Saudaraku Putu Kesuma yang gigih, Lanjutkan perjuangannya terus. Kami salut dengan anda. Walau kami tidak di NIM, pemahaman kami akan "keberadaan" selaras dengan NIM dan berjuang di ranah yang lain. Kita harus TEGAS dengan pendapat & posisi keberadaan kita, walau perjuangan dilakukan dgn cara berbeda namun tetap lewat jalur yg sama yaitu jalur KASIH. Selamat berjuang saudara-saudaraku semua yg sebenarnya banyak yg prihatin dgn situasi kenegaraan dan bangsa kita namun koh ngomong. Silahkan gunakan cara dan peran anda sendiri atau sesuai swa dharmanya masing-masing. Salam Indonesia...Jaya Indonesia kita !!! Made Suryawan --- On Tue, 11/3/09, Putu Kesuma <putukesuma@yahoo.com> wrote:
From: Putu Kesuma <putukesuma@yahoo.com> Subject: Re: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali To: bali-bali@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 3, 2009, 2:32 AM
Pak KS, Mungkin yang tepat adalah jangan dimasukan ke dalam hati, namun tetap peduli. Saya teringat dengan jargon yang ditulis pada kaos yang dibuat oleh teman2 NIM, Siapapun kau, Kau adalah orang Indonesia, Aku cinta kau. Lebih detil akan menjadi begini: kau muslim, kau kristen, kau katholik, kau budhis, kau kong hu chu, kau hitam, kau putih, kau sipit, kau belo, kau mancung, kau pesek, kau lurus, kau keriting, apapun agamamu, apapun sukumu, kau orang Indonesia, aku cinta kau. Maaf harus bicara esensi agama sedikit, nafsu hanya menuntut, cinta memberi dan meminta(biasanya sesuai dengan yang diberikan) dan kasih hanya memberi, memberi dan memberi. Yang saya pahami semua agama membimbing umatnya untuk mencapai kasih, karena kasihlah yang tertinggi. Dalam peradaban hindu dikatakan, "ahimsah paramo dharmah"(tanpa kekerasan itulah kebenaran tertinggi). Memang kita tidak hidup di luar pikiran, tapi manusia juga tidak hidup dari roti semata. Kembali ke subjek, apa yang pak katakan dalam posting dibawah benar adanya. Itulah realitas yang kita hadapi saat ini. Dan realitas ini bagi kami di NIM, sangat meresahkan. Sudah bisa dilihat dengan jelas akibat dari aturan2 yang dibuat berdasarkan agama tertentu justru membawa masalah baru. Karena agama apapun tidak bisa dijadikan landasan bermasyarakat pada masyarakat plural seperti Indoneia. Jangankan di Indonesia yang plural, di Timur Tengahpun gak berhasil. Uraian pak KS sudah menggambarkan keadaan kita dengan jelas. Saya tambah satu contoh, saya punya kenalan di Cilegon. Anaknya sekolah di sekolah negeri. Guru agama yang sudah disetujui oleh bupati dan depag tidak bisa mengajar hanya karena komite sekolahnya tidak setuju dengan alasan takut nanti anak2 muslim tidak mau sekolah karena ada guru kafir. Ini bukan isapan jempol. Saya punya surat penolakan dari komite sekolah itu. Coba kalau kita di Bali memiliki cara pandang seperti itu, Indonesia sudah bubar. Karena kita tahu itu tidak baik untuk kita maka kita tidak lakukan. Bukan begitu? Kalau kita melakukan hal yang sama lalu apa bedanya kita dengan mereka? Kami sering membicarakan hal itu dengan teman-teman di NIM(National Integration Movement/Gerakan Integrasi Nasional). Sekedar informasi, aktivis NIM berasal dari berbagai latar belakang(suku, agama, pendidikan, gender, profesi). Dan kami sering melakukan diskusi publik dengan berbagai tokoh nasional yang peduli akan kesatuan bangsa, yang sudah mampu melihat persatuan dibalik semua perbedaan. Jika mau lihat hasil2 diskusi itu bisa lihat websitenya NIM. Karena agama sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, maka agama seseorang pasti akan mewarnai perilakunya. Sebagai bangsa yang plural, semestinya kita belajar mengapresiasi agama-agama lain sehingga, paling tidak kita lebih mengerti tentang agama-agama itu. Sehingga kita dapat membedakan yang mana adat dan yang mana agama. Pengalaman saya bergaul dengan teman-teman dari berbagai latar belakang itu, kita semua menyadari bahwa masing-masing agama itu tidak bisa sepenuhya terlepas dari budaya dimana agama itu disebarkan pertama kalinya. Yang jadi masalah adalah ketika adat dimana agama itu berasal dijadikan bagian dari agama tersebut dan dalam penyebarannya dijadikan sebuah kesatuan. Bangsa Indonesia menurut hemat saya, tidak pernah menolak agama, agama apapun welcome. Namun adatnya diseleksi, yang baik dan sesuai dengan keadaan di Indonesia dipakai, yang tidak cocok ditinggalkan. Itu yang saya pahami dari para leluhur. Bukan di milis ini saja saya mendapat reaksi demikian, sampai saat ini saya masih di banned di salah satu milis hindu karena pendapat-pendapat saya yang dianggap akan menghancurkan hindu. But for me its okay. I have nothing to lose. Saya hanya ingin mengingatkan kembali bawa tujuan kita beragama atau berbangsa adalah untuk meraih kemerdekaan( freedom from and freedom for), tentu sesuai dengan azas2 yang telah kita sepakati sesuai dengan nilai2 universal yang terus berkembang. Jadi kegelapan tidak akan sirna hanya dengan mengutuknya, atau tidak membicarakannya, atau dengan pembelaan yang membabi buta, tapi kegelapan akan sirna saat hadirnya cahaya. Saya teringat dengan Pak Syafii Maarif yang saya anggap sebagai orang tua saya. Dalam sebuah kesempatan saya sempat ngobrol panjang lebar. Saya tanya, pak saya dengan dulu pak juga agak radikal kok sekarang moderat sekali? Bagaimana perubahan itu bisa terjadi? Beliau menjawab, saya tukaran bacaan. Jadi beliau membaca(mempelajari juga) agama-agama lain dan beliaupun mengatakan bahwa agama tidak bisa dijadikan landasan berbangsa. Tentu orang seperti Pak Syafii tidak mendapat banyak dukungan dalam kehidupan berbangsa saat ini, di tengah2 berkembangnya "agama pasar", yang mengajarkan moneytheisme, bukan monotheisme. Pilihan tetap ada di tangan kita, mau mengikuti hukum alam atau tidak. Mau mangikuti esensi atau dogma2 silahkan. Kita semua tahu konsekwensinya, dan tidak ada yang bisa membebaskan kita kecuali diri kita sendiri. Saat yang sama, kita dituntut pula untuk bertindak tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Salam, putu "Tuhan tidak akan merobah nasib sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya sendiri". Inilah firman yang menjadi gitaku, firman itu harus menjadi gitamu... ~Soekarno~
From: Bali Sunshine <bali_sunshine@ indo.net. id> To: bali-bali@yahoogrou ps.com Sent: Monday, November 2, 2009 9:47:31 Subject: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali Pak Putu, Kalau yang ini sih Pak Putu jangan ambil peduli. Sangat jelas bisa kita rasakan bahwa level orang ini belum lebih baik dari pada saya. Baru hanya sebatas bisa menggunakan dengkulnya untuk bercuap-cuap di milis ini. Jadi saya sangat meragukan keluasan pandangannya. Atau jangan2 dia lebih kuper dari saya Atau mungkin orang ini merasa mempunyai beking mayoritas yang kuat, sehingga sangat enteng sekali. Mengenai issu fasis di milis ini. Sekali lagi inilah nasib kita menjadi minoritas. Coba bayangkan hanya sebatas mengeluarkan pendapat, berdebat serta berwacana saja sudah mendapat cap fasis. Jadi bisa dibayangkan andai ada krama Bali yang melakukan tindakan balasan terhadap teroris ini maka kiranya akan langsung di dor tanpa ba bi bu. Saya berani pastikan bahwa andai kata kita yang minoritas ini melakukan hal yang serupa, maka hanya dengan hitungan jam akan segera didor dan keluarga kita langsung discreening. Terbukti untuk kasus Tibo Cs yang tanpa ba bi bu langsung eksekusi, sedangkan para durjana itu bertahun2, bertele-tele, bahkan ada sebagian dari mereka menjadi pahlawan, tampil di seminar, menjadi pengamat, dll. Kalau mau fair seharunya terorist2 itu, beserta keluarganya, serta pendukung2 yang terlihat kasat mata (meneriakkan yel2 Alahu akbar saat menyambut teroris bak pahlawan,) juga pendukung2nya yang tidak terlihat tapi dapat dirasakan. Seharusnya orang2 sejenis keluarga serta pendukungnya mendapat perlakuan seperti PKI jaman tahun 1965. Orang2 ini sudah sangat jelas akan mendidik keturunannya untuk menjadi teroris dan terus mencoba mempengaruhi banyak orang untuk menjadi pengikutnya. Undang2 Anti Subversi seharusnya sangant cocok diberlakukan untuk kelompok2 masyarakat seperti ini. Cuma itu, nampaknya Undang Undang HAM kita juga sudah kebablasan dan sangat soft untuk kelompok orang yang jelas2 sangat melanggar HAM itu sendiri. (persis seperti banyak wacana yang mengatakan bahwa demokrasi kita sudah sangat kebablasan). Tapi saya lebih setuju untuk mengatakan bahwa dalam hal ini Undang2 HAM kita yang sangat kebablasan untuk kelompok2 orang seperti ini. Menurut saya yang mewacanakan milis ini fasis, jangan2 merekalah pendukung langsung/tidak langsung teroris ini. Mengenai apa tujuan milis ini, perkenankan saya sharing pendapat. Beberapa bulan lalu rame di milis ini membahas beda antara Agama dan Religiositas. Menurut saya hal2 seperti ini sangat perlu dan cukup actual di realitas masyarakat kita. Saya berkeyakinan bahwa anggota milis ini semestinya terdiri dari orang2 yang cukup pendidikanserta latar belakang pergaulannya, sehingga cukup mempunyai wawasan, analisa, dll untuk membedakan antara (kungkungan ) dogma dengan kebijaksanaan yang universal suatu agama. Ini menurut saya sangat positive. Jadi berikan seluas2nya pembahasan mengenai hal ini, yang merupakan aplikasi Jnana Marga sebagai salah satu sisi dharma sebagai manusia, yang selalu berusahan untuk melakukan telaah, analisa, kaji ulang, retrospeksi, dll Sehingga menurut saya seharusnya kelompok masyarakat yang tergabung di milis tidak boleh phobia dan alergi kalau ada olok2 yang berkaitan dengan kungkungan dogma suatu agama apapun itu. Dan sebaliknya memberikan apresiasi atas nilai kebijakan universalis dari suatu agama apapun itu Bagi saya sangat menarik kalau misalnya mereka yang Hindu "mengolok2 misalnya kafir - non kafir, halal-haram, Syeck Puji dll. Atau yang Islam 'mongolok2 kasta, dll. Dan sebaliknya memberikan apresiasi terhadap rahmatan lil alamin, misalnya, dll. Bilamana perlu kenapa tidak misalnya membuat list dogma suatu agama, dan memperdebatkannya ? Dan sudah barang tentu juga jangan melupakan sisi baik dari suatu agama. Why not ? cuman ya itu, mesti tetap cool and peace man. Salam, KS ----- Original Message ----- Sent: Friday, October 30, 2009 3:58 PM Subject: Re: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali
Teman Ketut Abdulpaulus, Pada akhirnya waktu yang akan bicara, siapa yang fasis, siapa yang tidak suka kerukunan, siapa yang menjadi extrem, siapa yang kenal sopan santun dan etika bicara, dll. Waktu pula yang akan menjawab siapa yang suka ribut dan berisik di milis ini. Jika menilai artikel-artikel yang diforward itu sebagai artikel extrem, tidak suka kerukunan, fasis, dll. berarti penulis itu fasis, extrem, tidak suka kerukunan, dll. Dan mari kita membuka pikiran kita untuk mempu melihat fakta2 yang ada disekeliling kita. Hanya orang bodoh dan tidak memiliki sense of discrimination yang bisa dibodohi. Untuk itu lihatlah disekeliling kita siapa yang selama ini berhasil dibodohi. Terakhir saya mengucapkan terima kasih atas tanggapan anda yang telah mencerminkan keluasan pandangan dan pergaulan serta kesantunan anda. Salam, putu "Tuhan tidak akan merobah nasib sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya sendiri". Inilah firman yang menjadi gitaku, firman itu harus menjadi gitamu... ~Soekarno~
From: Ketut Abdulpaulus <ketutabdulpaulus@ yahoo.com> To: bali-bali@yahoogrou ps.com Sent: Wednesday, October 28, 2009 17:56:03 Subject: Re: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali yang fasis di milis ini hanya pengecut untuk menjadi anggota forum debat agama, kurang materi debat jadi gak PD, makanya ribut di milis mungkin buat latihan.. sebelum terjun langsung ke forum debat.
atau memang mau meracuni otak orang bali biar jadi extrimis? gak mungkin!!, gak ada cerita extrimis subur di bali, masih banyak orang waras dan santun. makanya bergaul jangan sempit. bergaul luas dong, jangan bergaul dengan komunitas saja, biar lebih bisa nerima perbedaan dan gak asal mengeneralisasi kelompok tertentu.
kamu mengambil kutipan soekarno :
"Tuhan tidak akan merobah nasib sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya sendiri". Inilah firman yang menjadi gitaku, firman itu harus menjadi gitamu... ~Soekarno~
Kamu tau gak itu kutipan dari agama mana? wwooiii... banguunn... bangunn...
kalo soekarno tau kamu kutip gita nya? dia gak bakal sudi dikutip seorang fasis!!!
Kenapa kamu benci kerukunan dan terlalu phobia?? tanya kenapa??
tyang sing bakal suud untuk mengingatkan, Radikalisme dan fasisme itu Setan sangat berbahaya..
i love bali, I love indonesia I love the world
peace.. Salam damai... ngaleh mamaan celeng malu oii.. be sanje...
--- On Wed, 10/28/09, ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ yahoo.com> wrote: From: ngurah beni setiawan <setiawan_beni@ yahoo.com> Subject: Re: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali To: bali-bali@yahoogrou ps.com Date: Wednesday, October 28, 2009, 5:40 AM
2009/10/27 ancak ramone <ancakramone@ yahoo.com> Moderator, tolong unscribe saya dari millist ini karena saya tidak mau terlibat dalam millist Hindu Bali Garis Keras...kok mau melawan Islam Garis Keras dengan jalan menjadi Hindu Garis Keras? Itu namanya "Melawan Setan Dengan Menjadi Setan!" semakin banyak yang merasa tak nyaman dengan milis ini... jangan "Melawan Setan Dengan Menjadi Setan!" seperti kata Bli gung war ngiring pamit... ngurah beni setiawan P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really need to
From: Anton Muhajir <antonemus@gmail. com> To: bali-bali@yahoogrou ps.com Sent: Wed, 28 October, 2009 12:09:02 Subject: Re: [bali-bali] Bahaya Fasisme di Bali 2009/10/27 ancak ramone <ancakramone@ yahoo.com> Wah sepertinya FASISME akan lahir di Bali.. Indikatornya: mengangungkan kejayaan masa lalu seperti Kebangkitan Hindu di Nusantara; prasangka etnik; klaim outsider-indider. .
Ada yang ingin mengusir 'Nak Jawa' tanpa alasan yang jelas kecuali atas dasar paranoid, prasangka dan generalisasi. .
Menjadi tambah absurd karena yang dimusuhi hanya 'Nak Jawa' kelas bawah seperti Cak Amat yang jualan sate, Mas Gatot yang tiap hari dorong gerobak bakso, atau pemulung, dll.
Tapi kok 'Nak Jawa' yang bawa uang banyak seperti TS, TW, TK, AB yang mau mengkapling habis tanah Bali dan merusak lingkungan diterima dengan hormat plus karpet merah dan tari pendet ya???
Apakah ini bentuk kemunafikan manusia Bali?
Moderator, tolong unscribe saya dari millist ini karena saya tidak mau terlibat dalam millist Hindu Bali Garis Keras...kok mau melawan Islam Garis Keras dengan jalan menjadi Hindu Garis Keras? Itu namanya "Melawan Setan Dengan Menjadi Setan!"
Salam, Agung Wardana http://bhumisenthan a.blogspot. com/ -- Anton Muhajir www.rumahtulisan. com - Personal Blog www.balebengong. net - Balibased Citizen Journalism
| Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail. com. No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.423 / Virus Database: 270.14.39/2468 - Release Date: 10/29/09 19:49:00 Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar