jeg pas gatine sampun , wiakti sapunike , geretan nike harus ada
disetiap kantong swang swang , mangde nenten negelekin hati..
sekadi.. mas , mas , permisi mas .. boleh pinjam koreknya mas..?
Sane ngenjut alias bergeretan ria alas ring Vicotria , mangkin sampin
kahuug tur kategul ring kantor Plesi, alasan ipun ( kocap),
" karena cinta saya ditolak setengah matang oleh perempuan itu...
(mungkin itu sebabnya dia menyalakan api , agar cintanya agak
matengan dikit...... kit.. aja).
N.B (NamBah ).
Sumbangan untuk korban bush fire sudah banyak masuk . katanya
Indonesia juga nggak mau ketinggalan sebanyak 1 M USD ( info dari
Pak Darma ) , hitung hitung balas budi sebisanya setelah Tsunami .
Permisi mas , punya korek nggak?
shanti is mikir , Bulelenge.. baud baud gati .. sing taen nduk...
--- In bali-bali@yahoogroups.com, ngurah beni setiawan
<setiawan_beni@...> wrote:
>
> bli gung,
>
> beh, bli gung ini ken ken?!
> menyalakan lilin itu tidak perlu Fatwa, atau aturan, anjuran,
larangan
> yang jelas, menyalakan lilin itu perlu korek, colok, maces atau
geretan...
>
> yang lebih parah lagi ya kalau sampai main bakar sampah besar di
Oztrali itu. Mudah-mudahan Bisa cepat diatasi.
>
> rahayu, rahajeng...
> ngurah beni setiawan
> P suudang nektek punyan-punyanan
>
>
>
>
> ________________________________
> Dari: IGusti Agung <agungpindha@...>
> Kepada: bali-bali@yahoogroups.com
> Terkirim: Senin, 16 Februari, 2009 14:20:19
> Topik: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans
Seda
>
>
> Saya koq setuju dengan Bli PK ya?
> Tidak ada kebenaran mutlak didunia ini , apalagi claim sempurna.
> Semasih kita berbicara dalam lingkup "ruang dan waktu" , maka
> kebenaran itu menjadi relevan , apalagi kebenaran mutlak.
>
> ngomong ngomong lama...
> nyalain lilin itu belum ada fatwanya ya?
> bukankah menyalakan lilin didepan altar hanya untuk penganut Budha?
> Mungkin itu bisa musrik , karena Fatwa terakhir , tidak boleh ikut
> merayakan Cap Go Meh , Cap Cay boleh aja , asal nggak pakai daging
> babi.... hihihi...
>
> shanti is kirig kirig mecangkling. ...
>
> --- In bali-bali@yahoogrou ps.com, Putu Kesuma <putukesuma@ ...>
wrote:
> >
> > Benny dan teman2 semua, Salam Indonesia!
> >
> > Ben, ungkapan itu bermakna sangat dalam. Tapi bagaimanapun kita
> harus tetap berpikir secara kontekstual dan universal.
> > Â
> > Memang tidak ada gunanya mengutuk kegelapan dan untuk itu lebih
> baik kita menyalakan lilin. Untuk bisa kita menyalakan lilin tentu
> hal-hal yang menghambat nyalanya lilin harus disingkirkan.
> Umpamanya "angin kencang"(emosi yang berlebihan), hal-hal yang
> menutup sumbu lilin(file-file di mind kita akibat dari
pengkondisian
> yang kita alami selama ini, bisa berasal dari lingkungan besar
> maupun kecil, dogma2 semu), dll.
> > Â
> > Beberapa tulisan Pak LGS sempat saya simak. Meskipun ada
beberapa
> tulisan beliau yang banyak dikomentari oleh para peserta milis
> dengan sedikit emosi, saya bisa menerima. Namun penerimaan saya
> bukan berarti saya setuju.
> > Â
> > Mengenai tulisan Pak LGS dibawah ini, bukanlah sesuatu yang
> mengada-ada. Ya memang realita itu ada. Realitas itu direspon
dengan
> berbagai cara. Ada yang mencoba mengingkari, ada yang mengganggap
> itu tidak benar, ada yang menganggap isapan jempol, dll.
Tergantung
> paradigma yang memberikan respon.
> > Â
> > Kalau saya tidak salah tangkap, Pak LGS mencoba berbicara dalam
> kerangka ke Indonesiaan dengan value Pancasila.
> > Â
> > Bayangkan jika umpamanya penyakit AIDS itu kita tabukan,
apakah
> ancamannya akan semakin berkurang? Korbannya akan semakin
berkurang?
> > Â
> > Dalam capingnya Gunawan Mohammad pernah menulis begini.
Demokrasi
> adalah seni mengbungkam mulut lawan dengan kata-kata. Dalam
> berdiskusipun semangat ini sebaiknya kita terapkan. Tidak usah
> dengan mengatakan bahwa si penulis ini begini atau begitu.
> Komentarilah pendapatnya bukan orangnya. Dan jangan lupa namanya
> pendapat kemungkinannya hanya dua benar atau salah, benar menurut
> siapa dan salah menurut saiapa. Benar atau salah bagi saya belum
> tentu bagi orang lain.
> > Â
> > Diatas segalanya, benar atau salah pendapat kita tidak mengubah
> diri kita. "Diri" kita ini sempurnya adanya.
> > Â
> > Salam Indonesia!
> > putu kesuma
> > Â
> > Â
> >
> > Â
> >
> >
> > --- On Fri, 13/2/09, ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ ...>
> wrote:
> >
> > From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ ...>
> > Subject: Bls: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir -
Frans
> Seda
> > To: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Date: Friday, 13 February, 2009, 8:32 AM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Pak LGS Lili Gundi,
> > Â
> > Mohon maaf atas kebodohan saya.
> > Jujur saja, saya tidak mengerti isi tulisan bapak.
> > Â
> > Tapi dari ketidakmengertian itu, saya teringat pesan Pak Gde
> Raka ketika dulu sempat ambil kuliahnya.
> > "It's better to light a candle than to curse the darkness"
> > Â
> > rahajeng,
> > ngurah beni setiawan
> > P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
> need to
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Dari: Lili Gundi <lili_gundi@ yahoo. com>
> > Kepada: bali-bali@yahoogrou ps.com
> > Terkirim: Kamis, 12 Februari, 2009 17:14:33
> > Topik: Re: [bali-bali] Re: Dialog Ust.Abubakar Baa'syir - Frans
> Seda
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Â
> > Sebetulnya di dalam negara demokrasi, termasuk di Indonesia, sah-
> sah saja, Ustad Abu Bakr Baâ™asyir (ABB) memperjuangkan cita-
> citanya untuk mendirikan negara Islam, sepanjang perjuangan itu
> dilakukan melalui kotak suara (balot), bukan peluru (bulet). Ya,
> sekalipun ABB tidak setuju dengan demokrasi. Cara haram boleh
> dipakai sepanjang itu dapat mencapai tujuan.
> > Setelah cita-cita mendirikan negara Islam tercapai, tentu
> demokrasi tidak diperlukan lagi. Sebab di dalam negara teokrasi,
> apakah itu juga berdasarkan Protestan, Katolik, Hindu atau
Buddha
> (bila memang ada negara semacam itu) demokrasi jelas tidak ada.
> (Nanti akan jelas).
> > Andaikata ABB berhasil dengan cita-citanya (ini bukan tidak
> mungkin) di antara negara- negara Islam yang sudah ada sekarang,
> yang mana yang akan dijadikan model? Pakistan? Iran? Afganistan
> jaman Taliban? Saudi Arabia? Atau Sudan dan Somalia? Â
> > Di Pakistan dan Iran memang ada pemilu, Â orang-orang non-Muslim
> diberi hak untuk memilih, tetapi bukan hak dipilih untuk eksekutif
> ��" di dpr memang ada wakil minoritas, satu atau dua orang,
sebagai
> pemanis. Seorang non-muslim tidak boleh menjadi pemimpin (amir)
bagi
> umat Muslim; karena orang non-Muslim adalah kafir, musuh Allah dan
> Rasulnya  tentu tidak boleh menjadi pemimpin orang-orang
beriman..
> (Heran kok Allah, bila dia adalah Tuhan pencipta semesta, punya
> musuh, yaitu sebagian besar ciptaannya; kalau nabi ya, tentu
> saja). Ini berlaku di semua negara Islam, dari jaman dulu sampai
> sekarang. Pakistan sekarang menjadi sarang pembiakan teroris,
ini
> salah satu ekspornya.
> > Afganistan jaman Taliban (sekarang mereka masih segar bugar di
> sebagain besar wilayah Afgan) kaum perempuan tidak boleh sekolah,
> tidak boleh bekerja. Musik, film, tarian, patung tidak boleh.
> Peninggalan kuno di museum dihancurkan, patung Buddha di Bamian
yang
> berumur ribuan tahun juga dihancurkan. Hiburan satu-satunya adalah
> pelaksanaan hudud (hukum pidana potong tangan, kaki, leher dan
> rajam), yang dilakukan di alun-alun setiap habis shalat Jumat, dan
> disiarkan oleh radio pemerintah, seperti siaran pertandingan sepak
> bola. Orang-orang non-Muslim diperintahkan memakai tanda khusus di
> leher bajunya. Maksudnya agar mereka tidak dicegat oleh polisi
> agama, bila ia berkeliaran ketika sedang waktu salat. Â Mirip
> peraturan Nazi terhadap orang Yahudi.   Â
> > Apatheid atas perempuan masih berlaku di Arab Saudi. Hukuman
hudud
> juga sama. Â Taliban hanya meniru Arab Saudi. Di Arab Saudi orang-
> orang non-Muslim tidak boleh mendirikan rumah ibadah, tidak boleh
> membawa kitab suci, atau simbol, gambar suci agamanya. Bahkan
> sembahyang juga tidak boleh. Pelanggaran atas larangan ini bisa
> menyebabkhan ybs dihukum penjara, dianggap kriminal, Â kemudian
> dideportasi ke negaranya. Â Tapi Arab Saudi mengirim jutaan dolar
> hasil minyak dan industri ziarah (haji dan umrah) ke berbagai
> penjuru dunia untuk menyebarkan model Islam yang asli. Buku-buku
>  teks yang dicetaknya  disebarkan ke sekolah-sekolah yang
> disponsorinya, termasuk Indonesia, Â mengajarkan kekerasan dan
> kebencian (apartheid agama).Baru- baru ini raja Arab, Abdullah,
> mensponsori dialog antar agama di Madrid, PBB, dan Vatikan. Semua
> orang senang, pers bersorak sorai, dan setelah itu, kembali
seperti
> biasa. Tidak ada apa-apa. Hipokrit.
> > Di negara Teluk yang lebih moderat, orang Siyah didiskriminasi.
Di
> Irak orang Sunni dan Siyah saling bunuh, saling hancurkan masjid.
> Tapi di sana ada kambing hitam ��" yang bukan tanpa alsasan
sama
> sekali ��" AS. Di Pakistan hal sama juga terjadi, saling bunuh
> antara Sunnis dan Syiah ditambah Ahmadiyah (yang terakhir ini
Islam
> tanpa jihad, karena itu damai). Di dini tidak ada kambing hitam.
> Afganistan jaman Taliban juga.   Â
> > Di Sudan orang-orang Islam saling bunuh, Â antara Islam
keturunan
> Arab melawan Islam keturunan Afrika asli. 400.000 orang Islam
> keturunan Afrika terbunuh, jutaan lainnya jadi pengungsi, tanah
> mereka dirampas oleh orang-orang yang dulu memberi mereka agama.
> Mereka memberi kami kitab suci, tetapi mereka mengambil tanah
kami,
> kata seorang tokoh  Aftika terhadap tukar guling tanah dengan
> agama. Tapi kita tidak mendengar ribut-ribut soal itu di
Indonesia .
> > Somalia jadi negara perompak.
> > Tampaknya tidak ada dari negara-negar itu yang dapat jadi model
> negara Islamnya ABB. Biasanya pendukung cita-cita ini mengidolakan
> kekalifahan. Itulah jaman keemasan Islam, kata mereka. Tetapi
> silahkan baca buku âKebenaran yang Hilang, Sisi Kelam Politik
dan
> Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim,â karya Farag Fouda,
terbitan
> Dian Rakyat. Hanya satu kalifah yang meninggal karena usia, yaitu
> Abu Bakar, yang lain semua mati karena kekerasan antar mereka
> sendiri. Abu Bakar, memerangi orang-orang Arab yang membelot dari
> Islam, tidak mau membayar zakat. Â Kekejaman luar biasa, ada
kalifah
> yang sudah meninggal, digali kuburnya, jenasahnya diangkat,
dipecut
> ratusan kali, lalu dibakar (ini haram dalam Islam). Moralitas juga
> tipis. Klub tari dan anggur melimpar ruah. Ada kalifah homo yang
> jalan pemerintahannya dipengaruhi oleh kerling mata kekasihnya,
juga
> laki-laki.
> > Farag Fouda, seorang intelektual sekuler Mesir, membongkar mitos
> kalifah, termasuk kalifah rasidun (pengikut pertama Muhammad).
> Mengapa mereka demikian? Mereka sekedar melakukan apa yang
> didengar dan dilihatnya.
> > Dan karena mengungkapkan kebenaran itu, Farag Fouda, difatwa
mati
> oleh Ulama Al Azhar; dua anak muda pengangguran menembak kepalanya
> dengan peluru. Tentu saja mati.
> > Kembali ke cita-cita ABB. Menurut saya, coba terapkan sepenuhnya
> syariat Islam di Aceh: ekonomi syariat, yang katanya mampu
> menghindari krisis ekonomi global, hukum perdata  dan pidana
> Islam, jangan cuma cambuk saja seperti sekarang, tetapi hudud yang
> kaffah (lengkap): potong-potong anggota badan. Lalu lihat, apakah
> Nanggru Aceh Darusalam lebih maju dari bagian Indonesia lainnya?
 Â
> Dicoba saja dulu, mumpung sudah ada undang-undangnya.
> > Ada suara berbisik: Suatu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-
> nilai yang tidak benar (salah satunya apartheid karena jender
danÂ
> keyakinan) tidak akan sampai ke tujuan yang benar. Tetapi yang
tidak
> benar belum tentu tidak menang. Sebaliknya. Richard Dawkins (dalam
> God Delusion) mengatakan, âsuatu suku yang Allahnya mengajarkan
> kekerasan dan kebencian kemungkinan besar menang atas suku yang
> Tuhannya mengajarkan non-kekerasan (ahimsa) atau kedamaian.â
> Â Pernyataan biolog terkemuka Inggris ini bukan asal bunyi.
> > Bukan tidak mungkin tiba-tiba âbangâ sistem kenegaraan kita
> berobah. Kita, orang-orang Hindu, lalu bengang-bengong seperti
> âkebo mebalih ombakâ. Tiba-tiba kita jadi zimmi, tiba-tiba
> harus membayar zisyah, tiba-tiba  legong dilarang, apalagi joget
> bumbung. Kok semua tiba-tiba? Karena kita sekarang mengelak untuk
> membicarakan hal-hal itu secara terbuka.
> > Mohon  diingat, para orang tua kita jaman 45 mengorbankan nyawa
> untuk mendapat kebebasan. Jangan sampai   karena takut
bertengkar,
> sekalipun hanya dalam kata-kata  karena ingin damai selalu, kita
> menghilangkan kebebasan itu.
> > Kita kok manja dan rentan sekali? Marilah kita belajar sedikit
> berani  adu argmentasi di sini, tetapi dengan itu  kita menjadi
> sadar dengan berbagai ideologi yang tidak saja bersaing merebut
> pikiran setiap orang, tetapi juga merebut struktur negara.
> > Memang ada satu dua yang caci maki, tidak apa-apa. Sebenarnya
> mereka ingin juga partisipasi dalam diskusi, tapi tidak punya
> argementasi. Dimaklumi saja. Itu risiko diskusi di internet.
> Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
> > Â
> > Â LGS
> >
> >
> >
> > Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu?
> > Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > New Email names for you!
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail
and
> @rocketmail.
> > Hurry before someone else does!
> > http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/
> >
>
>
>
>
>
> Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih
banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!
http://id.messenger.yahoo.com/invite/
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar