Apakah Tuhan akan peduli dengan itu ?
Entahlah…krn tidak terpikirkan
From: bali-bali@yahoogroups.com [mailto:bali-bali@yahoogroups.com] On Behalf Of ragaputrasejati
Sent: Tuesday, December 28, 2010 10:56 PM
To: bali-bali@yahoogroups.com
Subject: [bali-bali] [bali] Re: Interesting?
Saya sependapat dengan bali-bali , Ternyata kebesaran dan kesahihan Bagawadgita sudah dihypotesakan oleh Stevan Hawking. Dan Selanjutnya ilmuwan lainnya yang akan membuktikan kebenran bahwa Tuhan ada berdasarkan bagaimana dia ada, dan di dalam ketiadaan dia ada. Dia mengisi ruang sunyi, dia hampa , dia berat, pokoknya membingungkan, Dan itulah eksistensi Tuhan sebenarnya. Tuhan tidak dapat diwujudkan, dan beliau tidak perlu untuk diwujudkan, bilaiu tidak perlu dipuji, disucikan karna beliau sudah terpuji dan suci, hanya manusia yang ambisi dan mencari muka lah yang selalu memuji dan pamrih. Beliau besar dan tidak usah dibesar-besarkan, beliau kecil dan beliau tidak marah kalau di anggap kecil. Beliau tidak peduli dengan kita, beliau tidak sengaja menciptakan kita. Beliau menciptakan dirinya sendiri. Semua spontan. Dan kita adalah bagian dari beliau.
Beliau tidak perlu nama dan gelar, hanya karna keterbatasan manusia yang memberinya nama, karna manusia mempersamakan Tuhan dengan manusia yang punya nama dan gelar. Apakah itu salah ? tidak shah saja dan beliau tidak perduli.
Dan bahkan menurut Hawking keberuntunganlah yang menyebabkan manusia ada dan hidup di Bumi.
Dan hal itu sangat relevan dengan Bagawadgita bahwa dalam proses perubahan terus menerus dari alam semesta Tuhan menciptakan dirinya sendiri. dan sekaligus memusnahkan dirinya sendiri, berevolusi dengan tingkat perubahan waktu, kecepatan dan percepatan yang diluar daya fikir manusia , sejenius apapun. Manusia hanya mampu melihat gejala dan berteori, belajar adalah hal yang sia-sia tetapi harus dilakukan demi memenuhi rasa puas manusia akan kebesaran Tuhan. Sia-sia karna sampai kapanpun manusia tidak akan pernah mampu mempelajari Alam. Alam itulah Tuhan.
Contoh nyata jika kita ingin mempelajari atau melihat pinggiran alam semesta dengan bantuan alat secara on time terhambat masalah jarak dan kecepatan cahaya.
Karna cahaya yang kita amati saat ini adalah cahaya yang berasal dari miliaran tahun silam. Dan jika kita ingin mengirimkan sinyal untuk mendapatkan data layaknya satelit impra merah maka pantulannya akan tiba miliaran tahun yang akan datang.
Lalu saat itu di bumi keadaaannya bagaimana ? Bumi terus berubah masa matahari akan menurun dan mati pada 6 miliar tahun yang akan datang. ? Dan selama itupula lingkungan yang mendukung eksistensi manusia masih belum diketahui keadaannnya.
Kesimpulannya adalah TUHAN ADALAH ACINTYA (TIDAK TERPIKIRKAN).
Akan tetapi tidak ada salahnya untuk difikirkan. Dengan harapan exsistensi kita kelak dapat dipertahankan, dan itu hanya dapat dilakukan dengan Sains.
Apakah Tuhan akan peduli dengan itu ?
Tidak-tidak.
__._,_.___
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar