Friends,
Menurut pendapat saya penggunaan istilah 'nabi penutup' merupakan contoh pembodohan massal yg terakhir dan sempurna. Siapa yg mengatakan orang itu sebagai nabi penutup? Yg mengatakan adalah orang itu sendiri atau pengikutnya bukan? Pedahal masih banyak nabi-nabi lainnya. Setiap jaman dan masyarakat selalu mempunyai nabi-nabi yg terakhir. Kata 'terakhir' juga perlu dimengerti sebagai kiasan belaka.
Tentu saja orang bisa berargumen bahwa "Allah ta'alla" (dalam tanda kutip) bilang bahwa orang itu adalah nabi penutup. Tetapi Allah ta'alla yg mulutnya sering kita sumpalkan dengan kata-kata kita sendiri itu siapa? Allah ta'alla itu konsep buatan kita saja bukan? Kita bilang itu Tuhan dan namanya Allah. Lalu kita keluarkanlah kata-kata yg menurut kita berasal dari Alllah dan disampaikan melalui Jibril. Pedahal kata-kata itu ke luar dari mulut kita sendiri saja ketika kita sedang trance dan merasa ada ruh yg menggerakkan mulut kita.
Merasa digerakkan oleh ruh bisa diterangkan dari sudut pandang psikologi. Tidak ada yg aneh, sebenarnya. Itu fenomenon biasa saja. Yg aneh itu adalah orang-orang yg mempraktekkan kultus individu terhadap apa yg diakuinya sebagai nabi penutup. Kristen dan Islam sama-sama terjangkit kultus individu. Mengkultuskan manusia biasa yg kebetulan memiliki kemampuan bernubuah atau berbicara atas nama Allah.
Pedahal berbicara atau menulis atas nama Allah atau Tuhan lainnya merupakan hal yg biasa dalam budaya Timur Tengah. Namanya bernubuah. Dan manusianya disebut nabi. Nabi itu profesi dan bukan gelar. Kalau profesinya bernubuah atau mengucapkan apa yg akan terjadi di masa depan, maka kita bilang orang itu seorang nabi. Ada juga nabi amatir, yaitu orang yg bernubuah tanpa mengumpulkan infak walaupun bukan berarti nubuahnya tidak bermutu. Mutu nubuahnya bisa saja lebih bagus walaupun orangnya tidak mengumpulkan pengikut dan membuka kotak sumbangan.
Etnik non Yahudi di Timur Tengah biasanya punya nabi yg bernubuah untuk dewa dewi yg merupakan konsep kelas bawah. Ada dewi bulan, ada dewa matahari, macam-macam. Dan yg ternyata lebih bisa bertahan sampai sekarang adalah konsep dari orang Yahudi tentang Yehovah Elohim. Kata gantinya adalah Eloah. Dan dari sini muncul permainan kata Ilah dan Al Iilah. Akhirnya lahirlah nama 'Allah'. Konsep saja bukan?
Tetapi ini konsep yg dikaburkan habis-habisan, dikaburkan juga oleh orang spiritual dari aliran Sufi. Dasarnya adalah ketakutan. Takut bahwa orang banyak akan membuat keonaran kalau memahami bahwa Allah itu cuma konsep thok. Pedahal ada keonaran apa? Apakah orang akan membuat keonaran ketika tahu bahwa ada Allah yg hidup di dalam kesadarannya? Dan ternyata itu sama. Ternyata di setiap orang itu ada Allah, apapun latar belakangnya, apapun kepercayaannya.
Tetapi, sekali lagi, konsep 'nabi penutup' itu membuat orang benar-benar terpuruk secara spiritual. The reasoning goes, kalau nabi penutup begitu memuakkan kelakuannya, maka tentu saja orang-orang yg bukan nabi bisa lebih bebas. Seperti itu jalan pikirannya bukan? Setidaknya kita akan tahu bahwa kita tidak akan seperti si nabi penutup yg jelas-jelas menginjak-injak HAM (Hak Azasi Manusia).
Tetapi sebenarnya konsep nabi penutup juga telah banyak ditinggalkan. Orang akhirnya akan mengerti juga bahwa konsep itu diciptakan oleh kelas guru agama/guru spriitual demi merekrut pengikut sebanyak-banyaknya. Demi uang dan kedudukan saja. So, go to hell with konsep nabi penutup, amin.
Kita sekarang sudah tahu bahwa nabi-nabi tidak akan pernah habis-habisnya lahir ke dunia ini, bahkan sampai sekarang. Karl Marx dan Sigmund Freud adalah para nabi menurut tradisi Yahudi yg selalu ada di setiap jaman. Kanun berupa Tanakh (kitab suci Yahudi) sudah ditutup dua ribu tahun yg lalu oleh para pemuka agama Yahudi, tetapi manusia tidak kekurangan nabi-nabi dari tradisi Yahudi. Yg terakhir dan masih terus diingat orang namanya Karl Marx dan Sigmund Freud. Dan jasa-jasanya tidak kalah dari Y'sua ha Maschiah (Isa Al Masih) yg sampai sekarang juga tetap tidak diakui oleh kalangan keagamaan Yahudi orthodox.
Kita di Indonesia juga tidak kekurangan para nabi. Ada nabi-nabi yg anonim atau tidak bisa ditelusuri secara fisik, melainkan cuma bisa dilihat hasil nubuahnya melalui karya tulis yg diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti banyak nabi Yahudi yg tidak jelas asal usulnya, maka nabi-nabi Indonesia ini juga tidak perlu dipolemikkan. Kita cuma tahu nubuah atau tulisannya. Yg masuk kategori ini adalah penulis Serat Darmo Gandul, Syekh Siti Jenar, dan Empu Kuturan dari Bali. Bahkan di deretan ini termasuk juga Ibu Kartini dan Presiden Sukarno. Kalau orangnya bernubuah, maka kita sebut nabi. Bernubuah artinya mengucapkan apa yg akan terjadi di masa depan.
Lia Eden itu nabi juga yg didzolimi oleh penguasa, persis seperti nasib para nabi Yahudi yg didzolimi oleh penguasa di jamannya. Muhammad Amin yg ada di Holland juga seorang nabi, walaupun mungkin tidak didzolimi karena dia tinggal di Eropa Barat yg sangat menghormati HAM, haiyya !! Dan siapa bilang kalau George Aditjondro dan para penulis 5 buku yg dibreidel Kejaksaan Agung RI bukan nabi? Mereka ddzolimi bukan? Didzolimi oleh pemerintah RI. Itulah ciri-ciri seorang nabi: didzolimi oleh penguasa. Ciri lainnya adalah berani, tidak malu-malu kucing, tidak suka menjilat kanan dan kiri, tidak suka main oral melainkan main gigi atawa suka menggigit saja. Kregg KREGG... !!
Dan jelas tidak ada kata 'penutup' di sini. Kalau masih pakai kata 'penutup', artinya kita mau ikut melanggengkan pembodohan massal yg terakhir dan sempurna. Untuk apa?
Ajaran nabi-nabi yg asli semuanya akan merujuk kepada kultivasi kesadaran yg diperoleh ketika kita meditasi di cakra mata ketiga yg disebut sebagai Mata Siwa oleh orang Bali. Maybe harus saya akui terus terang bahwa meditasi di cakra mata ketiga (titik antara kedua alis mata) juga otomatis akan diimbangi oleh cakra mata kesatu (titit antara kedua pangkal paha). Jadi memang tubuh bagian bawah akan gelisah (geli-geli basah) ketika tubuh bagian atas merasa menyambung dengan Allah ta'ala. Istilahnya nyambung atas dan bawah. This is very normal, makanya orang yg kuat di cakra mata ketiga juga kuat buat esex esex. Esex esex is the istilah ketika sang gondal gandul diaktifkan. Namanya politik luar negri bebas dan aktif. Bebas artinya suka sama suka. Aktif artinya maju terus pantang mundur. Maju satu mundur satu persis seperti tari poco-poco. Bisa juga dengan gaya tari legong. Atau, yg lebih oke lagi, gaya goyang Karawang. So, menurut saya, penyeimbang cakra mata ketiga itu memang cakra sex. Nyambung atas dan bawah. Konek and konak, yeah !!
Mereka yg fokus di cakra jantung tidak mengalami gangguan nabirong (napsu birahi merongrong)i karena cakra jantung diseimbangkan oleh cakra solar plexus. Yg main cuma dada dan perut saja, sehingga orangnya akan penuh dengan welas asih dan mau kerja bakti. Mereka yg berasal dari aliran Buddhist banyak yg fokus di cakra jantung. Aliran-aliran keagamaan lainnya banyak juga yg fokus di jantung. Keuntungannya adalah mereka bisa bebas dari gairah birahi yg mungkin dengan sengaja dihindari karena mereka percaya bahwa sex itu dosa atau kotor. Tetapi cakra jantung bukanlah cakra tertinggi, sehingga orang yg fokus di cakra jantung gampang jatuh. Gampang tertekan. Dan tidak berani berbicara karena kalau berbicara dan mengemukakan pendapat ditakutkan akan membawa dirinya semakin jauh dari sorga atau nirwana. Mereka yg fokus di cakra jantung (baik sadar maupun tidak), biasanya selalu penuh dengan belief systems atau kepercayaan yg terasa menyesakkan. Banyak haramnya. Banyak takutnya.
Pada pihak lain, kita juga bisa bilang bahwa semua fokus yg ada di jalur tengah tubuh manusia sebenarnya berguna. Berguna untuk menstabilkan manusianya. Bisa dibilang grounding atau centering. Mungkin centering atau 'memusat' merupakan istilah yg lebih tepat karena grounding biasanya digunakan untuk menyebut teknik pembersihan ketika kita membuang energi yg kotor ke dalam tanah. Jadi, kita bisa centered atau terpusat kalau fokus di titik-titik tengah. Bisa di cakra dasar, cakra sex, cakra solar plexus, cakra tenggorokan, cakra mata ketiga, cakra mahkota dan cakra gerbang alam semesta. Saya pernah mencoba semuanya. Ini basic biasa saja. Tetapi lama-kelamaan saya merasa bahwa pembersihan ala kundalini tidak diperlukan terus-menerus. Kita sudah bersih dari atas sampai bawah. Kalau sudah bersih maka kita bisa langsung fokus di cakra tertinggi. Mungkin lebih pas disebut sebagai cakra "terdalam", yg tidak lain dan tidak bukan merupakan cakra mata ketiga atau God Spot. Di sini kita merasakan sadar bahwa kita sadar.
Lanjut tentang hal pernabian yg terakhir dan sempurna. Bagi banyak orang di Jawa dan di Bali, Serat Darmo Gandul dan Sabdo Palon (penulisnya?) dianggap cukup penting. Mungkin semakin lama semakin penting karena prediksi yg dituliskan di serat itu sedang terjadi saat ini di seluruh Indonesia. Kembalinya ajaran Budhi (Budi Pekerti?) itu dengan cara mengobrak-abrik kebekuan ajaran lama yg dianggap "luhur" (dalam tanda kutip). Pedahal semua tahu bahwa ajaran yg disohor-sohorkan saat ini itu tidak luhur, melainkan cuma diluhur-luhurkan saja.
Apakah MUI mengajarkan agama luhur? Of course tidak. MUI itu mengajarkan kefanatikan beragama yg membawa manusia semakin terpuruk. Semakin manusianya terpuruk secara spiritual, maka semakin senanglah MUI. Kita tahu bahwa agama adalah lahan yg sangat basah untuk pemasukan sumbangan bagi MUI dan mereka yg duduk di dalamnya. Mereka asumsikan bahwa Islam adalah agama paling "luhur" (dalam tanda kutip), pedahal prakteknya justru berkebalikan. Semakin orangnya menyohorkan Islam, maka semakin terbongkarlah borok-boroknya. Itu semua sudah dilihat oleh Sabdo Palon dan dituliskan di dalam Serat Darmo Gandul.
Bukan Islam saja, melainkan semua agama di Indonesia sudah terjangkit oleh virus komersialisme, termasuk yg ada di Bali juga. Banyak sekali teman-teman yg berasal dari Bali sudah menyuarakan isi hatinya bahwa agama bukan membawa pembebasan, melainkan keterpurukan. Masa agama Hindu Bali sudah ke-islam-islaman? Masa agama Kristen di Indonesia juga sudah ke-islam-islaman? Ke-islam-islaman adalah ciri yg menandakan bahwa agamanya sudah mencapai titik jenuh. Pembaharuan tidak terelakkan lagi.
Dan siapa Sabdo Palon yg akan datang kembali itu kalau bukan kita semua? Kita semua yg ada di sini, pribadi per pribadi. Sabdo Palon bukanlah seorang figur, walaupun bisa juga diartikan demikian. Tapi nanti kita bisa jatuh terpuruk ke dalam kultus individu lagi kalau menunggu datangnya kembali figur Sabdo Palon di dalam diri seorang manusia, pedahal sekarang jaman kultus individu sudah lewat. Kultus individu hanya akan membawa keterpurukan manusia yg mungkin juga merupakan satu proses yg tidak terelakkan. Kalau kita sudah terpuruk habis-habisan barulah kita akan mau berubah.
Sebelum jatuh terpuruk, kita tidak mau berubah. Kita merasa diri kitalah yg paling benar. Kejaksaan Agung RI merasa diri paling benar membreidel 5 buku. Mereka merasa bahwa mereka lebih tahu siapa itu Tuhan dibandingkan dengan kita semua. Pedahal banyak dari kita sudah tahu bahwa Tuhan yg digembar-gemborkan itu cuma konsep thok. Kita mau bilang Tuhan berbentuk apapun tidak akan menjadi masalah karena Tuhan tidak bisa apa-apa. Tuhan tidak bisa berbicara. Yg berbicara adalah kita semua, berbicara atas nama Tuhan. Dan kita bisa saja menyebut Tuhan dengan nama apapun. Bisa disebut Acintya. Bisa tanpa nama. Bisa dibawa menjadi lagu cengeng 'Oh, Tuhan...' (dan yg seperti itu tidak pernah dilarang).
Saya tidak mengerti bahasa Jawa, saya tidak tahu isi Serat Darmo Gandul. Pengertian yg saya dapat saya peroleh langsung ketika Darmo Gandul datang dan mengganduli kaki saya. Makanya saya tahu bahwa kalau Darmo Gandul datang ke kesadaran kita, maka artinya kita tidak akan bablas, kita akan membumi. Walaupun kita ngomong jorok, kita akan mengajarkan Budhi... Dan saya bisa tahu itu karena sebelumnya muncul Buddha dalam bentuk Dewi Kuan Im di atas kepala saya. Dewi Kuan Im atau Bodhisatva Avalokitesvara muncul di paling atas, dan Darmo Gandul di paling bawah. Keduanya dibutuhkan agar kita bisa seimbang.
Sebelumnya lagi, Dewa Ganesha muncul di sebelah kiri saya, dan seorang sufi di sebelah kanan saya. Sanghyang Yesus itu berjalan bersama saya. Itu saja sudah lima simbol yg muncul. Sadulur papat limo pancer.
Yg pertama muncul itu Ganesha, lalu seorang sufi yg saya sebut 'Syekh Abdul Qadir Jaelani'. Artinya, ajaran Hindu itu perlu diseimbangkan dengan ajaran manunggaling dari Sufisme. Tidak bisa praktek ritual belaka, melainkan harus kultivasi kesatuan kesadaran juga.
Buddha muncul paling atas, dan tidak bisa seimbang sebelum muncul Darmo Gandul di paling bawah. Artinya, ajaran welas asih itu perlu dipraktekkan bersamaan dengan hal-hal yg realistis, seperti bilang bahwa kontole gondal gandul, gatholoco, kalau gatel ngeloco saja,... things like that. Dan ini semuanya ajaran Budhi. Dan praktisinya adalah kita semua.
Sabdo Palon sudah datang. He is you and me. Women and men, kita semua yg ada di sini.
Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia <
http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar