Senin, 07 Desember 2009

[bali-bali] Fw: Kejamnya Hukum Bagi 'Si Miskin', Lembeknya Hukum Bagi 'Si Kaya'?



--- On Mon, 12/7/09, andre andreas <mataharikusatu@yahoo.com> wrote:

From: andre andreas <mataharikusatu@yahoo.com>
Subject: Kejamnya Hukum Bagi 'Si Miskin', Lembeknya Hukum Bagi 'Si Kaya'?
To: kerja.pembebasan@gmail.com
Date: Monday, December 7, 2009, 10:10 PM

Cicak Lawan Buaya : Kebijakan Busuk dan atau Orde (Sosial) Yang Busuk?!

 

Selengkapnya (beserta link terkait) disini

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/kejamnya-hukum-bagi-si-miskin-lembeknya.html



Pada masa kini, sulit diterima bila sebenarnya perbedaan perlakuan pemerintah dapat dilihat dari kekayaan yang dimiliki tiap warga negara.

(dipetik Saifur Rohman Peneliti Filsafat "Minah dan Anggodo" di Kompas)

Nasib Minah berbeda pula dengan para pejabat dan politikus di Senayan yang menerima suap ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Hingga sekarang mereka juga tak dijerat karena Komisi Pemberantasan Korupsi sibuk mempertahankan eksistensinya. Adapun kepolisian dan kejaksaan lebih mencurahkan energinya untuk bertikai dengan KPK. Atau jangan-jangan mereka masih menunggu para pejabat, politikus, dan Anggodo mencuri buah kakao seperti halnya Nenek Minah?

(dipetik dari Editorial Koran Tempo 'Kejamnya Hukum Bagi Minah')

Tak hanya Minah (55) dan 3 Kakao, tetapi juga Ny Manise (43) dan Sisa Panen Kapuk, Klijo (76) dan Setandan Pisang, Basar Suyanto (47) dan Buah Semangka, Pak Tukirin (62) dan Bibit Jagung, barangkali juga Aguswandi dan Listrik, tentunya juga Prita Mulyasari........

Catat juga bagaimana perusahaan dan penguasa mengabaikan putusan MA tahun 1996 yang menyatakan lahan di desa Rengas Ogan Ilir yang dikuasai oleh PG Cinta Manis dan PTPN VII adalah lahan sah milik petani (seperti dinyatakan oleh warga kepada Kompas). Bahkan rakyat yang terampas tanahnya itu harus berhadapan dengan Dar Der Dor Senapan Brimob .

Tidak terkira pula kasus gugatan pencemaran dan kerusakan lingkungan  (catat puluhan kasus gugatan Walhi dkk yang tak satu pun dimenangkan pengadilan), perampasan tanah, penggusuran dan segala bentuk pelanggaran HAM lainnya yang kandas di meja hijau.

Sri Palupi menyebutkan Orde hari ini bak Rimba Raya dengan Hukum Besi Rimbanya (yang kuat memangsa yang lemah). Bagi saya kemudian pertanyaaannya pasang naik perlawanan rakyat yang dipicu oleh kasus kriminalisasi bibit-chandra hingga century adakah hanya menyasar perbaikan-perbaikan parsial dan penggantian orang atau soal kursi (reformasi) ataukah perubahan orde atau tatanan (katakan transformasi bila enggan revolusi). Ya, rimba raya kapitalisme neoliberal dengan rejim antek predatornyaharus dibongkar dan digantikan.


lebih lanjut cermati data-data penistaan si miskin yang dihimpun oleh Palupi dibawah ini

Di Jakarta dan sekitarnya, setiap bulan rata-rata 3.223 orang miskin ditangkap dan diusir dari kota. Mereka bukan hanya dikejar dan diusir, tetapi rumah dan tempat usaha mereka juga dibakar.

Setiap tahun rata-rata terjadi 700 kasus pembakaran/kebakaran di Jakarta dan sekitarnya, 71 persen mengena pada permukiman miskin dan 21 persen pada pasar tradisional dan bangunan publik. Bahkan, di Mojokerto dan Nganjuk, kota kecil di Jawa Timur, orang-orang miskin yang hidup dari jalanan ditangkap dan dibuang ke hutan layaknya membuang binatang.

Kebijakan yang berpihak kepada konglomerat dan kriminalisasi orang melarat telah melahirkan pemiskinan yang kian dalam. Pada tahun 2006 WHO mencatat, 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dan mayoritas berasal dari kelompok miskin.

Jumlah penderita gangguan jiwa meningkat 10 persen-20 persen setiap tahun. Sepanjang tahun 2005-2007, sedikitnya 50.000 orang bunuh diri karena alasan kemiskinan dan impitan ekonomi. Tidak terhitung berapa ibu membunuh anaknya karena alasan serupa. Kian dalamnya pemiskinan tidak pernah terlihat oleh kacamata pemerintah yang mengukur kemiskinan hanya dengan garis kemiskinan yang sungguh menipu akal sehat.


Dipetik dari artikel Sri Palupi Ketua Institute for Ecosoc Right, Bank Century dan Hukum Rimba, Kompas 15 September 2009

Psst jangan lupa si miskin juga bukan tanpa masalah (sebagian besar juga mereproduksi orde yang memusuhi orang miskin dan dirinya sendiri), mereka punya bahasa 'penghakiman' yang acapkali tak kalah kejamnya. Betapa seringnya kita dengar maling ayam atau jemuran yang babak belur karena dijadikan sansak tinju bahkan hingga dibakar. Juga perlu diingat, bisa jadi tak sedikit kalangan bukan orang miskin diantaranya kelas menengah kota yang diam-diam merestui penyingkiran orang miskin dari wajah kotanya. Ada beberapa kompleks perumahan mewah atau bukan yang memasang plang pemulung dan pengamen di larang masuk.

Kamu pasti bersalah, karena kamu miskin!!
Kamu pasti bersalah, karena kemiskinan dan kejahatan adalah dua sisi mata uang yang sama!

Ya Gusti,inikah Orde Para Bedebah itu!!!!!!!!!!!!! (meminjam 'Negeri Para Bedebah'nya Adhie Massardi)


Negeri Para Bedebah

karya Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan


--

You received this message because you are subscribed to the Google Groups "Jejaklangkah" group.
To post to this group, send email to jejaklangkah@googlegroups.com.
To unsubscribe from this group, send email to jejaklangkah+unsubscribe@googlegroups.com.
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/jejaklangkah?hl=en.



__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: