Sabtu, 28 Februari 2009

[bali-bali] Re: bisnis property di Bali

Dear All,
 
Untuk ikut urun rembug.
 
Bagi saya, kalau yang jadi Villa itu tanah tandus di bukit - its just fine. Bali lost nothing.
 
Yang memprihatinkan adalah konversi besar2an lahan subur persawahan yang menjadi penyokong swasembada pangan di Bali. Contoh Pemkab Badung yang justru memindahkan puspem ke Mengwi (Dalung). Ini yang memprihatinkan - justru pemerintah yang memberi contoh seperti ini. Juga konversi persawahan secara massive untuk Villa2 di daerah Gianyar, juga Badung dan Denpasar (untuk perumahan, ruko, dll).
 
Kalau petani yang melakukannya  mungkin bisa dipahami karena desakan ekonomi, dll. 
 
Andai boleh usul, semestinya di kasih insentif untuk petani yang tetap mempertahankan lahannya untuk pertanian/persawahan, misalnya dengan bebas PBB.
PBB ditingkatkan 1000% misalnya (seperti yang sekarang di Denpasar), untuk lahan perumahan, perkantoran, hotel, ruko, dll.
 
Andai hal2 ini segera bisa diatur dengan Rencana Tata Ruang yang mempunyai visi masa depan. Semoga.
 
Salam,
KS
 
----- Original Message -----
Sent: Saturday, February 28, 2009 7:16 PM
Subject: Re: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali

Pak Agung, Mbok Vieb dan Bli Sanat yg mulia
 
Memang betul bahwa suka atau tidak; positif atau negatif; rebut kavling atau mupuk kerakusan; karena kebodohan atau kecerdikan; apakah murni urusan asing atau ada melibatkan broker lokal, kiranya memang bisnis properti di Bali tak bisa dibendung. Apalagi, seperti posting Mbok Vieb belakangan pemerintah memutuskan memperpanjang hak pakai properti (propery use rights) di Indonesia buat orang asing sampai 90 tahun, demi merangsang minat investor.  
 
Tapi, mengingat demikian tingginya harga properti di Bali, sampai di atas 1 juta dolar AS, muncul juga kemauan bertanya: apakah transaksi bisnis properti ini bayar pajak atau tidak? Kalau bisa laju bisnis properti ini ditahan shg Bali tidak amblas ya tentu baik juga, tapi kalau tidak, minimal pemerintah bisa dapat pajak dari transaksi bisnis property. Kalau orang lokal jual sawah, ladang, tegalan pasti kena pajak toh, bukankah begitu juga mestinya untuk investor asing dalam bisnis properti?
 
Dulu ada wancana gencar agar pemerintah memburu pajak untuk bisnis-sewa villa/time sahre. Kayaknya belum berhasil, entah kenapa, apalagi dunai transaksi kian canggih dan global serta berlangsung di dunia maya. Ada teman keturunan Belanda, tinggal di Australia, berlibur ke Bali dengan menyewa villa milik orang Eropa dan melakukan reservasi lewat internet. Uang sewa ditransfer ke rekening Belanda, bukan ke di Bali, jadi pasti luput dari pahak. Mestinya pemerintah mengejar pajak yang begini untuk membangun Bali yg baik bukan malah meningkatkan pajak bumi dan bangunan atau sawah ladang yang menyulitkan hidup petani kita yang kian sulit. Atau yang memaksa orang kita jual tanah karena tidak kuasa bayar pajak. Cek..cek...cek...
 
dp
 

 


From: Asana Viebeke Lengkong <asanasw@indo.net.id>
To: bali-bali@yahoogroups.com
Sent: Saturday, 28 February, 2009 1:20:17 PM
Subject: Re: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali

Gung,
 
Kalau kasus KKM itu merely stupidity and greed, mau punya uang lebih banyak tanpa harus kerja, jadi suruh orang lain, satu orang saja yang kerja, yang mikir.  Tapi kan bukan hanya di Bali saja itu terjadi, dunia international juga ada 3 orang termasuk scandal Medoff itu kan... dan jumlahnya bermilyar dollar sampai bank bank juga kena... sama saja kasusnya... orang mengharap uang bikin uang, bukan kerja bikin uang.
 
Cari duit "ngaleh pis" bukan Cari kerja "ngaleh gae" jadi kalau duit dicari yang pasti akan dapat dan tidak dapat tapi kalau kerja kan pasti dapat upah.
 
Di Inggris ada jutawan yang bunuh diri karena dia salah satu yang kena ke tipu investasinya. .. pilihannya dia bunuh diri karena tidak mau jadi tua dan miskin... wise choice actually if you come to think about it.
 
v
----- Original Message -----
Sent: Saturday, February 28, 2009 8:16 AM
Subject: [bali-bali] Re: bisnis property di Bali


hehehe... correct de mundo Vieb,
Pak Darma yang cerdik cendikiawan , masalahnya bukan saja
property investor dari manca negara , juga dari semeton Bali sendiri.
Tyang lihat kasus green belt dibagian utara jalan Prof Mantra.
Walaupun sudah ada larangan membangun 200 meters each side of the
road , tapi mereka tetap saja spekulasi beli lahan disana , karena
mereka tahu UU tinggal UU , amplop lebih berkuasa.

Mungkin kalau dicari data sesungguhnya , setengah dari warisan
terjual di Bali oleh semeton Bali yang kurang mampu , karena perlu
uang untuk yadnya ( manusa dan pitra ), seberapa mungkin untuk biaya
sekolah , sisanya untuk isi amplop untuk cari kerja.

Jual tanah untuk biaya sekolah.. hehehe.. ini sama dengan saya
mancing ikan awan dengan umpan tuna , apalagi jual warisan untuk
yadnya .Lingkaran kebodohan yang tidak putus putus.
Setelah tamat sekolah S1 sampai S2 , kerjapun belum tentu dapat.
Pepatah yang mengatakan , satu burung ditangan lebih berharga dari
10 burung yang lepas , jelas tidak berlaku disini.

Ini sudah jelas kebodohan semeton kita sendiri , mereka bisa beli
karena ada yang jual , seperti baru baru ini dalam kasus KKM ,
banyak juga yang menggadaikan tanahnya untuk invest di koperasi
tersebut.

Tyang pernah ketemu kasus lucu dahulu, orang ini datang kerumah
menjual warisannya , karena ketipu dukun Banyuwangi , yang bisa
melipat gandakan uangnya.
Jadi dia gadaikan warisannya di bank , untuk disetor kepada sang
dukun 'sakti menguwer' untuk melipat gandakan uangnya... hihihi..
Tololnya semeton kita , apa nggak mikir , kalau dukun ini bisa
melipat gandakan uang , yaa.. nggak perlu uang orang lain donk???

Catch 22 , satu system yang rusak akan mempengaruhi system yang lain,
yang semuanya dasarnya dari kebodohan dan ketidak bijaksanaan.

Kemarin ada yang tanya waktu kami mancing ,
What's the different between porn star , prostitute and gigolo?
Answer: porn star is more famous than prostitute , and gigolo is
male version of prostitute , in Indonesia we called it POLITICIANS.

shanti is lari duluan sebelum kelempar bakiak.

--- In bali-bali@yahoogrou ps.com, "Asana Viebeke Lengkong"
<asanasw@... > wrote:
>
> P Darma Putra yang baik,
>
> Ini sih hanya masalah rebutan kapling saja.... sama seperti Isu
Israel-palestina, kalau di bali lebih ke bisnisnya... . jadi
keniscayaan karena di bali itu laris manis....
>
> Amos Oz dialam bukunya How to cure a fanatic, 2002) sastrawan ini
memahami konflik ini :"... is not a religious war, not a war of
cultures, not a disagreement between tow tradions, but simply a real-
estate dispute over whose house this is"
>
> di bali juga akan terjadi begitu dengan konteks sedikit berbeda
karena bisniss tentunya akan berdampak ke livelyhood - dan
ecosystem... ya yang kasian adalah orang Bali yang ignorance, yang
melalui system di bodohi terus...
>
> apa yang mesti diwariskan kepada anak cucu??? yang pastikan kalau
kita sudah saling bunuh karena property ya tidak ada warisan, dan
mungkin juga tidak akan ada anak cucu karena sudah akan punah karena
nggak ada makan, disengat matahari yang terlalu panas, bencana alam
yang tidak bisa di kendalikan atau tidak terkelola (cuman ada UU nya
saja).
>
> Penjualan property akan terus berlangsung itu kenyataannya, para
pemimpin kita mendukung segala investasi yang masuk tanpa laku
verifikasi yang cerdas. Yang pasti kan harus nyetor ke partai jadi
harus ada komisi karena harus terpilih lagi dong.... tragis juga
ya.... pemimpin kita yang mestinya mengentas bangsanya dari
keterpurukan malah menjadi penghisap kesejahteraan rakyat, dan
keluarnya malam malam seperti drakula
>
> Kalau ada caleg yang bilang ah saya mau coba nggak pake duit...
mimpi kali hari gini.....
>
>
> Jadi saudara saudara ku:
>
> Kita ini kan musti menjalani hidup di atas landasan prinsip yang
universal dan bisa diterima semuanya... jadi banyak lo tanggung
jawab yang musti dijawab..... . to be continued... ..
>
> vieb
> ----- Original Message -----
> From: Darma Putra
> To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> Sent: Thursday, February 26, 2009 7:37 PM
> Subject: [bali-bali] bisnis property di Bali
>
>
> Yang tertarik mengamati bisnis properti di Bali, berita di bawah
mungkin memikat atau mengharukan. Meski dunia di ambang krisis
global, Bali tetap dilukiskan dengan manis sehingga terus mampu
memikat semut-semut investor untuk memacu frekuensi jual-beli
properti di Bali.
>
> Ini mungkin tanda-tanda BALI mencerminkan benarnya plesetan
Bakalan Amblas Lantaran Investor.
>
> darma
> ----------
> sumber: http://www.business spectator. com.au/bs. nsf/Article/ Balis-
property-market- insulated- PM85X?OpenDocume nt
> Bali's property market 'insulated'
> AAP
> Australian villa owners say Bali's property market is more
resilient than that in their own country, as the global financial
crisis worsens.
>
> The island's villa market has experienced exponential growth in
recent years amid record tourism numbers, with villas in prime
locations going for up to $US3 million ($A4.62 million) off-the-
plan.
> Asia-based expatriates seeking a holiday home cum rental
property have driven the buying. With foreigners banned from bank
financing, they pay cash, giving Bali some insulation from the
credit crunch hurting other markets, property agents said.
>
> Major hotel projects have been abandoned, enquiries are drying
up and supply of villas on the market is increasing, but there's no
widespread panic-selling, they said.
>
> Half-finished estates offer the best bargains, particularly
around the fast-growing Bukit Peninsula overlooking Bali's famous
surf breaks. Desperate to complete projects sold off-the-plan,
developers are discounting villa prices by up to 20 per cent.
>
> Otherwise, prices of independent villas remain fairly stable, at
least for now.
>
> "Like anywhere else in the world we are feeling the downturn,
but the villa market is still strong," said Shush Ingram from Bali
Property Consultancy.
>
> But while wealthy Europeans, Americans and Russians sniff out
buying opportunities, Australians have been priced out of the market
following the crash in the Australian dollar.
> Many have backed away from deals to buy villas priced in US
dollars - now some 40 per cent more expensive.
>
> On the flipside, the US dollar's strength offers those
Australians who already own Bali property an opportunity to cash in
and buy cheaply back home.
>
> "Everybody is now deciding to sell before things get any worse,
and because now would be nice to get some US dollars," said Marcus
Fenton from the Jimbaran office of real estate chain Exotiq
Properties. He is marketing some 60 villas listed by Australians.
>
> For long-term Bali residents David and Robyn Schonell, the
currency gain is a sweetener, but their decision to list their villa
less than a year after finishing construction is mainly to take
advantage of falling values in Perth.
>
> "We've got no debt and we're probably going to double our money
here, so we can buy a property in Australia and still have enough
money leftover to buy a bit of land here, and do it all again," said
David, who runs a pearling operation in Bali.
>
> "We're not in any hurry though. We've got a pretty hefty price
on ours and if we don't sell we couldn't care less."
>
> The Schonell's are looking for $US900,000 ($A1.39 million) for
their 470 square metre house, which sits on a large block 150 metres
from the beach in Canggu, an expatriate enclave north of Seminyak,
Bali's priciest location.
>
> Perth businessman Alan Morgan is similarly bullish about a
project he is financing and consulting on, Batubelig Residences
between Seminyak and Canggu.
>
> He has built two villas that sold off-the-plan to expatriates in
Dubai and Jakarta for $US1.2 million ($A1.85 million) and $US1.5
million ($A2.31 million). He recently raised the remaining two
villas by $US100,000 ($A153,964.59) each to reflect higher
construction costs.
>
> "I'm not at all concerned," said Morgan. "I think Bali's real
estate market is holding up definitely better than Perth,
particularly at the top-end. The average growth on land value in
Seminyak is about 25 per cent a year."
>
> Returns like that have attracted a stampede of foreign
developers and investors over the last decade, sparking nationalist
outcry from community and political leaders who urge Balinese not to
sell ancestral lands.
>
> Although Indonesian law bans foreign ownership of land, villa
investors commonly circumvent this by using an Indonesian nominee,
sometimes recommended by their lawyer or adviser.
> The nominee signs over practical control to the foreigner
through various contracts including power of attorney and a
fictitious loan agreement.
>
> Real estate agents say it's a watertight scheme. But legal
uncertainty and corruption accompany any investment in Indonesia,
and there have been instances of nominees gaining legal control of
properties.
>
> Concerns have also been raised by fresh allegations that a
business consultancy - partly run by expatriates - has failed to
disburse millions of dollars belonging to clients to settle land and
property acquisitions.
>
> "I wouldn't say these kinds of things never happen, but they
aren't common and you've just really got to do your homework," said
Ingram.
>
> But David Schonell said the returns are worth the risk.
>
> "Just the price of our land has gone up threefold since 2005
when we bought it. Like any business decision, we've just got to be
smart about it," he said.
>
> "If you do it the correct way and you do all your due diligence
on the property, your research into the nominee and put together all
the appropriate paperwork, then I think it's a very secure
investment."
>
> Stay connected to the people that matter most with a smarter
inbox. Take a look http://au.docs. yahoo.com/ mail/smarterinbo x
>



Stay connected to the people that matter most with a smarter inbox. Take a look.



No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.0.237 / Virus Database: 270.11.4/1976 - Release Date: 02/27/09 13:27:00


__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: