Salam Mas Deden, saya ikut urun rembug. Kenyataannya apa yang kita lihat dilapangan khususnya kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh orang2 yang mengaku beragama Islam itu ada dan banyak. Kekerasan yang dilakukan oleh orang2 yang beragama Islam ini dan atas nama agama sudah sering pula kita dengar. meskipun ada bantahan dari orang2 yang beragama Islam yang tidak setuju dengan kelakuan itu namun bantahan-bantahanny a itu tengelam oleh pelaku-pelaku kekerasan. Baru hanya Gusdur yang berani terang2an melawan. Dalam hal ini saya sependapat dengan Gusdur, meskipun dalam beberapa hal saya tidak sependapat. Menurut saya membantah saja tidak cukup. Orang2 yang beragama Islam yang tidak setuju tengan kekerasan itu idealnya menurut saya harus turun ke lapangan untuk melindungi orang-orang yang menjadi korban. Karena negara kita adalah negara hukum maka setiap masalah harus diselesaikan melalui mekanisme hukun. Pertanyaan saya adakah orang yang beragama Islam di negeri ini yang berani dan siap melakukan hal itu? Kenapa kita takur? Bukankah seharusnya kita hanya takut kepada Allah? Saya baru saja selesai membaca buku The Islamist, Why I joined Radical Islam in Britan, What I saw inside and Why I Left, karya Muhammad Husain(Ed Husain). Saya percaya dengan sang penulis yang mengaku beragama Islam ini karena dari perjalanannya menjadi aktivist di London, lalu sempat belajar bahasa Arab di Syria dan sempat pula tinggal di Saudi Arabia selama 7 bulan. Dari buku ini saya tahu persis apa yang diajarkan di Arab Saudi, dan tidaklah mengherankan jika kekerasan2 itu dilakukan atas nama agama oleh khususnya penganut Wahabbi dan Hizb ut-Tahrir. Di Saudi Arabia, di sekolah memang diajarkan Islam versi Wahabi(Islam menurut ulama Abdl al-Wahab), dan pada setiap kotbah Jumat memang didakwahkan kebencian dan kekerasan dan itu disetujui oleh Pemerintah. Dari buku ini saya tahu kemunafikan orang2 Saudi(bukan saya yang bilang tapi Ed Husain berdasarkan pengalaman hidupnya selama 7 bulan di Saudi).
Syukurnya, penulis ini kakeknya adalah seorang ulama yang mengajarkan Islam yang dianggap primitif dimana Nabi bukanlah dianggap seorang pemimpin, tapi seorang Master, seorang Murshid, dan Al Qur'an adalah artikulasinya Muhammad setelah mendapat inspirasi dari Allah. Dan penulis sempat bertemu dengan berberapa sufi dari Amerika dan Syria. Sangat beda dengan Hizb ut-Tahrir dimana Al Qur'an dianggap konstitusi dan Muhammad adalah seorang pemimpin dan tujuannya adalah untuk menghancurkan semua kepala negara di dunia khususnya Timur Tengah yang tidak menerapkan sistem kekhalifahan. Islam menurut Hizb ut-Tahrir tidak mengenal nasionalisme. Yang ada cuma satu bangsa yaitu bangsa Islam. Hizb ut-Takhir awalnya mau didirikan di Jordania tapi dilarang dan pemimpinnya lari keluar negerai dan mendapat suaka politik di Inggeris. Hizb ut-Takhir di Mesir, pendirinya dipenjarakan. Doktrin mereka adalah merupakan kewajiban paribadi atau kelompok untuk menyerang orang-orang atau bangsa atau negara yang tidak menerapkan sistem pemerintahaan berdasarkan syariat Islam. Sekali lagi ini saya baca di buku itu. Kembali kepada Islam, bagi orang-orang yang bergama Islam dan mengganggap bahwa Islam itu merupakan rahmatan lit alamin sudah seharusnya melakukan segala hal untuk terudujudnya hal itu, bukan dengan jalan membiarkan orang-orang yang melakukan kekerasan atas nama Islam. Bukankah ada dikatakan dalam Qur'an bahwa sebaik2nya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi sesamanya? Perngertian saya sesama ini adalah sesama mahluk hidup, bukan sesama agama Islam. Melebar sedikit, jika kita lihat dalam kontek kenegaraan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD45 maka para penganut Islam yang melakukan kekerasan itu sudah seharusnya dibui. Masalahnya adalah pemerintahan kita demi papularitas tega mempertaruhkan integrasi bangsa dan negara. Saya meyakini Islam sebagai sebuah jalan, seperti jalan-jalan lainya(baca agama) adalah valid adanya karena diturunkan melalui Muhammad yang telah mencapai langit ke 7. Hanya orang2 yang mampu mencapai langit ke 7(dalam tradisi lain disebut cakra) yang mengalami peristiwa ber Tuhan, sehingga bisa berbicara tentangNYA. Dalam penyampaiannya tentu disesuaikan dengan keadaan masyarakat untuk bisa dipahami. Yang menjadi masalah adalah pemahaman segelintir orang berdasarkan apa yang disampaikan oleh Muhammad sekian ribu tahun itu tidak mampu dipahami dalam kontek kekinian sehingga ada hal2 yang bersifat kontektual di universalkan. Disinilah masalanya. Salam, P.Kesuma
Apapun sukumu, apapun agamamu, kau orang Indonesia. Aku cinta Kau. Whoever you are, wherever you are from, you are human being. I love you ~ NIM(National Integration Movement).
--- On Fri, 26/12/08, Deden Kung <dedenkungs@yahoo. com> wrote: From: Deden Kung <dedenkungs@yahoo. com> Subject: Re: [bali-bali] Asal usul Allah To: bali-bali@yahoogrou ps.com Date: Friday, 26 December, 2008, 10:00 PM
Salam Pak Gusti yang santun dan bijak, Maaf saya baru baca tulisan anda karena hampir 1 bulan sya ikut menjalankan Ibadah Haji ke Negri Makah Al Mukaramah... Tiyang sangat terkejut membaca tulisan Bapak yang maaf seribu kata kalau apa yang Bapak tulis kurang tepat dan tidak mendasar, pemahaman Bapak itu ibarat menilai Gajah hanya baru dari telapak kaki Gajah "sangat dangkal sekali dan kurang mencerminkan seorang intelek"
Peristiwa atau tulisan dari1,2 orang tdk bisa dijadikan acuan untuk menilai ajaran agama lain yg sesungguhnya. ....contoh yg Bapak berikan mengenai Imam Samudra yg menjarah toko sebagai pembenaran dari ajarana Islam itu sangat bertentangan dgn ajaran Islam/Kristen atau ajaran lainya yg sesungguhnya. ...oleh karena itu sebaiknya Bapak banyak belajar lagi sebelum memberikan komentar yg ngawur..... Ada pepatah Sawang Sing Nawang " orang lain hanya tahu ttg sesuatu mengenai sesuatu hanya dari kulit luar nya saja atau baru katanya atau kata si A kata si B..kalau mau tahu persis maka kita harus masuk ke dalamnya atau belajar sampai ke akar akarnya spaya tidak menyesatkan orang....
Saran saya kalau Bapak lebih pingin tahu ajaran Islam yang sebenarnya lalu apa itu Ka'bah, siapa itu Nabi Muhammad dsb...silahkan temuin Bapak Din Samsudin atau Bapak Hasim Mujadi secara langsung atau Bapak bisa email Guru yang membimbing Ibadah Haji/Umrah saya Beliau Bapak Ustad Edi Marwah di edivisioner@ yahoo.co. id..semoga Bapak bisa melanjutkan diskusi atau keingin tahuan Bapak ttg Islam dengan merka..
Terima kasih atas perhatian dan mohon maaf kalau ada salah kata.. Salam damai Deden
From: Lili Gundi <lili_gundi@yahoo. com> To: bali-bali@yahoogrou ps.com Sent: Friday, December 5, 2008 6:31:18 AM Subject: [bali-bali] Asal usul Allah Tulisan singkat berikut mengenai asal usul Allah. Pada mulanya ia adalah al-Lah, salah satu tuhan (ilah) dari 360 ilah yang patungnya dipuja di Kabah. Ia adalah tuhan dengan fungsi terbatas, tetapi sangat penting bagi orang Arab, khususnya Mekkah, yaitu tuhan pemberi hujan dan penunjuk jalan di malam hari (dari sini lambang islam: bulan sabit dan bintang). Hujan sangat penting bagi daerah gurun, dan karena siang hari sangat panas, orang Arab melakukan perjalanan pada malam hari (bulan dan bintang sebagai penunjuk jalan). Oleh Muhammad al-Lah dijadikan satu-satunya Tuhan, - pada gilirannya Allah mengangkat Muhammad sebagai nabinya – dan tuhan-tuhan yang lain digabungkan jadi satu dengan al-Lah yang kemudian jadi Allah dengan 99 nama yang indah (asmual husna). Ini disebut Tauhid (menyatukan) . (Baca Huston Smith: Agama Manusia, dan Karen Amstrong: Histori of a God dan Nurchlis Madjid: Islam, Doktrin dan Peradaban). Dari sini lahir kalimat syahadat Islam: "La illaha ila Allah", tiada tuhan selain Tuhan, there is no god but God. Di Indonesia diterjemahkan "Tiada Tuhan selain Allah" ini berarti lain sama sekali: tidak ada Yesus, Sang Hyang Widdhi, yang ada hanya Allah. Ketika almarhum Dr Nurcholis Madjid mempublikasikan tentang sejarah Allah ini, yang dia kutip dari pendapat penulis Islam, Ismail al Faruqi dan Louis Lamya, pada awal tahun 90an, maka ulama Islam di Indonesia gempar. Bahkan ada yang menghalalkan darahnya (boleh dibunuh, ini bahasa khas Islam).. (Saya juga sudah mendapat ancaman dan dicaci maki, disebut dajjal, shiet, oleh seorang anggota milis (pengintip, karena tidak pernah muncul di forum) dalam diskusi di japri, terkait posting saya "Surga sebagai sumber terorisme"). Saya tanya seorang teman, "mengapa ini menyebabkan kemarahan orang Muslim?" Dia jawab: "masak hal-hal semacam itu diungkapkan?" Mereka tidak ingin kebenaran sejarah diungkapkan. Al-Lah yang semula tuhan pemberi air dan penunjuk jalan, al-Lah yang baik dan toleran selama berabad-abad sebelumnya dan juga ketika ia dijadikan satu-satunya Tuhan oleh Muhammad, dalam periode Mekkah, selama 13 tahun, masih tetap lembut, paling-paling hanya mengutuk dan menakut-nakuti. Tapi Allah ini gagal memperoleh pengikut. Hanya berhasil mengumpulkan tidak lebih dari 100 orang. Dan semakin berkurang dengan skandal ayat-ayat setan, tawar menawar dengan orang Kuraish, dan perjalanan malam hari Muhammad ke Surga (israk mikraj). Muhammad lalu menyingkir ke Madinah. Ketika Muhammad mulai mendapat banyak pengikut, Allah yang lembut sekarang berobah 100 persen. Maxim Lord Acton, "power tend to corrupt, absolut power corrupt absolutely" juga menimpa Allah. Kode moral Arab dijungkir balikkan. Ia membenarkan perkawinan Muhammad dengan anak di bawah umur (dengan Aisah, sekarang disebut pedofil); ia mmbenarkan Muhammad mengawani menantunya, Zainab bint Jahsy istri anak angkatnya, Zaid, dengan mengorbankan lembaga anak angkat dimuliakan oleh orang Arab dan juga manusia yang hidup di dunia beradab sekarang ini. Ketika perkawinan ini diributkan, karena sama artinya dengan incest, oleh orang Arab yang sudah menjadi Muslim, "turun ayat" yang menyatakan bahwa anak angkat itu haram. Dan Muhammad mengawini istri anak angkatnya karena Allah ingin membatalkan tradisi mengangkat anak ini. (Ada komiknya, bersama komik yang diributkan kemarin di web islam watch), Saya melihat sendiri tiga orang Ibu muslimah yang tidak mempunyai anak sendiri, menangis tersedu-sedu ketika pengangkatan anaknya yang sudah berjalan beberapa tahun, dibatalkan dengan alasan haram menurut syariat. Dia membenarkan pemerkosaan terhadap tawanan perempuan ("perempuan yang menjadi milik tangan kananmu boleh kamu tiduri"); ia mebenarkan pengikutnya memakan hasil jarahan/rampasan. (kepada orang Islam awal yang ragu-ragu, Allah/Muhammad berkata: "makanlah, ini sah bagimu!' Allah yang semual toleran, sekarang membagi manusia menjadi dua: beriman (Islam) dan kafir (non-Islam). Dan memerintah orang beriman membunuh orang kafir kapan dan di manapun ditemukan, karena mereka adalah musuh Allah dan nabinya. Ini menjadi sumber seluruh terorisme Islam modern, yang terbaru di Mumbai. Harta orang kafir itu syah untuk dijarah, perempuan dan anak-anak laki-laki yang belum tumbuh bulu kemaluannya dijadikan budak, termasuk ganimah.. Muhammad mendapat 20% dari ganimah. Bila musuh pergi tanpa melawan, seluruh harta jarahan jadi milik Muhammad (disebut fai. Istilah ini pernah digunakan oleh Imam Samudera ketika kelompoknya menjarah toko-toko emas di Banten). Ada yang mengatakan Allah telah menjadi pelayan domestik Muhammad. Pada kenyataan antara keduanya tidak dipisahkan. "Yang taat pada allah, taat pada Muhammad. Yang tidak taat pada Muhammad tidak taat pada Allah." Keduanya sama, yang kedua adalah alter ego yang pertama. Keduanya tidak mengajarkan cinta kasih dan welas asih. Diajarkan adalah tunduk, taat, takut. Dan pay (zakat) or die. Aturan ini terus dilanjutkan oleh khalufa ar rasidun, dan para kalifah selanjutnya. Jadi yang disebut jaman jahiliyah itu, jaman sebelum atau sesudah Islam? Sekarang soal larangan penggunaan kata Allah bagi orang Kristen. Allah itu bukan kata untuk Tuhan, tetapi nama seorang Tuhan. Seperti Yesus dalam Kristen, Sang Hyang Widdhi dalam agama Hindu di Indonesia. Kata Tuhan atau God dalam bahasa Arab adalah Rabb. Dari sudut ini Allah itu memang "milik" orang Islam. Saya juga heran mengapa orang Kristen memakai kata Allah untuk Tuhannya? Apakah mereka tidak tahu siapa dan bagaimana Allah itu? Mereka, para teolog mereka, pasti tahu. Lalu buat apa mereka memakai kata Allah, si Indonesia dan Malaysia, tapi tidak di Eropa atau Filipina? Kristen sama seperti Islam adalah agama missi yang agresif. Mereka menggunakan perang, bujukan, pengelabuan untuk menyebarkan agamanya. Pada milleniun I Eropa dikristenkan dengan pedang, pacul dan tombak. Pada milenium II Amerika dan Afrika dapat giliran. Islam juga sama. Dalam 100 tahun mereka sudah menguasai dunia yang luas, dari Maroko di ujung barat sampai India di ujung timur. Mereka merusak budaya asli dan membuat banjir darah orang tak berdosa. Orang Muslim mempunyai dasar untuk curiga, bahwa pemakaian nama itu oleh orang Kristen adalah dalam rangka missi dan konversi. Namun ini bisa berjalan sebaliknya, karena di Indonesia dan Malaysia sekarang Islam semakin berkuasa di bidang politik dan birokarasi. Di kedua negara ini banyak orang masuk Islam agar memperoleh kemudahan dalam bidang-bidang tersesut. Orang Bali Hindu kan juga pernah ribut soal nama Sang Hyang Yesus. Tapi bila orang Buddha menyebut Sang Buddha dengan Sang Hyang Adi Buddha orang Hindu tidak apa-apa, karena Buddha bukan agama missi yang agresif. Perang-perang agama, karena itu semua agama mendapat nama buruk, hanyalah karena kedua agama missi yang agresif ini, Kristen dan Islam, yang berlomba-lomba mencari pengikut, persis seperti partai politik menjelang pemilu. LGS Apakah istilah "Allah" hanya milik umat Islam saja? SEORANG perempuan beragama Kristen saat ini sedang menggugat pemerintah Malaysia dengan alasan telah melanggar haknya atas kebebasan beragama (baca International Herald Tribune, 29/11/2008 - http://www.iht. com/articles/ ap/2008/11/ 28/asia/AS- Malaysia- Religious- Rights.php). Mei lalu, saat balik dari kunjungan ke Jakarta, Jill Ireland, nama perempuan itu, membawa sejumlah keping DVD yang berisi bahan pengajaran Kristen dari Jakarta. Keping-keping itu disita oleh pihak imigrasi, dengan alasan yang agak janggal: sebab dalam sampulnya terdapat kata "Allah".
Sejak tahun lalu, pemerintah Malaysia melarang penerbitan Kristen untuk memakai kata "Allah", sebab kata itu adalah khusus milik umat Islam. Umat lain di luar Islam dilarang untuk menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan untuk Tuhan mereka. Pemakaian kata itu oleh pihak non-Muslim dikhawatirkan bisa membingungkan dan "menipu" umat Islam (Catatan: Sedih sekali ya, umat Islam kok mudah sekali tertipu dengan hal-hal sepele seperti itu?)
Pertanyaan yang layak diajukan adalah: apakah kata "Allah" hanyalah milik umat Islam saja? Apakah umat lain tidak boleh menyebut Tuhan yang mereka sembah dengan kata "Allah"? Apakah pandangan semacam ini ada presedennya dalam sejarah Islam? Kenapa pendapat seperti itu muncul? Dst
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar