Jumat, 20 Februari 2009

Bls: Bls: Bls: [bali-bali] Re: politikus harum manis

jeg betul sekali Bli Ngurah Ini wih...
tyang setuju pokokne nggih...
"Be the Change " one step at the time , we will reach China.
Tyang juga dibilang change , change smokers , alias pegat nyambung.
Kebetulan business tyange juga jual beli , jual pakaian beli tuak.
Semoga perubahan alam dan society kita , kearah yang menguntungkan
kita semua dan generasi mendatang,,, amien.
Karena ada pasukan dari Kalisada datang , mau cari be julit ,
tyang permisi dumun , benjang pungkur wawanin malih , yaning wentan
galah.

shanti is permisi dumun.

--- In bali-bali@yahoogroups.com, ngurah beni setiawan
<setiawan_beni@...> wrote:
>
> bli gung...
>
> beh, jeg bijaksana sekali hari ini. Mudah-mudahan bukan karena
pengaruh asap.
> Tyang selalu berusaha untuk bijaksana, tapi hasilnya selalu
bijaksini, bijaksitu...milehan lakunange.
>
> Tapi kira-kira seperti itulah. Alam (semesta) akan selalu berubah,
dengan ataupun tanpa campur tangan kita. Toh, kitapun bagian dari
alam itu sendiri.
> Saya hanya membayangkan jika kita tidak ingin mengubah dunia,
hanya menjadi objek, lalu Bali (yang kecil ini) nanti akan jadi apa.
>
> Be The Change itulah yang selayaknya "memaksa" kita untuk
melakukan sesuatu. Mau dimulai dari merubah diri sendiri atau orang
lain itu akan kembali menjadi hak dasar tiap orang.
>
> Nah, kalo bli gung pindha sekarang meduwe Oka (anak). Bli gung
sampai hari ini (misalnya) tak pernah lupa ngenjit lanjaran. Bli
gung (misalnya) suatu saat terenyuh bahwa ngenjit lanjaran itu
kurang baik.
> Maka tunggu apa lagi?! Silahkan mulai perubahan itu dari anak bli
gung kan. Hehe...yang pada akhirnya akan membantu kita juga untuk
merubah diri. "Pak, saya ten dados ngeroko, kok bapak sendiri
ngeroko?!"
> Nah loh, apa hal seperti itu tidak akan membuat kita berpikir 2
kali untuk memulai perubahan. Walah! kok tyang jadi ribet.
>
> Hah, bli gung. Tyang yang masih bau kencur ini pasti jauh
kandungan asam-garamnya dibanding Bli Putu Kesuma apalagi bli Gung
Pindha.
> Pesan Bli Putu Kesuma dengan kutipan Be The Change-nya itu bisa
tyang ambil sebagai nilai penting penutup pekan ini.
>
> So, Be The Change! Bli gung. Jadilah kita subjek yuk! Mulai dari
apapun yang bisa perlahan kita benahi.
> Karena saat ini, poster-poster, baligo, spanduk bertebaran dimana-
mana. Mereka ingin jadi seseorang yang "Be The Change".
>
> Siapa yang akan mereka "Change" terlebih dahulu?! Diri mereka?
Lingkungan?
> Suka atau tidak suka, entropi semesta ini akan membesar. Artinya
semesta, yang selalu mencari kesetimbangan baru, akan semakin kacau-
chaos-order/disorder.
>
> jabat erat,
> ngurah beni setiawan
> P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
need to
>
>
>
>
> ________________________________
> Dari: IGusti Agung <agungpindha@...>
> Kepada: bali-bali@yahoogroups.com
> Terkirim: Jumat, 20 Februari, 2009 16:56:23
> Topik: Bls: Bls: [bali-bali] Re: politikus harum manis
>
>
>
> mih.. Bli Ngurah Bagus genjing , and Bli Putu Kusuma,
> tyang baca , baca , baca , ulang email,anda berdua , jeg tambah
> paling saya... ( paling telmi ).
> Tyang pasti salah metik , kalau tyang lihat sebetulnya pointnya
sama,
> cuma sudutnya yang lain , atau mungkin tyang bes dibeten jadi
nggak
> bisa lihat apa yang terjadi , padahal tyang sudah jinjit jinjit
lho..
>
> Baru tyang harus nambah bourbon and coke yang kedua untuk mencerna
> posting rekan berdua , ternyata dua duanya tyang setuju ( setelah
> gelas kedua habis , double shot bourbon lho).
> Baru tyang merasa kalau tyang agak punyah... eh.. sorry.
>
> Coba tolong tyang , kalau benar , kalau salah jangan dipukul sapu
> lidi ya?.
> Dunia tetap sama , terlepas dari activity manusia , atau ilusi
> manusia dalam lingkup ruang dan waktu .
> Nature akan mengembalikan dirinya ketitik balance semula atau
titik
> balance yang baru ( new point yang sama seperti kemarin ).
> always been , always will , so be it.
>
> Untuk merubah lingkungan , kita harus mulai dari sendiri.
> Disamping positive atau negative charge , yang diterima atau
> diberikan akan mempengaruhi ruang lingkup kita saat itu.
> J, Brown : panas yang diterima = panas yang diberikan , vice versa,
> Bisa juga , kita berubah karena dunia/ alam yang merubah kita
untuk
> menuju titik balance tsb.
> Apakah alam perlu bantuan kita untuk mencapai titik balance tsb?
> Tyang kira , bisa saja , kalau kita ketemu benang merahnya , tyang
> kira micro cosmos pasti berhubungan dengan macro cosmos , tapi
> dimana hubungan tersebut.remain to be find.
> Horses for courses , lain padang lain bataknya, padahal sama sama
di
> Sumatra.
>
> Setelah bourbon and coke ketiga , sang Prabu sudah harus disuguhin
> bantal.... permisi dulu ya.
> Yang harus diingat ,tidak boleh nigtig pakai sapu lidi , alasannya
> sama dengan tidak boleh nyampat malam malam , sebab adanya larangan
> tidak boleh menduduki bantal... berani bisul?
>
> shanti is uyeng uyengan.
>
> --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, ngurah beni setiawan
> <setiawan_beni@ ...> wrote:
> >
> > Hehe...
> >
> > Pak, kalo tanggapan bapak hanya meminta saya mencoba baca dengan
> baik, sampe kapanpun tak akan berhasil pak.
> > pemahaman saya kan tidak sedalam pemahaman pak putu.
> >
> > Tapi toh, antitesis yang saya ungkapkan untuk pernyataan
bapak
> bahwa "Bukankah dari dulu dunia ini tetap begini, tidak ada
yang
> berubah" saya jawab dengan sebuah pendekatan yang rasional kan?!
> > Jadi ya, demi melangsungkan diskusi dan (mudah-mudahan) bisa
buat
> saya makin membuka mata, maka dengan senang hati jika tanggapan
saya
> juga ditanggapi dengan hal yang rasional ya pak.
> >
> > Hehe...
> > Saya kutip kembali email saya sebelumnya ya pak "Semua sistem di
> alam semesta ini akan berusaha mencari keseimbangan loh pak. Itu
> sudah hukum alam" yang artinya, tanpa kita ubah pun dunia akan
> berubah.
> > Agak kontradiksi dengan pernyataan yang saya pahami di email
pak
> putu "Bukankah dari dulu dunia ini tetap begini, tidak ada yang
> berubah".
> >
> > Kutipan dari Gandhi, Be The Change itu saya pikir adalah sebuah
> ajakan untuk menjadi subjek perubahan dan bukannya pasif hanya
> sebagai objek. Jadi saya buat kesimpulan kecil ya,
bahwa kita
> (sebagai subjek Be The Change) itu memang harus berbuat sesuatu
> untuk mengubah dunia, masyarakat dan juga diri kita toh pak.
> >
> > Hehe. Semua akan mengarah pada kesetimbangan dan mencari
> kesetimbangan baru. Itu sudah hukum alam, dan ketika mencapai
sebuah
> kesetimbangan baru maka perubahan  entropinya akan
maksimum.  Ya,
> semakin kacau pak.
> >
> > jabat erat,  
> > ngurah beni setiawan
> > P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
> need to
> >
> >
> >
> >
> > ____________ _________ _________ __
> > Dari: Putu Kesuma <putukesuma@ ...>
> > Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Terkirim: Jumat, 20 Februari, 2009 13:06:22
> > Topik: Re: Bls: [bali-bali] Re: politikus harum manis
> >
> >
> > Ben, coba baca baik2 tulisan saya....you will find it, not
> contradicting.
> >
> > Cheers,
> > pk
> >
> >
> > --- On Fri, 20/2/09, ngurah beni setiawan <setiawan_beni@
> yahoo.com> wrote:
> >
> > From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ yahoo.com>
> > Subject: Bls: [bali-bali] Re: politikus harum manis
> > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Date: Friday, 20 February, 2009, 12:08 PM
> >
> >
> > Pak Putu,
> >
> > Maaf untuk kebodohan tyang (lagi).
> > Dunia, tanpa kita ubah, akan berubah dengan sendirinya loh pak.
> Jadi Kata-kata Gandhi itu kurang cocok untuk mensupport pesan yang
> ingin bapak sampaikan untuk "Karenanya marilah kita gak usah
> berusaha mengubah dunia".
> >
> > Semua sistem di alam semesta ini akan berusaha mencari
> keseimbangan loh pak. Itu sudah hukum alam. a "universe"
consisting
> of "surroundings" and "systems" and made up of quantities of
matter,
> its pressure differences, density differences, and temperature
> differences all tend to equalize over time.
> >
> > Jadi dunia, semesta itu berubah loh pak. Chaos, order/ disorder
di
> alam ini, termasuk manusia, kan juga mengikuti hukum
termodinamika
> yang menyebutkan bahwa entropi selalu membesar.
> > Hehe...
> >
> > punten, 
> > ngurah beni setiawan
> > P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
> need to
> >
> >
> >
> >
> > ____________ _________ _________ __
> > Dari: Putu Kesuma <putukesuma@ yahoo. com>
> > Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Terkirim: Jumat, 20 Februari, 2009 11:42:19
> > Topik: Re: [bali-bali] Re: politikus harum manis
> >
> >
> > Salam Indonesia!
> >
> > Suka tidak suka inilah ralitas kita. Orang-orang yang menjadi
> politisi itu semua merupakan cerminan diri kita sebagai bangsa.
Dan
> apapun keputusan kita dalam pesta demokrasi ini merupakan sebuah
> pilihan.
> >
> > Bukankah dari dulu dunia ini tetap begini, tidak ada yang
berubah.
> Lao Tse bilang banhwa setiap usaha untuk memperbiki dunia membuat
> dunia semakin kacau. Karenanya marilah kita gak usah berusaha
> mengubah dunia, mengubah masyarakat, mari kita ubah diri kita
> sendiri. BE THE CHANGE kata Gandhi.
> >
> > Salam Indonesia!
> > pk
> >
> >
> > --- On Fri, 20/2/09, I Gede Sanat Kumara <abltechnet@ gmail.
com>
> wrote:
> >
> > From: I Gede Sanat Kumara <abltechnet@ gmail. com>
> > Subject: [bali-bali] Re: politikus harum manis
> > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Date: Friday, 20 February, 2009, 7:37 AM
> >
> >
> > attachment:
> >
> > Politikus Harum Manis
> >
> > Di era pemilu LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia) dan lubernya
> peserta
> > hingga 44 partai politik (partai politik), menyebabkan kurangnya
> > ketersediaan politikus untuk memenuhi kuantitas isian daftar
calon
> > tetap (DCT) untuk berkompetitisi bulan April 2009 ini. Krisis ini
> > tidak saja terjadi pada parpol kecil atau pendatang baru, namun
> juga
> > pada parpol besar yang selama ini terlihat begitu menguasai
> > perpolitikan di nusantara ini. Apalagi ada desakan agar
> keterwakilan
> > 30 persen perempuan di parlemen terpenuhi. Sebagai jawaban,
> perekrutan
> > besar-besaran terjadi, para politikus dadakan didatangkan dari
> segala
> > penjuru, mulai guru hingga pengusaha besar, tidak peduli mantan
> napi
> > hingga rohaniawan, dari desa-desa terpencil hingga orang-orang
yang
> > menetap di luar negeri.
> > Uniknya lagi, karena mahkamah konstitusi memaklumkan
dibenarkannya
> > sebuah sistem "Tarung Bebas", dimana suara terbanyak adalah
pemilik
> > sah kursi di DPRD atau DPR-RI, kader partai yang di tempatkan di
> nomor
> > cadangan, merasa mendapat payung hukum untuk meraih posisi
> terhormat,
> > dengan melupakan kesepakatan- kesepakatan tata kelola partai
> > sebelumnya. Mereka yang dirancang menjadi wakil rakyat pada
> > pemilu-pemilu berikutnyaâ€"karena itu ditempatkan di nomor-
nomor
> > besarâ€"tanpa malu-malu bertarung kini. Yah, termasuk melawan
> > mentor-mentor politiknya, yang karena senioritas diurutkan di
nomor
> > kecil.
> >
> > Harum Manis
> > Bila diamati secara seksama saat ini, ternyata modal terjun ke
> dunia
> > politik mereka adalah HARUM. Namanya harum di mana-mana karena
> tidak
> > segan-segan mengulurkan tangan, tiba-tiba rajin menyumbang ini-
itu
> > pada masyarakat yang membutuhkan dan kerap menyuarakan hal-hal
yang
> > sedang menjadi kegalauan masyarakat. Tubuhnya pun harum karena
> > disemprot parfum merek terkenal, penampilannya semerbak karena
> busana
> > mahal, belum lagi handphone keluaran terbaru lengkap dengan
> > fitur-fitur canggih, tentu saja termasuk mobil mewah terbaru.
> > Modal lainnya adalah MANIS. Budi bahasanya manis didukung tutur
> sapa
> > yang tertata rapi, seolah air tenang menghanyutkan. Manis juga
> > senyumnya, agar manis pula fotonya bila dipasang pada baliho.
Lalu
> > dipajang di sepanjang jalan, berdesak-desakan, memperebutkan
> > sudut-sudut strategis. Mempertahankannya di tengah hujan badai,
> terik
> > matahari dan tangan-tangan jahil. Serta tidak lupa memasang
tulisan
> > mohon doa restu dan minta-minta dukungan pada calon pemilih yang
> > kebetulan lewat.
> > Lalu apakah dengan modal harum manis sudah cukup untuk
mengantarkan
> > mereka ke pintu gerbang rumah rakyat, masih harus diuji lewat
> proses
> > pemilu yang kini semakin susah diramalkan siapa yang akan jadi
> > pemenang. Karena dengan dieksposenya foto-foto calon legislatif
> > (caleg) di pinggir jalan, koran atau televisi, pemilih jadi tahu
> siapa
> > yang berlaga dalam pesta demokrasi kali ini. Pemilih punya
> kesempatan
> > lebih banyak untuk memantapkan pilihan, karena mungkin saja salah
> > satunya adalah kawan sekolah, atasannya di tempat kerja, atau
> > junjungannya dalam sebuah klan keluarga besar.
> > Dari alasan hubungan sosial itu, warga yang memiliki hak pilih
juga
> > harus melirik ideologi sebuah partai yang selama ini diyakini
jadi
> > platform perjuangan, walau selalu gagal dibuktikan bila sudah
> > berkuasa. Namun yang paling penting bagi pemilih adalah sebuah
> kesan
> > pertama dari caleg, sejauh mana bisa memberi bukti bukan sekedar
> > janji. Pemilih akan lebih suka, bila jalan desanya diaspal
sepuluh
> > meter daripada dijanjikan puluhan kilometer. Karena mereka
semakin
> > jeli atas polah para politikus, yang lebih suka membekukan diri
di
> > ruang-ruang ber-AC daripada terjun langsung mencari solusi buat
> > mengatasi penderitaan rakyat. Atau lebih suka mengunjungi rakyat
> > negara-negara tetangga hingga jauh ke ujung dunia dalam label
study
> > banding yang merupakan kurikulum tetap (entah apa hasilnya,
karena
> > tidak ada laporan tertulis untuk rakyat).
> > Setelah dibingungkan oleh alasan-alasan tersebut di atas,
pemilih
> akan
> > semakin bingung saat mencontreng di bilik suara, karena pada
kartu
> > suara begitu banyak ada logo partai dan nama caleg tanpa foto
> (kecuali
> > pada lembar DPD). Sedangkan waktu para caleg untuk kampanye
terbuka
> > begitu sempit untuk bisa mensosialisasikan diri secara maksimal.
> > Alhasil kebanyakan pemilih akan memilih siapa saja yang mudah
> > ditemukan, walau itu bukan pilihan utama. Lagi pula, bagi banyak
> > pemilih saat ini, kemenangan ideologi bukan lagi utama, karena
> > siapapun memimpin atau jadi wakil rakyat, negara Indonesia tetap
> > berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada pula perubahan atau
> perbaikan
> > yang signifikan bagi rakyat secara kasat mata.
> >
> > Akhirnya Korupsi ?
> > Harum manis politik, sering membuat para politikus tergelincir
pada
> > persoalan-persoalan yang jauh dari fungsi-fungsi legislasi.
> Aktivitas
> > dengan mobilitas tinggi membuat mereka harus tampil selalu segar,
> > hangat dan kharismatik. Belum lagi rapat-rapat panjang yang penuh
> > tekanan politis yang semuanya akan membuatnya kelelahan. Di saat-
> saat
> > seperti itu sering timbul cinta lokasi yang ditautkan oleh rasa
> saling
> > mengagumi dan pemujaan satu dengan yang lain. Bisa antar
politikus,
> > politikus dengan staf, tidak jarang politikus dengan para
> > pendukungnya. Banyak dari hubungan itu menuju jenjang pelaminan
dan
> > happy ending. Namun tidak sedikit lalu beraroma cinta terlarang.
> > Dengan tereksposenya adegan-adegan layak sensor ke media massa,
> > membuat politikus kita kehilangan kehormatan, bahkan bisa
terpental
> > dari jabatan prestisiusnya hingga jatuh ke posisi paling rendah.
> > Membiayai kehidupan harum manis juga relatif mahal, apalagi di
> > tengah-tengah pengetatan anggaran negara, take home pay
(campuran
> dari
> > gaji pokok, tunjangan jabatan dan honor-honor kehormatan yang
bisa
> > dibawa pulang) politikus di legislatif atau yang sudah duduk
empuk
> di
> > eksekutif sebagai kepala daerah menjadi tidak memadai. Karena
untuk
> > jadi politikus papan atas, tidak saja harus membayar "kerja-
kerja"
> > yang bisa ditulis dalam pembukuan, namun juga pihak-pihak yang
cuma
> > ada dalam pembicaraan saat lobi-lobi politik, seperti preman,
> > pendukung-pendukung setia, serta calo-calo jabatan. Belum lagi
> kekasih
> > simpanan yang sering minta keistimewaan lebih. Nasib
sepenanggungan
> > ini membuat para politikus bertemu di titik nadir yang membuat
> mereka
> > melupakan ideologi masing-masing, kemudian merancang cara untuk
> > mengembat uang negara, tidak saja pada batas-batas kewenangan,
tapi
> > jauh melampaui kewajaran.
> > Lewat media massa, dari hampir di seluruh wilayah kita bisa
lihat
> para
> > politikus disidang di pengadilan, berbagai trik korupsi dibeber
> habis,
> > dari yang konvensional seperti mengakali anggaran negara hingga
> yang
> > lebih canggih dengan memaksa para pihak menyerahkan sejumlah uang
> > dengan alasan merekalah yang pasti punya kuasa. Satu persatu
masuk
> > bui, namun ada juga yang lolos hingga di putusan Mahkamah Agung.
> > Bila sudah demikian kondisinya, bagaimana rakyat sebagai konsumen
> > punya selera memilih politikus. Di tengah-tengah ketakutan akan
> > golongan putih (golput) hingga banyak pihak dikerahkan untuk
> > melarangnya, kenapa pihak-pihak yang terlibat dalam
> terselenggaranya
> > pemilu tidak berusaha memperbaiki produk mereka. Karena yang
harus
> > diwaspadai bukan golput sebagai gerakan politik. Tetapi lebih
pada
> > keengganan sosial masyarakat datang ke tempat pemilihan suara
> (TPS),
> > karena tawaran yang ada di bawah standar kebutuhan minimal akan
> sosok
> > politikus pro-rakyat.
> >
> > I made iwan darmawan
> > Pengamat budaya politik
> > Artikel ini dimuat di Bali Post. Kamis, 19-2-2009
> >
> >
> > ____________ _________ _________ __
> > New Email names for you!
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
> @rocketmail.
> > Hurry before someone else does!
> > ____________ _________ _________ __
> > Dapatkan alamat Email baru Anda!
> > Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang
> lain!
> >
> > ____________ _________ _________ __
> > New Email names for you!
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
> @rocketmail.
> > Hurry before someone else does!
> >
> >
> >
> >
> ____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
> ______
> > Dapatkan nama yang Anda sukai!
> > Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan
> @rocketmail. com.
> > http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
> >
>
>
>
>
>
>
_____________________________________________________________________
______
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail.
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>


------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: