PD maupun Golkar itu sebenarnya bagian di dalam koalisi ABG (ABRI-Golkar-Birokrat) yang merupakan motor politik kekuasaan dan kekuatan Soeharto. Sayap ABRI selalu yang paling berkuasa, sedangkan massa pendukung utamanya adalah Birokrat, sedangkan Golkar kebagian yang menampung suara klangan sipil. Kecurangan dikatakan sudah mentradisi dalam pemilu pada zaman Soeharto itu dilakukan oleh sayap Birokrat dan juga sayap ABRI. Kabarnya, hal ini masih trus berlangsung, sampai ke pemilu dan pilpres kemarin, sehingga kemungkinan akan berkelanjutan juga dalam pemilu dan pilpres tahun ini. Pernyataan SBY agar ABRI netral, itu disebabkan adanya kekhawatiran ABRI akan tidak lagi memihak kepada SBY/PD. Kekhawatiran itu beralasan, sebab selain PD, ada lagi yang baru dari sayap ABRI yang tampil ke gelanggang politik tahun ini. Jadi minimal kekuatan yang dulu ABG itu sudah pecah menjadi tiga: PD, Hunura dan Gerindra. Dan yang paling besar dananya untuk berkamnpanye sudah kentara, yaitu Gerindra. Mungkin sekali kekhawatiran SBY itu lebih ditujukan kepada Grindra, bukan kepada Hanura maupun Golkar. Golkar malah sudah diejek oleh PD sebagai parpol yang akan kalah telak dalam pemilu tahun ini. Sedangkan eks Gubernur Jakarta, Sutioyoso, juga dari sayap ABRI, yang menantang SBY, sekarang ini sudah tidak diperhitungkan lagi. JK tahu konstelasi politik di kalangan koalisi ABG sekarang seperti itu. Boleh saja dia akan didukung oleh daerah-daerah (tapi yang selalu memenangkan pemilu adalah rakyat di Jawa, Sulsel dan Sumatera Timur). Sepertinya ABRI dan Birokrat sudah boleh dikata tidak lagi melakukan koalisi dengan Golkar. PD tampaknya makin brtambah solid dukungannya, dan partai-partai lainnya seperti PKS, PAN, PP, dll akan tetap melakukan koalisi dengan PD, karena dari kalangan ini tidak ada capres yang kuat untuk tampil bersaing dengan SBY. Yang benar-benar makin solid sekarang ini adalah PDIP, karena didukung oleh anak-anak muda yang militan. Maka pertarungan di panggung pilpres hanya akan mengulang saja: SBY vs Mega! Yang jelas, Mega tidak akan bersedia menjadi Cawapres untuk SBY, bukan? Justeru kalangan yang kecewa terhadap SBY akan bergabung dengan Mega. Maka tidak mustahil Golkar akan berkoalisi dengan Mega jika SBY memilih cawapres yang dari luar Golkar, misalnya SBY memilih calon dari Gerindra. Namun, kemungkinan besar justeru Gerindra tampaknya akan berkoalisi dengan PDIP, sebagaimana tampak dalam isyunya yang sejalan dengan PDIP dalam bidang ekonomi, maka bisa jadi cawapres Mega dari Gerindra nantinya. Kalau ini yang terjadi, maka kemungkinan Mega memegangkan pilpres memang cukup besar! Tapi, itu dengan catatan Gerindra memang mendapatkan sukses besar dalam pemilu tahun ini. Ikra.- ==== Jadi, PD yang dipimpin oleh SBY itu sebenarnya merupakan sayap ABRI dari Parpol ABG saja, yang dalam perjalananny selama SBY menjadi presiden terus menerus mrnjaslankan program merangkul Birokrat -- dan berhasil! Jadi, tidak heranlah jika ada dari kalangan PD yang merasa yakin dan mantap mengatakan Golkar sekarang itu sudah ditinggalkan oleh Birokrat. sLalu ada lagi pecahan lain yang tamp[aknya cukup signifikan penampilannya "Gerindra" dan "Hanura" sehingga lengkaplah sayap militer sudah pada keluar dari Golkar. --- On Fri, 2/20/09, dutamardin umar <dutamardin@gmail.com> wrote: From: dutamardin umar <dutamardin@gmail.com> |
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar