Jumat, 24 September 2010

RE: [bali-bali] RE: [bali] SBY KULIAH soal Penanggulanan kemiskinan



Kalau soal yang ini....

 

Ditambah dengan apa yang di tulus oleh Carunia.... semua betul betul saja secara ilmiah, teori... the academians mind.... yang tidak ada di lapangan adalah monitoring dan evaluasi yang runtun, komitment dari para pelaksana di lapangan juga sangat miskin, jadi program di lakukan se ada adanya saja dengan kesan ‘kan untuk orang miskin, tau apa sih’.

 

Penyampaian program juga sering kali tidak friendly, ya maklum karena yang menerima juga banyak yang buta huruf.  Respect itu kurang sekali saya lihat.

 

Contoh: program ketahanan pangan yang dilakukan di dusun terpencil dan miskin di atas bukit: masyarakat di anjurkan untuk makan ikan untuk perbaikan gizi, kalau di lihat dari bukit itu ya memang kelihatan lautnya... tapi untuk mereka ke pesisir itu saja sudah membutuhkan biaya tinggi, itupun kalau ada kendaraan.  Jadi untuk mendapatkan sepotong ikan saja mungkin biaya bisa 20 sampai 40 ribu kalau ngojek.... mana mungkin sih mereka bisa?  Kalau ternyata program tidak bisa dilaksanakan ya di biarkan saja... angin berlalu....

 

Tapi kan syaratnya dari Prof. Ellwood itu jelas “ekonomi yang kuat, keunggulan komparatif jangka panjang, kelembagaan dan pemerintahan yang kuat dan efektif, serta program bagi kaum miskin yang dirancang dengan saksama’

Ini semua belum ada... jadi ya tinggal di omong doang...

 

 

From: bali-bali@yahoogroups.com [mailto:bali-bali@yahoogroups.com] On Behalf Of Nengah Sudja
Sent: 18 September 2010 19:51
To: bali@lp3b.or.id; bali-bali@yahoogroups.com
Subject: [bali-bali] RE: [bali] SBY KULIAH soal Penanggulanan kemiskinan

 

 

Mbak Vieb , P Nyoman Suwela,

 

Sekedar tambahan, berkaitan dengan smart (wise)  policy birokrasi dari posting saya TEMBOK KUTA , dari Artikel  Opini Kompas 18/9/2010 Kuliah Ellwood, ditulis berikut dibawah  ini.

 

Dari uraian singkat di atas, jelas bahwa syarat untuk menghapus kemiskinan di Indonesia tidak sesederhana seperti disa- rankan Ellwood. Meski begitu, catatan Ellwood dalam presentasi slide terakhirnya yang me- ngatakan But the most important element by far is wise, effective, powerful and inspired leadership” merupakan pernyataan yang valid.

(huruf tebal dari saya).

Carunia Mulya Firdausy Guru Besar Ekonomi dan Profesor Riset Bidang Ekonomi LIPI

SALAM.

Nengah Sudja.

 

 


From: bali-bounce@lp3b.or.id [mailto:bali-bounce@lp3b.or.id] On Behalf Of Asana Viebeke Lengkong
Sent: Saturday, September 18, 2010 3:22 PM
To: bali@lp3b.or.id; bali-bali@yahoogroups.com
Subject: [bali] SBY KULIAH soal Penanggulanan kemiskinan

 

4 Syarat Hapus Kemiskinan

Kamis, 16 September 2010 | 04:13 WIB

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/09/16/3983106p.jpg

ANTARA/WIDODO S JUSUF

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kedua dari kanan) dan Wakil Presiden Boediono (kanan) menyimak ceramah yang disampaikan Dekan Harvard Kennedy School David T Ellwood (podium) saat acara Presidential Lecture di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/9).

Jakarta, Kompas - Ada empat elemen (syarat) untuk penciptaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan. Hal itu disampaikan Profesor David T Ellwood, Dekan Harvard Kennedy School, dalam Presidential Lecture di Istana Negara, Rabu (15/9) pagi.

Keempat hal tersebut adalah ekonomi yang kuat, keunggulan komparatif jangka panjang, kelembagaan dan pemerintahan yang kuat dan efektif, serta program bagi kaum miskin yang dirancang dengan saksama.

Dalam sambutan pengantar, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan latar belakang, ketika Indonesia melancarkan Revolusi Gelombang Kedua yang ditandai oleh penguatan demokrasi sekarang ini, Indonesia menerapkan strategi tiga jalur (triple track strategy), yaitu pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, dan pro-pengurangan kemiskinan, dan kini strategi itu bahkan telah dilengkapi dengan jalur keempat, yakni pro-lingkungan.

Kepada Prof Ellwood, Presiden menyampaikan, meski Indonesia terus mengalami pertumbuhan dan melancarkan program meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerintah yang dipimpinnya menginginkan hasil yang lebih besar lagi. Presiden menilai, topik ceramah yang disampaikan Prof Ellwood, yakni ”Menciptakan Pekerjaan, Mengurangi Kemiskinan, dan Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat”, relevan dengan persoalan Indonesia.

Ekonomi kuat

Merinci empat syarat yang disebutkan, Ellwood yang dikenal sebagai guru besar ekonomi-politik menegaskan, tanpa pertumbuhan ekonomi yang kuat, mustahil untuk menghapuskan kemiskinan. ”Pertumbuhan kuat hampir selalu membuka jalan bagi turunnya kemiskinan secara tajam,” lanjut Ellwood dalam ceramah yang dipandu oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Irawan Wirjawan.

Selain kuat, pertumbuhan yang dimaksud Ellwood—yang pernah ikut dalam Kelompok Kerja Reformasi (Program) Kesejahteraan pada era pemerintahan Presiden Bill Clinton—juga meluas, kondisi yang oleh Presiden Yudhoyono dipertegas menjadi ”merata” (equitable).

Adapun untuk keunggulan komparatif jangka panjang, Ellwood menyebutkan perlunya Indonesia bisa menemukan industri, juga produk, yang punya keunggulan komparatif di perekonomian dunia. ”Ini tantangan yang tidak mudah karena perekonomian dunia terus-menerus berubah dan ekonomi nasional pun harus mampu menyesuaikan diri,” lanjut Ellwood.

Melengkapi paparannya, Ellwood juga menyinggung perlunya keunggulan kompetitif yang mewujud dalam teknologi, keterampilan, dan pendidikan dalam upaya memerangi kemiskinan. Pendidikan, misalnya, merupakan hal vital untuk pembentukan keterampilan dan penyesuaian fleksibel.

Institusi dan pemerintahan

Dalam acara yang terselenggara dengan dukungan Rajawai Foundation ini, Prof Ellwood juga menegaskan sentralnya peranan institusi dan pemerintahan. Untuk institusi, satu hal yang pertama disorot adalah adanya aturan hukum (rule of law) yang bisa dipercaya. Sementara untuk pemerintahan, yang dituntut adalah yang berciri kuat, efisien, dan transparan. Ciri-ciri yang bisa disimak dari pemerintahan seperti itu antara lain punya daya untuk menstimulasi bisnis dan kompetisi, giat membangun infrastruktur, dan mampu meminimalkan korupsi melalui aksi yang transparan, efisien, dan kredibel. Pemerintahan seperti itu juga stabil, teramalkan (predictable), dan tersambung dengan rakyat.

Dirancang baik

Bagian akhir Presidential Lecture digunakan Ellwood untuk membahas program penanganan kemiskinan. Kuncinya, menurut Ellwood, adalah program tersebut dirancang dengan saksama (thoughtfully constructed). Hal itu, menurut Ellwood, diwujudkan dengan adanya lebih banyak program jangka panjang dibandingkan dengan program berjangka pendek.

”Semata memberikan dukungan tunai atau menyediakan makanan gratis atau bersubsidi, sedikit saja bisa membantu menghapuskan sebab-sebab riil kemiskinan,” kata Ellwood.

Situasi yang menurut Ellwood harus ditangani dengan penyediaan pekerjaan ini perlu ditangani segera tanpa ditunda- tunda karena bertindak sekarang daripada nanti bisa mengurangi secara signifikan ongkos dan impak masalah.

Di tengah persoalan kemiskinan yang ada, Ellwood mengingatkan pula tentang sejumlah fenomena yang dihadapi dunia sekarang ini, mulai dari perubahan iklim, perubahan demografik, bencana alam, bencana buatan manusia, pandemi, hingga (kelangkaan) air.

Dalam kompleksitas persoalan itu, akhirnya Ellwood menunjuk satu faktor penting, yakni upaya penciptaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan yang sangat ditentukan oleh kepemimpinan, yang dianggapnya merupakan elemen yang paling penting. Adapun tipe kepemimpinan yang dibutuhkan di sini adalah yang berciri ”bijaksana, efektif, berdaya, dan penuh inspirasi”.

Ceramah Prof Ellwood mendapat tanggapan dan pertanyaan dari hadirin, seperti Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim, dan Ke- tua Komite Inovasi Nasional Zuhal.

Presiden sendiri ketika memberikan kesimpulan mengatakan, bagi negara berkembang seperti Indonesia, kalau ada strategi besar dalam pembangunannya, tidak bisa lain itu harus pembangunan berkelanjutan. Sementara untuk memerangi kemiskinan, orientasi yang dipilih adalah ”bekerja dan mendapat gaji” (work and pay) untuk menopang kebutuhan hidupnya, tidak semata-mata mengandalkan bantuan tunai dan subsidi pangan.(nin)

 



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: