Merayakan Galungan dan Kuningan di Jerman
JAKARTA, KOMPAS.com--Masyarakat Indonesia dan Jerman yang tergabung dalam organisasi Nyama Braya Bali merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan, Sabtu, 18 Desember 2010, di Rautenstrauch-Joest-Museum, Koln.
"Acara ini dibagi dalam dua tahapan yaitu upacara keagamaan Hindu Bali dan kemudian ramah tamah dan pentas kesenian Bali," demikian Konsul Jenderal RI Frankfurt, Damos Dumoli Agusman, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Sekitar 700 orang memadati ruang museum ini dan sebagian besar adalah warga Jerman.
Dalam sambutannya Ketua Panitia Perayaan Kuningan, I Made Sukasta Mindhoff, warga Jerman yang telah menjadi umat Hindu Bali, menggarisbawahi arti penting kesinambungan tradisi perayaan Galungan dan Kuningan sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia.
Selain itu juga menilai makna peringatan Galungan dan Kuningan sesuai ajaran agama Hindu yaitu memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Tema tahun ini adalah " Einigkeit in der Vielfalt" atau "Persatuan dalam Keanekaragaman".
Konsul Jenderal RI dalam sambutannya selain menyampaikan ucapan selamat hari raya kepada umat Hindu Bali juga merasa terkesima dengan pilihan tema Panitia tentang "Persatuan dalam Keanekaragaman" yang tidak lain adalah "Bhineka Tunggal Ika", filosofi bangsa yang belakangan ini cenderung dilupakan.
"Filosofi ini semakin memperoleh makna praktisnya di Eropa mengingat persoalan integrasi orang asing ke dalam masyarakat Eropa sedang menjadi perdebatan hangat di kawasan ini" ujar Damos.
Perayaan ini tidak saja dihadiri oleh umat beragama Hindu tetapi juga oleh umat dari lintas agama yang menjunjung tinggi pluralisme dan bahkan ratusan warga Jerman.
Untuk itu Damos menilai bahwa perayaan ini bukan semata-mata kegiatan agama melainkan juga merupakan kontribusi masyarakat Hindu-Bali di Jerman dalam mempromosikan nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia di Jerman.
Apa yang didemonstrasikan oleh masyarakat Indonesia pada perayaan ini telah mencerminkan realitas kehidupan bangsa Indonesia yang selama ini aktif mengembangkan pluralisme, multikulturisme dan dialog antar agama serta sekaligus memperlihatkan keberhasilan Indonesia dalam proses demokratisasi.
Hal ini sejalan dengan visi dan kepemimpinan Indonesia seperti yang tercermin melalui inisiatif Indonesia pada "Bali Democracy Forum dan Bali Interfaith Dialogue".
"Jangan lupa, ternyata hanya di Bali anda bisa menemukan cinta, setidak-tidaknya demikian pesan film eat, pray and love yang tersohor itu, oleh sebab itu segera bergegas ke Bali untuk menemukan cintamu," kelakar Damos yang disambut dengan gemuruh gelak tawa para penonton.
Di acara pentas budaya, telah ditampilkan sejumlah tarian antara lain Tari Rejang Dewa, Tari Pendet, Tari Topeng Tua serta Kecak Interaktif.
Turut ditampilkan musik Gamelan Kompiang, Gender Wayang dan Suling Solo dengan para pemainnya mayoritas adalah warga Jerman dibawa koordinasi Sanggar Tari dan Gamelan " Bali Puspa" di Koln.
"Inilah arti integrasi yang sebenarnya" ujar Damos sambil menunjuk para pemain gamelan yang terdiri dari berbagai suku bangsa itu.
Perayaan Galungan dan Kuningan oleh Nyama Braya Bali berlangsung meriah dan semakin memperat hubungan sesama masyarakat Indonesia.
Promosi wisata dan citra Indonesia turut terdongkrak karena museum Rauten-Joest yang turut mendukung acara ini ternyata memiliki koleksi yang sebagian besar adalah tentang Indonesia dan bahkan telah menjadikan rumah Toraja sebagai interior utama pada lobby gedungnya yang megah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar