Minggu, 15 Februari 2009

Re: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda

Benny dan teman2 semua, Salam Indonesia!

Ben, ungkapan itu bermakna sangat dalam. Tapi bagaimanapun kita harus tetap berpikir secara kontekstual dan universal.
 
Memang tidak ada gunanya mengutuk kegelapan dan untuk itu lebih baik kita menyalakan lilin. Untuk bisa kita menyalakan lilin tentu hal-hal yang menghambat nyalanya lilin harus disingkirkan. Umpamanya "angin kencang"(emosi yang berlebihan), hal-hal yang menutup sumbu lilin(file-file di mind kita akibat dari pengkondisian yang kita alami selama ini, bisa berasal dari lingkungan besar maupun kecil, dogma2 semu), dll.
 
Beberapa tulisan Pak LGS sempat saya simak. Meskipun ada beberapa tulisan beliau yang banyak dikomentari oleh para peserta milis dengan sedikit emosi, saya bisa menerima. Namun penerimaan saya bukan berarti saya setuju.
 
Mengenai tulisan Pak LGS dibawah ini, bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Ya memang realita itu ada. Realitas itu direspon dengan berbagai cara. Ada yang mencoba mengingkari, ada yang mengganggap itu tidak benar, ada yang menganggap isapan jempol, dll. Tergantung paradigma yang memberikan respon.
 
Kalau saya tidak salah tangkap, Pak LGS mencoba berbicara dalam kerangka ke Indonesiaan dengan value Pancasila.
 
Bayangkan jika  umpamanya penyakit AIDS itu kita tabukan, apakah ancamannya akan semakin berkurang? Korbannya akan semakin berkurang?
 
Dalam capingnya Gunawan Mohammad pernah menulis begini. Demokrasi adalah seni mengbungkam mulut lawan dengan kata-kata. Dalam berdiskusipun semangat ini sebaiknya kita terapkan. Tidak usah dengan mengatakan bahwa si penulis ini begini atau begitu. Komentarilah pendapatnya bukan orangnya. Dan jangan lupa namanya pendapat kemungkinannya hanya dua benar atau salah, benar menurut siapa dan salah menurut saiapa. Benar atau salah bagi saya belum tentu bagi orang lain.
 
Diatas segalanya, benar atau salah pendapat kita tidak mengubah diri kita. "Diri" kita ini sempurnya adanya.
 
Salam Indonesia!
putu kesuma
 
 

 


--- On Fri, 13/2/09, ngurah beni setiawan <setiawan_beni@yahoo.com> wrote:
From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@yahoo.com>
Subject: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda
To: bali-bali@yahoogroups.com
Date: Friday, 13 February, 2009, 8:32 AM

Pak LGS Lili Gundi,
 
Mohon maaf atas kebodohan saya.
Jujur saja, saya tidak mengerti isi tulisan bapak.
 
Tapi dari ketidakmengertian itu, saya teringat pesan Pak Gde Raka ketika dulu sempat ambil kuliahnya.
"It's better to light a candle than to curse the darkness"
 
rahajeng,
ngurah beni setiawan
P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really need to



Dari: Lili Gundi <lili_gundi@yahoo. com>
Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
Terkirim: Kamis, 12 Februari, 2009 17:14:33
Topik: Re: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans Seda


 

Sebetulnya di dalam negara demokrasi, termasuk di Indonesia, sah-sah saja, Ustad Abu Bakr Ba'asyir (ABB) memperjuangkan cita-citanya untuk mendirikan negara Islam, sepanjang perjuangan itu dilakukan melalui kotak suara (balot), bukan peluru  (bulet). Ya, sekalipun ABB tidak setuju dengan demokrasi. Cara haram boleh dipakai sepanjang itu dapat mencapai tujuan.

Setelah cita-cita mendirikan negara Islam tercapai, tentu demokrasi tidak diperlukan lagi. Sebab di dalam negara teokrasi, apakah itu juga berdasarkan Protestan, Katolik,  Hindu atau Buddha (bila memang ada negara semacam itu) demokrasi jelas tidak ada. (Nanti akan jelas).

Andaikata ABB berhasil dengan cita-citanya (ini bukan tidak mungkin) di antara negara- negara Islam yang sudah ada sekarang, yang mana yang akan dijadikan model? Pakistan? Iran? Afganistan jaman Taliban? Saudi Arabia? Atau Sudan dan Somalia?  

Di Pakistan dan Iran memang ada pemilu,  orang-orang non-Muslim diberi hak untuk memilih, tetapi bukan hak dipilih untuk eksekutif – di dpr memang ada wakil minoritas, satu atau dua orang, sebagai pemanis. Seorang non-muslim tidak boleh menjadi pemimpin (amir) bagi umat Muslim; karena orang non-Muslim adalah kafir, musuh Allah dan Rasulnya  tentu tidak boleh menjadi pemimpin orang-orang beriman.. (Heran kok Allah, bila dia adalah Tuhan pencipta semesta,  punya musuh, yaitu sebagian besar ciptaannya; kalau nabi ya,  tentu saja). Ini berlaku di semua negara Islam, dari jaman dulu sampai sekarang.  Pakistan sekarang menjadi sarang pembiakan teroris, ini salah satu ekspornya.

Afganistan jaman Taliban (sekarang mereka masih segar bugar di sebagain besar wilayah Afgan) kaum perempuan tidak boleh sekolah, tidak boleh bekerja. Musik, film, tarian, patung tidak boleh. Peninggalan kuno di museum dihancurkan, patung Buddha di Bamian yang berumur ribuan tahun juga dihancurkan. Hiburan satu-satunya adalah pelaksanaan hudud (hukum pidana potong tangan, kaki, leher dan rajam), yang dilakukan di alun-alun setiap habis shalat Jumat, dan disiarkan oleh radio pemerintah, seperti siaran pertandingan sepak bola. Orang-orang non-Muslim diperintahkan memakai tanda khusus di leher bajunya. Maksudnya agar mereka tidak dicegat oleh polisi agama, bila ia berkeliaran ketika sedang waktu salat.  Mirip peraturan Nazi  terhadap orang Yahudi.    

Apatheid atas perempuan masih berlaku di Arab Saudi. Hukuman hudud juga sama.  Taliban hanya meniru Arab Saudi. Di Arab Saudi orang-orang non-Muslim tidak boleh mendirikan rumah ibadah, tidak boleh membawa kitab suci, atau simbol, gambar suci agamanya. Bahkan sembahyang juga tidak boleh. Pelanggaran atas larangan ini bisa menyebabkhan ybs dihukum penjara, dianggap kriminal,  kemudian dideportasi ke negaranya.  Tapi Arab Saudi mengirim jutaan dolar hasil minyak dan industri ziarah (haji dan umrah) ke berbagai penjuru dunia untuk menyebarkan model Islam yang asli. Buku-buku  teks yang dicetaknya  disebarkan ke sekolah-sekolah yang disponsorinya, termasuk Indonesia,  mengajarkan kekerasan dan kebencian (apartheid agama).Baru- baru ini raja Arab, Abdullah, mensponsori dialog antar agama di Madrid, PBB, dan Vatikan. Semua orang senang, pers bersorak sorai, dan setelah itu, kembali seperti biasa. Tidak ada apa-apa. Hipokrit.

Di negara Teluk yang lebih moderat, orang Siyah didiskriminasi. Di Irak orang Sunni dan Siyah saling bunuh, saling hancurkan masjid. Tapi di sana ada kambing hitam – yang bukan tanpa alsasan sama sekali – AS. Di Pakistan hal sama juga terjadi, saling bunuh antara Sunnis dan Syiah ditambah Ahmadiyah (yang terakhir ini Islam tanpa jihad, karena itu damai). Di dini tidak ada kambing hitam. Afganistan jaman Taliban juga.    

Di Sudan orang-orang Islam saling bunuh,  antara Islam keturunan Arab melawan Islam keturunan Afrika asli. 400.000 orang Islam keturunan Afrika terbunuh, jutaan lainnya jadi pengungsi, tanah mereka dirampas oleh orang-orang yang dulu memberi mereka agama. Mereka memberi kami kitab suci, tetapi mereka mengambil tanah kami, kata seorang tokoh  Aftika terhadap tukar guling tanah dengan agama. Tapi kita tidak mendengar ribut-ribut soal itu di Indonesia .

Somalia jadi negara perompak.

Tampaknya tidak ada dari negara-negar itu yang dapat jadi model negara Islamnya ABB. Biasanya pendukung cita-cita ini mengidolakan kekalifahan. Itulah jaman keemasan Islam, kata mereka.  Tetapi silahkan baca buku "Kebenaran yang Hilang, Sisi Kelam Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim," karya Farag Fouda, terbitan Dian Rakyat. Hanya satu kalifah yang meninggal karena usia, yaitu Abu Bakar, yang lain semua mati karena kekerasan antar mereka sendiri. Abu Bakar, memerangi orang-orang Arab yang membelot dari Islam, tidak mau membayar zakat.  Kekejaman luar biasa, ada kalifah yang sudah meninggal, digali kuburnya, jenasahnya diangkat, dipecut ratusan kali, lalu dibakar (ini haram dalam Islam). Moralitas juga tipis. Klub tari dan anggur melimpar ruah. Ada kalifah  homo yang jalan pemerintahannya dipengaruhi oleh kerling mata kekasihnya, juga laki-laki.

Farag Fouda, seorang intelektual sekuler Mesir, membongkar mitos kalifah, termasuk kalifah rasidun (pengikut pertama Muhammad). Mengapa mereka demikian?  Mereka sekedar melakukan apa yang didengar dan dilihatnya.

Dan karena mengungkapkan kebenaran itu, Farag Fouda, difatwa mati oleh Ulama Al Azhar; dua anak muda pengangguran menembak kepalanya dengan peluru. Tentu saja mati.

Kembali ke cita-cita ABB. Menurut saya, coba terapkan sepenuhnya syariat Islam di  Aceh: ekonomi syariat, yang katanya mampu menghindari krisis ekonomi global,  hukum perdata  dan pidana Islam, jangan cuma cambuk saja seperti sekarang, tetapi hudud yang kaffah (lengkap): potong-potong anggota badan. Lalu lihat, apakah Nanggru Aceh Darusalam lebih maju dari bagian Indonesia lainnya?   Dicoba saja dulu, mumpung sudah ada undang-undangnya.

Ada suara berbisik: Suatu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai yang tidak benar (salah satunya apartheid karena jender dan  keyakinan) tidak akan sampai ke tujuan yang benar. Tetapi yang tidak benar belum tentu tidak menang. Sebaliknya. Richard Dawkins (dalam God Delusion) mengatakan, "suatu suku yang Allahnya mengajarkan kekerasan dan kebencian kemungkinan besar menang  atas suku yang Tuhannya mengajarkan non-kekerasan (ahimsa) atau kedamaian."  Pernyataan biolog terkemuka Inggris ini bukan asal bunyi.

Bukan tidak mungkin tiba-tiba "bang" sistem kenegaraan kita berobah. Kita, orang-orang Hindu, lalu bengang-bengong seperti "kebo mebalih ombak".  Tiba-tiba kita jadi zimmi, tiba-tiba harus membayar zisyah, tiba-tiba  legong dilarang, apalagi joget bumbung. Kok semua tiba-tiba? Karena kita sekarang mengelak untuk membicarakan hal-hal itu secara terbuka.

Mohon  diingat, para orang tua kita jaman 45 mengorbankan nyawa untuk mendapat kebebasan. Jangan sampai   karena takut bertengkar, sekalipun hanya dalam kata-kata  karena ingin damai selalu, kita menghilangkan kebebasan itu.

Kita kok manja dan rentan sekali?  Marilah kita belajar sedikit berani  adu argmentasi di sini, tetapi dengan itu  kita menjadi sadar dengan berbagai ideologi yang tidak saja bersaing merebut pikiran setiap orang, tetapi juga merebut struktur negara.

Memang ada satu dua yang caci maki, tidak apa-apa. Sebenarnya mereka ingin juga partisipasi dalam diskusi, tapi tidak punya argementasi. Dimaklumi saja. Itu risiko diskusi di internet.                      

 

 LGS


Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!


New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: