Kalau saya masih boleh tambahkan, kita perlu meng-"kampanye"kan agar upacara "berbaten-ria" yang bertele-tele tersebut / upacara yang jor-joran tersebut (yang bisa menghabiskan biaya milyaran rupiah) -- ini karena ada bias antara "adat " dan "agama", juga faktor gengsi -- bisa disederhanakan tanpa menghilangkan esensinya.....sehingga bisa menghemat resources (tenaga, waktu dan biaya)....dan resources tersebut bisa dialokasikan ke hal-hal yang lebih perlu, misalnya: biaya pendidikan.
Saya pernah berdikusi tentang hal ini dengan seseorang, beliau jawab: " Dik...., dalam upacara agama itu tidak ada yang namanya prinsip ekonomi "give less, take more", itu tidak berlaku, kalau sudah perlu....sawah warisan pun bisa dijual untuk biaya memuput upacara". (Wah....wah...wah...., agama dan adat membuat penganutnya menjadi tambah miskin/meralat, karena apa? karena modal dasarya "capitalnya" sudah dijual ...karena faktor gengsi....sehingga tidak punya pokok produksi lagi).
Sewaktu Ibu Gedong Bagus Oka (alm) masih hidup, beliau sering mengkamapanyekan hal ini, tetapi rupanya tertelan arus. Saya juga pernah lihat Dharma Wacana di Bali TV untuk kampanye yang serupa....ada dampaknya pada lingkungan kecil, tetapi masih temporer. Intinya adalah: bagaimana menyeimbangkan tatanan "horizontal" dan "vertikal"?. (Spiritual / religiositas paang mejalan, seni mebebantenan paang mejalan, komunikasi paan mejalan, dlsgb.).
Mungkin yang lain ada punya solusi yang lebih bijaksana?
Demikian komentar, terima kasih
BS
Cok.... ada sisi benernya dan ada juga ada sisi tidak benarnya, karena overgenerlize sebuah kebiasaan di suatu tempat (mungkin di salah satu puri terutama kebiasaan kaum ibu-ibu bergosip maka hal itu bisa dikategorikan benar), tetapi kalo kita membuat hal-hal positif secara humanis untuk internal keluarga besar maka hal itu menjadi hal yang konstruktif & promotif terlepas kita sebagai pihak yang ngayah juga kadangkala disakiti oleh keluarga.Tapi dalam ngayah dimanapun kita juga harus berani berkata jujur menanggapi atau melakukan sesuatu hal termasuk karya adat walaupun itu tidak mengkuti arus sehingga tidak populis di mata warga/keluarga.Di lain pihak, wong yg namanya keluarga pasti karakternya macem 2x, nah... disanalah diuji ketahanan kita atas kondisi keluarga dengan variabel "jele-melah-aget-lacur", jadi dikotomi 50% "jele-lacur" & 50% "aget-melah" keluarga harus kita terima karena banyak juga keluarga kita yang oportunis dan serakah, dan kita harus terima itu karena konsekwensi jadi pimpinan keluarga adalah nganggon "bebek muani", tusing metaluh maan tain-taine dogen.Apalagi kalo kita bercermin pada konsep "suka-duka-lara-pati", maka konsekwensi penerimaan "jelek" (duka-lara-pati) yang 75% harus kita terima, dan "suka"-nya hanyalah 25%. Akhirnya bagi tiyang pribadi "ngayah" adalah panggilan pribadi yang tidak perlu diributkan dengan orang lain, karena mungkin saja ada kelompok orang-orang yang memang mempunyai "bakat-minat-usaha" untuk ngayah dengan segala resikonya. Itulah hakekat nganggon bebek muani.Sebagai contoh sewaktu Rangkaian 100 Tahun Puputan Badung diadakan setelah Maligya Ngeluer (Mamukur Utamaning Utama), lalu didakan Karya Tawur Agung Lebur Sangsa (hakekatnya untuk melebur Anomali-Entropi khususnya untuk Gelombang/Frekwensi Negatif dan sering hanya diterjemahkan sebagai Roh Gentayangan/Arwah Pensaran atau "Bhuta Cuil" ) yang bobot sekelas dengan Kari Phubaya atau Wana Kerthi (serupa tapi tak sama karena beda jenis dan sifat karyanya), disanalah tiyang ngotot agar semua pihak (Puri, Prawartaka/Panitia, para penyokong-Braya padahal dalam Panitia masuk IB. Yuda Triguna & IB Sudharsana), maksud tiyang beryandnya dengan landasan Sastra yang jelas merunut konsep Sruti-Smerti-Itihasa- Purana-Tantra-Darsana atau yang sering didengungkan oleh Ida Peranda Made Gunung : Sruti-Smerti-Agama-Sila-Acara-Atmanastuti.Atau secara tradisional kita kenal dengan Catur Dresta: (i). Purwa/Kuna Dresta yang melahirkan Ayuawera/Ajewera, Gugon Tuwon, Nami, Mule Keto akhirnya bisa 2x menjadi budaya "koh ngomong", (ii). Desa Dresta (Desa Mawa Cara/Desa Ngawa Cara - sesuai Tempat), (iii). Lokha Dresta (Dimensional manut Aab Jagate), dan (iv), Sastra/Agama Dresta, tiyang minta mengutamakan Sastra/Agama Dresta kemudian ke-2 Lokha dan Darsana sehingga Adnyana/Jnana/Penglogika untuk mengkalkulasi karya secara wikan & pradnyan (arif dan bijaksana) bisa dilakukan, sehingga tidak hanya euforia berbanten ria berlandaskan Purun-Prasidha saja, dan selanjutnya secara sekuler/nyata kita mempunyai titik koordinat dengan vektor yang jelas sewaktu membuat karya yadnya termasuk hakekat Simbolisme-Pratiwimba dari upakara banten itu sendiri (Tri Angga: (i). Murdha/Kepala:berbagai Pras Daksina & Pejati plus santun & pesucian (linggih Sinar Suci Tuhan), (ii). Madya/Badan Tengah: berbagai Sesayut, Tebasan & Reringgitan:hakekat apa yg kita haturkan dan mohonkan, dan (iii). Suku/Cokor/Sor:berbagai tingkatan Caru yang dipersembahkan kepada Rencang (Malaikat Atas dari Malaikat Murni: sebutan Ratu seperti Ratu Ngurah Sakti) & Ancangan (Malaikat dari jin-jin yang beragama/mukmin yang diangkat dan diuji oleh Beliau : sebutan Jro sperti Jro Nyoman Sakti).Bahkan di luar forum, tiyang masih dengan keras mengatakan bahwa banten itu bagian dari kristalisasi akal budi untuk menghadap Beliau, tapi yang lebih penting adalah bagaimana Tri Pramana kitalah yang harus diasah dari sisi vektor negatif : Tri Mala menuju faktor positif : Tri Kaya Parisudha.Hidup dengan cara "floating-coordinate" (koordinat mengambang) dan sedikit-sedikit lari ke metafisik agama adalah tindakan yang tidak cerdas dan tidak arif sekaligus pencerminan dari mental tempe inlander (sehingga banyak yang agak tersinggung waktu itu) karena berharap secara utopis dengan berdalih invalid pada Jaman Kali Yuga/Jaman Goro-Goro/Jaman Edan itu bagi saya tidak benar apalagi ditambah pemeo menunggu Pangeran Satriyo Pininggit adalah hal yang mendegradasi dan mendekandenasi aspek-aspek kehidupan kita. Seharusnya kita malu kalo bercermin dengan negara tetangga seperti Singapura.Nah itulah sedikit kiprah tiyang yang walaupun capek dan enggak dapat apa-apa secara materi yang penting kita udah berusaha dan kalo kita lihat Orang Maha Besar seperti Yesus, Budha, Muhamad, Begawan Wiyasa (terlepas ada yang menamakan personal God, Messenger, Nabi, Rasul) dllnya maka caru pengorbanan diri mereka adalah kebesaran, kemuliaan, kasih dan ketinggian tingkat humanisme yang sejati. Kalo kita bisa ngekor se per sekian trilyun dari attitude, behaviour and good-deeds beliau-beliau itu, maka bersyukurlah kita akan itu.Hakekat ini dengan indah dikiaskan oleh Anand Khrisna bagai laron-laron yang mencari panas lentera dan mati dengan kegairahan sinar panas lentera begitulah ahakekat kita mencari Sinar Tuhan menuju Tuhan.Carilah orang-orang yang berjiwa ngayah (terlepas dari adanya probabilitas perubahan artnya karakter manusia itu bisa berubah).Semoga dengan Mona Brata yang merupakan wujud Susila-Sesana Mulat Sarira pada hari Raya Nyepi nanti mampu mengarahkan kita menjadi manusia yang manusiawi.Beh...nyerem-nyereman ortane Wr ini....Apang ade dogen ortang.Monto malu.Wr.----- Original Message -----Sent: Saturday, February 21, 2009 4:43 AMSubject: [bali-bali] Re: Banjar Suka Duka Krama Bali - Los AngelesQuote:
"... hubungan di rumahnya apa dia kanggoange ken nyaman-nyamanne..."
Gak relevan.
Tau sendiri lah, keluarga (apalagi keluarga besar, apalagi yang
lingkungan "puri" ho ho ho... so blue blood laaa) is hard to please.
you can't please everyone, (and you shouldn't). Dari situ muncul
budaya gosip, sok ngejudge, holier-than-thou, etc.
Kalau si calon memutuskan to ditch all that shit, so that he / she can
focus on what matters (dan konsekuensinya tentunya "sing kanggoange
ken nyaman-nyamanne (extended)"), emang lantas dia gak layak?
-Raka-
--- In bali-bali@yahoogroups.com, "wiranata" <wiranata@...> wrote:
>
> Rahajeng Pak Made Sutjita,
>
> OM Suastiastu,
>
> Om Awighnam Astu Nama Sidham.
>
> Swasti Prapta antuk Gargita Manah, Lila Cita, Angayu Bagia, indik
Ngewangun Banjar Suka Duka Krama Bali Los Angeles ring Dura Negara
ring Amerika Serikat risejeroning Gegotran Pamupulan Pawongan,
(yadiastun ring Palemahan durung madruwe Genah Bale Banjar pinaka
angge Sarwa Guna Graha, naler ring Pahariyangan Palinggih Ida Bagawan
Penyarikan manut Tri Hita Karana).
>
> Dumadak Dumadik Ida Hyang Parama Kawi micayang Teja Baskara Suci
Nirmala lan Asung Kertha Wara Nugraha risejeroning Banjar Suka Duka
Krama Bali Los Angeles, turmaning Dumogi Prasidha Tata Titi Pemargi
Parikrama Bebanjaran (Nyanggra, Nyiwi & Ngaskara melarapan antuk Catur
Dharma Sesana ) memargi Antar, Galang Apadang, Asa-Asih-Asuh,
Salunglung Sabhayantaka, Paras Paros Sarpanaya, turmaning Puput
Sidhaning Sidhon Labda Karya manut Ageming Patitis Prayojana
sampurnaya kabawos Graha Jagadhita.
>
> Om Shanti-Shanti-Shanti Om
>
> Pakeling (Paweweh) :
> Catur Dharma Sesana: 4 P :
> (i). Purun:EQ: Jengah Prawira,
> (ii). Prasidha:PQ Mededasar antuk Sarana,
> (iii). Pantes:IQ Pradnyan/Wikan: Mind-Set/Think-Tank/Know-How,
> (iv). Patut: SQ: Religiositas : Bakti Lascarya/Devotif, Mulat
Sarira/Kontemplatif, Betel Tingal - Raj Marga - Raj Yoga/Meditatif
Transcedental.
>
> Inucap kebawos jangkep sampurna nyikiang Angga Sarira (Fisik) -
Antakarana (Mental) - Suksma Sarira (Spritual) ketah kebawos:
> (i). Spritualis: kesadaran atas bersifat Religiositas secara
Metafisik & Kosmik
> (ii). Idealis: Konseptual (Mind-Set/Think-Tank,know-How )
> (iii) Strategis : Strukutural Formulatif (Action Plan by blue print
of Smart Steps to optimize synchronized synergies for final
achievement of performance).
> (iv). Pragmatis: Operasional-Implementatif secara Sekuler.
>
> Sinampura niki manah "nirnaya" titiang newek
(pendapat/opini/hipotesa/asumsi sendiri), ampura niki dereng mewasata
"anunama nigamana" (kebenaran yang sasih terujikan), niki wantah
saking kristalisasi, akumulasi, baik dari empriris, otodidak
<unschoooling> maupun formal learning dan juga
plagitasi,copy,duplikasi, replikasi pendapat dari berbagai sumber
termasuk pengamatan segala ciptaan Beliau yang biotik & abiotik.
>
> He he ....apang ada dogen angge Ucapan Selamat majeng ring Banjar
Los Angeles...kanggoang monto malu de bes serius...
>
> Neh dong dayanan sube.... liyu timpal lakar nyentil lamen timpal
milis/BOS dadi Caleg..... (Beni ....ede nyemak sampat tiyang tusing
bani...he he he...)
>
> (Coba pikir.... tiyang masih tusing karuan menang dadi DPRD ede-ede
bin mani ngenah di RSJ...he he...karena tusing ngelah pipis, tusing
populis alias bedik anake nawang tiyang, jeg milu-milu tuwung dogen
tergantung ide dane krama warga pemilih waktu itu...). Badaah... ede
ede pemilihe teke ajak 50% dogen, nah jelas kuang legitimasi nganutin
rasio proporsional pemilih/voter sah...
>
> Bagaimana selanjutnya kalo kita bikin Partai Golput.......he he
he..... Partai Golput Caleg & Pengurus Terasnya discreening dengan
cara Fit & Profer Testnya dengan Track Record info dsari
temen-temennya 6 tahun di SD, 4 Tahun minimal Kuliah, hubungan di
rumahnya apa dia kanggoange ken nyaman-nyamanne, kemudian apa iye bisa
"wajar" sebagai warga Banjar (apa buin nyak ngayah seperti jadi
pengurus yang tak bergaji di banjar). Apa iye berani di musuhi
masyarakat demi kebenaran.... terlebih lagi berani dimusuhi pemerintah
bila benar.... nah ne mare iye calon ane "pantesan".... kanggoang
monto sawireh tusing ade ane pemimpin ane pinih "patut" hanya Tuhan
ane nawang.....
> Contoh: (i). Lamen iye I Caleg di SD sube teen nyagur/malak
timpalne, teen ngelamit/ngutil, yen taen ede sube kanggoang coret
dogen, (ii) ring keluarga, lamen sube iye tusing bisa maipah,
mererama, ngurusin panak, ngurusin warisan kanti mesiat ngaba kelewang
atau kanti ke pengadilan berarti tonden mampu menekan dan
mensinkronkan keluargane, ajeg coret sube, (iii). lamen iye di banjar
males lengit atau "nyapa kadi aku" ajeg coret sube... (iv) lamen iye
pengusaha ngelah perusahaan tonden apa iye bisa "alus rasa"
(kesetaraan) memerintah karyawanne termasuk babu/jongos-ne lan apa iye
si pengusaha fair ngajih karyawanne...len sing ajeg coret sube....
Akhirnya hasilnya pemilihannya pasti tokcer jamin kredibilitas &
integritas luwih, (walaupun hanya perubahanlah yang kekal di dunia
ini, karena tiap detik itu adalah perubahan dan sekaligus kematian
menuju kehidupan baru...tinggal nunggu waktu kapan diambil Beliau
.....pepatah Inggrisne "nothing is ours but time" & "to be or not to
be is a question" ). Nah selanjutnya tinggal ngalih hal kedua
kapabilitas dan kapasitasne. Warga ane lianan kanggoang dadi kader
anggota biasa, simpatisan, dan konstuen dogen, tusing wenang dadi
Pengurus , apa buin Caleg...ditu mare seken Partai-ne ento Madengen
Tenget (disegani kawan maupun lawan)..
> Beeh... kenkene satuen uli idealis dadi utopis.... he he....
>
> Dahating Suksma,
> Wr
>
> ----- Original Message -----
> From: madesutjita
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Sent: Monday, February 16, 2009 10:32 PM
> Subject: [bali-bali] Banjar Suka Duka Krama Bali - Los Angeles
>
>
> Atas karunia Ida Sang Hyang Widhi, pada tgl 15 Februari 09, telah
> terbentuk Banjar Suka Duka Krama Bali, Los Angeles Metropolitan.
> Pesamuan yang dihadiri oleh sekitar 25 KK di gedung KonJen RI,
> Wilshire Blvd, Los Angeles, menghasilkan pengurus inti sbb:
> Sebagai Kelian Banjar: Bapak Ir AA Gde Agung MSc, Ph.D, wakil Ibu
> Desak Dianawati. Sebagai prajuru/sekretaris Bapak Komang Astina, Ibu
> Desak Gestari. Penglingsir/penasehat: Bapak Prof. Nyoman Wenten, MFA,
> Ph.D
> Mangda rahajeng,
>
> Made Sutjita
>
__._,_.___![]()
Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar