agak paham tugas mereka, tapi skill pupus karena kebanyakan rontok tak terpilih lagi dan diganti anggota-anggota baru. Demikian lingkaran setan itu tak berkesudahan. Anggota DPR yang agak mulai paham tugas mereka digantikan oleh anggota baru yang masih tulalit.. Tak hanya itu, pahampun tak menjamin mereka untuk memperjuangkan nasib masyarakat. Ini urusan lain, moralitas dan integrity mereka. Terlebih mereka yang menghabiskan banyak uang untuk perolehan suara, mereka ingin balik modal.
 
Saya harap teman-teman bisa merumuskan keluhannya menjadi butir-butir masukan ke eksekutif dan legislatif. Menjadi sebuah pengaduan yang bisa di-follow up, dan kalau memang mau berhasil, pengaduan dan usulan tersebut harus diadvokasi atau dimonitor perkembangannya. Tak ada harapan perubahan tanpa keterlibatan rakyat yang konsisten dan mampu menyuarakan kepentingan rakyat secara cerdas.
 
Kalau bukan rakyat yang cerdas-cerdas turun tangan membantu pemerintahkan kita (yang beres), ya kita harus sabar (terus mengeluh) menunggu perbaikan sampai 50 tahun lagi. 
 
Salam hangat,
Sugi Lanus


New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: