Rabu, 18 Februari 2009

Re: Bls: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda

orang udah pada pinter untuk beragama, fatwa gak penting, yang penting itu bisa menghargai kepercayaan orang lain, Bukan ikut menjadi orang yang benci dengan kepercayaan orang. kalo ikut benci-benci an itu artinya anda berhasil diajak radikal seperti mereka.

damai... damai... damai...


From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@yahoo.com>
To: bali-bali@yahoogroups.com
Sent: Monday, February 16, 2009 3:37:47 PM
Subject: Bls: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda

bli gung,
 
beh, bli gung ini ken ken?!
menyalakan lilin itu tidak perlu Fatwa, atau aturan, anjuran, larangan
yang jelas, menyalakan lilin itu perlu korek, colok, maces atau geretan...
 
yang lebih parah lagi ya kalau sampai main bakar sampah besar di Oztrali itu. Mudah-mudahan Bisa cepat diatasi.
 
rahayu, rahajeng...
ngurah beni setiawan
P suudang nektek punyan-punyanan


Dari: IGusti Agung <agungpindha@ yahoo.com>
Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
Terkirim: Senin, 16 Februari, 2009 14:20:19
Topik: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda

Saya koq setuju dengan Bli PK ya?
Tidak ada kebenaran mutlak didunia ini , apalagi claim sempurna.
Semasih kita berbicara dalam lingkup "ruang dan waktu" , maka
kebenaran itu menjadi relevan , apalagi kebenaran mutlak.

ngomong ngomong lama...
nyalain lilin itu belum ada fatwanya ya?
bukankah menyalakan lilin didepan altar hanya untuk penganut Budha?
Mungkin itu bisa musrik , karena Fatwa terakhir , tidak boleh ikut
merayakan Cap Go Meh , Cap Cay boleh aja , asal nggak pakai daging
babi.... hihihi...

shanti is kirig kirig mecangkling. ...

--- In bali-bali@yahoogrou ps.com, Putu Kesuma <putukesuma@ ...> wrote:
>
> Benny dan teman2 semua, Salam Indonesia!
>
> Ben, ungkapan itu bermakna sangat dalam. Tapi bagaimanapun kita
harus tetap berpikir secara kontekstual dan universal..
>  
> Memang tidak ada gunanya mengutuk kegelapan dan untuk itu lebih
baik kita menyalakan lilin. Untuk bisa kita menyalakan lilin tentu
hal-hal yang menghambat nyalanya lilin harus disingkirkan.
Umpamanya "angin kencang"(emosi yang berlebihan), hal-hal yang
menutup sumbu lilin(file-file di mind kita akibat dari pengkondisian
yang kita alami selama ini, bisa berasal dari lingkungan besar
maupun kecil, dogma2 semu), dll.
>  
> Beberapa tulisan Pak LGS sempat saya simak. Meskipun ada beberapa
tulisan beliau yang banyak dikomentari oleh para peserta milis
dengan sedikit emosi, saya bisa menerima. Namun penerimaan saya
bukan berarti saya setuju.
>  
> Mengenai tulisan Pak LGS dibawah ini, bukanlah sesuatu yang
mengada-ada. Ya memang realita itu ada. Realitas itu direspon dengan
berbagai cara. Ada yang mencoba mengingkari, ada yang mengganggap
itu tidak benar, ada yang menganggap isapan jempol, dll. Tergantung
paradigma yang memberikan respon.
>  
> Kalau saya tidak salah tangkap, Pak LGS mencoba berbicara dalam
kerangka ke Indonesiaan dengan value Pancasila.
>  
> Bayangkan jika  umpamanya penyakit AIDS itu kita tabukan, apakah
ancamannya akan semakin berkurang? Korbannya akan semakin berkurang?
>  
> Dalam capingnya Gunawan Mohammad pernah menulis begini. Demokrasi
adalah seni mengbungkam mulut lawan dengan kata-kata. Dalam
berdiskusipun semangat ini sebaiknya kita terapkan. Tidak usah
dengan mengatakan bahwa si penulis ini begini atau begitu.
Komentarilah pendapatnya bukan orangnya. Dan jangan lupa namanya
pendapat kemungkinannya hanya dua benar atau salah, benar menurut
siapa dan salah menurut saiapa. Benar atau salah bagi saya belum
tentu bagi orang lain.
>  
> Diatas segalanya, benar atau salah pendapat kita tidak mengubah
diri kita. "Diri" kita ini sempurnya adanya.
>  
> Salam Indonesia!
> putu kesuma
>  
>  
>
>  
>
>
> --- On Fri, 13/2/09, ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ ...>
wrote:
>
> From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ ...>
> Subject: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans
Seda
> To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> Date: Friday, 13 February, 2009, 8:32 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Pak LGS Lili Gundi,
>  
> Mohon maaf atas kebodohan saya.
> Jujur saja, saya tidak mengerti isi tulisan bapak.
>  
> Tapi dari ketidakmengertian itu, saya teringat pesan Pak Gde
Raka ketika dulu sempat ambil kuliahnya.
> "It's better to light a candle than to curse the darkness"
>  
> rahajeng,
> ngurah beni setiawan
> P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
need to
>
>
>
>
>
>
> Dari: Lili Gundi <lili_gundi@ yahoo. com>
> Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
> Terkirim: Kamis, 12 Februari, 2009 17:14:33
> Topik: Re: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans
Seda
>
>
>
>
>
>
>
>  
> Sebetulnya di dalam negara demokrasi, termasuk di Indonesia, sah-
sah saja, Ustad Abu Bakr Ba'asyir (ABB) memperjuangkan cita-
citanya untuk mendirikan negara Islam, sepanjang perjuangan itu
dilakukan melalui kotak suara (balot), bukan peluru  (bulet). Ya,
sekalipun ABB tidak setuju dengan demokrasi. Cara haram boleh
dipakai sepanjang itu dapat mencapai tujuan.
> Setelah cita-cita mendirikan negara Islam tercapai, tentu
demokrasi tidak diperlukan lagi. Sebab di dalam negara teokrasi,
apakah itu juga berdasarkan Protestan, Katolik,  Hindu atau Buddha
(bila memang ada negara semacam itu) demokrasi jelas tidak ada.
(Nanti akan jelas).
> Andaikata ABB berhasil dengan cita-citanya (ini bukan tidak
mungkin) di antara negara- negara Islam yang sudah ada sekarang,
yang mana yang akan dijadikan model? Pakistan? Iran? Afganistan
jaman Taliban? Saudi Arabia? Atau Sudan dan Somalia?  
> Di Pakistan dan Iran memang ada pemilu,  orang-orang non-Muslim
diberi hak untuk memilih, tetapi bukan hak dipilih untuk eksekutif
��" di dpr memang ada wakil minoritas, satu atau dua orang, sebagai
pemanis. Seorang non-muslim tidak boleh menjadi pemimpin (amir) bagi
umat Muslim; karena orang non-Muslim adalah kafir, musuh Allah dan
Rasulnya  tentu tidak boleh menjadi pemimpin orang-orang beriman..
(Heran kok Allah, bila dia adalah Tuhan pencipta semesta,  punya
musuh, yaitu sebagian besar ciptaannya; kalau nabi ya,  tentu
saja). Ini berlaku di semua negara Islam, dari jaman dulu sampai
sekarang.  Pakistan sekarang menjadi sarang pembiakan teroris, ini
salah satu ekspornya.
> Afganistan jaman Taliban (sekarang mereka masih segar bugar di
sebagain besar wilayah Afgan) kaum perempuan tidak boleh sekolah,
tidak boleh bekerja. Musik, film, tarian, patung tidak boleh.
Peninggalan kuno di museum dihancurkan, patung Buddha di Bamian yang
berumur ribuan tahun juga dihancurkan. Hiburan satu-satunya adalah
pelaksanaan hudud (hukum pidana potong tangan, kaki, leher dan
rajam), yang dilakukan di alun-alun setiap habis shalat Jumat, dan
disiarkan oleh radio pemerintah, seperti siaran pertandingan sepak
bola. Orang-orang non-Muslim diperintahkan memakai tanda khusus di
leher bajunya. Maksudnya agar mereka tidak dicegat oleh polisi
agama, bila ia berkeliaran ketika sedang waktu salat.  Mirip
peraturan Nazi  terhadap orang Yahudi.    
> Apatheid atas perempuan masih berlaku di Arab Saudi. Hukuman hudud
juga sama.  Taliban hanya meniru Arab Saudi. Di Arab Saudi orang-
orang non-Muslim tidak boleh mendirikan rumah ibadah, tidak boleh
membawa kitab suci, atau simbol, gambar suci agamanya. Bahkan
sembahyang juga tidak boleh. Pelanggaran atas larangan ini bisa
menyebabkhan ybs dihukum penjara, dianggap kriminal,  kemudian
dideportasi ke negaranya.  Tapi Arab Saudi mengirim jutaan dolar
hasil minyak dan industri ziarah (haji dan umrah) ke berbagai
penjuru dunia untuk menyebarkan model Islam yang asli. Buku-buku
 teks yang dicetaknya  disebarkan ke sekolah-sekolah yang
disponsorinya, termasuk Indonesia,  mengajarkan kekerasan dan
kebencian (apartheid agama).Baru- baru ini raja Arab, Abdullah,
mensponsori dialog antar agama di Madrid, PBB, dan Vatikan. Semua
orang senang, pers bersorak sorai, dan setelah itu, kembali seperti
biasa. Tidak ada apa-apa. Hipokrit.
> Di negara Teluk yang lebih moderat, orang Siyah didiskriminasi. Di
Irak orang Sunni dan Siyah saling bunuh, saling hancurkan masjid.
Tapi di sana ada kambing hitam ��" yang bukan tanpa alsasan sama
sekali ��" AS. Di Pakistan hal sama juga terjadi, saling bunuh
antara Sunnis dan Syiah ditambah Ahmadiyah (yang terakhir ini Islam
tanpa jihad, karena itu damai). Di dini tidak ada kambing hitam.
Afganistan jaman Taliban juga.    
> Di Sudan orang-orang Islam saling bunuh,  antara Islam keturunan
Arab melawan Islam keturunan Afrika asli. 400.000 orang Islam
keturunan Afrika terbunuh, jutaan lainnya jadi pengungsi, tanah
mereka dirampas oleh orang-orang yang dulu memberi mereka agama.
Mereka memberi kami kitab suci, tetapi mereka mengambil tanah kami,
kata seorang tokoh  Aftika terhadap tukar guling tanah dengan
agama. Tapi kita tidak mendengar ribut-ribut soal itu di Indonesia .
> Somalia jadi negara perompak.
> Tampaknya tidak ada dari negara-negar itu yang dapat jadi model
negara Islamnya ABB. Biasanya pendukung cita-cita ini mengidolakan
kekalifahan. Itulah jaman keemasan Islam, kata mereka.  Tetapi
silahkan baca buku "Kebenaran yang Hilang, Sisi Kelam Politik dan
Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim," karya Farag Fouda, terbitan
Dian Rakyat. Hanya satu kalifah yang meninggal karena usia, yaitu
Abu Bakar, yang lain semua mati karena kekerasan antar mereka
sendiri. Abu Bakar, memerangi orang-orang Arab yang membelot dari
Islam, tidak mau membayar zakat.  Kekejaman luar biasa, ada kalifah
yang sudah meninggal, digali kuburnya, jenasahnya diangkat, dipecut
ratusan kali, lalu dibakar (ini haram dalam Islam). Moralitas juga
tipis. Klub tari dan anggur melimpar ruah. Ada kalifah  homo yang
jalan pemerintahannya dipengaruhi oleh kerling mata kekasihnya, juga
laki-laki.
> Farag Fouda, seorang intelektual sekuler Mesir, membongkar mitos
kalifah, termasuk kalifah rasidun (pengikut pertama Muhammad).
Mengapa mereka demikian?  Mereka sekedar melakukan apa yang
didengar dan dilihatnya.
> Dan karena mengungkapkan kebenaran itu, Farag Fouda, difatwa mati
oleh Ulama Al Azhar; dua anak muda pengangguran menembak kepalanya
dengan peluru. Tentu saja mati.
> Kembali ke cita-cita ABB. Menurut saya, coba terapkan sepenuhnya
syariat Islam di  Aceh: ekonomi syariat, yang katanya mampu
menghindari krisis ekonomi global,  hukum perdata  dan pidana
Islam, jangan cuma cambuk saja seperti sekarang, tetapi hudud yang
kaffah (lengkap): potong-potong anggota badan. Lalu lihat, apakah
Nanggru Aceh Darusalam lebih maju dari bagian Indonesia lainnya?  
Dicoba saja dulu, mumpung sudah ada undang-undangnya.
> Ada suara berbisik: Suatu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-
nilai yang tidak benar (salah satunya apartheid karena jender dan 
keyakinan) tidak akan sampai ke tujuan yang benar. Tetapi yang tidak
benar belum tentu tidak menang. Sebaliknya. Richard Dawkins (dalam
God Delusion) mengatakan, "suatu suku yang Allahnya mengajarkan
kekerasan dan kebencian kemungkinan besar menang  atas suku yang
Tuhannya mengajarkan non-kekerasan (ahimsa) atau kedamaian."
 Pernyataan biolog terkemuka Inggris ini bukan asal bunyi.
> Bukan tidak mungkin tiba-tiba "bang" sistem kenegaraan kita
berobah. Kita, orang-orang Hindu, lalu bengang-bengong seperti
"kebo mebalih ombak".  Tiba-tiba kita jadi zimmi, tiba-tiba
harus membayar zisyah, tiba-tiba  legong dilarang, apalagi joget
bumbung. Kok semua tiba-tiba? Karena kita sekarang mengelak untuk
membicarakan hal-hal itu secara terbuka.
> Mohon  diingat, para orang tua kita jaman 45 mengorbankan nyawa
untuk mendapat kebebasan. Jangan sampai   karena takut bertengkar,
sekalipun hanya dalam kata-kata  karena ingin damai selalu, kita
menghilangkan kebebasan itu.
> Kita kok manja dan rentan sekali?  Marilah kita belajar sedikit
berani  adu argmentasi di sini, tetapi dengan itu  kita menjadi
sadar dengan berbagai ideologi yang tidak saja bersaing merebut
pikiran setiap orang, tetapi juga merebut struktur negara.
> Memang ada satu dua yang caci maki, tidak apa-apa. Sebenarnya
mereka ingin juga partisipasi dalam diskusi, tapi tidak punya
argementasi. Dimaklumi saja. Itu risiko diskusi di internet.
                     
>  
>  LGS
>
>
>
> Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu?
> Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> New Email names for you!
> Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and
@rocketmail.
> Hurry before someone else does!
> http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/
>



Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: