SAKSIKANLAH TONTONAN TEATER Judul: "KERETA KENCANA" Karya: RENDRA Pemain: NINIEK L. KARIM – sebagai istri IKRANAGARA – sebagai suami Penata keperluan pentas: TEATER PIN Asisten Sutradara: WENDY NASUTION Sutradara: PUTU WIJAYA Tempat: SALIHARA, Pasar Minggu, Jakarta Tanggal: 6 & 7 November 2009 PRODUKSI KERJASAMA SALIHARA & TEATER PIN TEATER PIN adalah kelompok teater yang didirikan untuk mewadahi produksi Kereta Kencana. Selanjutnya Teater PIN akan terus berusaha untuk menampung kegiatan teater/pementasan/diskusi/aktivitas teater lainnya, bagi siapa saja yang tidak ingin masuk dalam satu kelompok teater tertentu. Teater PIN tidak punya anggota, tapi siapa saja dapat menjadi bagian dari keluarga besar Teater PIN. CATATAN dari Sutradara Putu Wijaya Ketika di SMS Ikra agar menyutradarai Kereta Kencana untuk mengenang Rendra di Salihara, saya langsung bertanya: Apakah Ikra tahu Kereta Kencana Rendra tidak sama dengan The Chairs karya Ionesco. Rendra cenderung puitis-romantis sementara Ionesco absurd. Kemudian saya SMS Mas Goen dan mengatakan untuk Salihara saya selalu siap. Tapi mohon maaf, tentu saja Kereta Kencana yang bisa saya buat nanti, agak beda dengan Kereta Kencana: baik yang dipentaskan oleh Rendra di Yogya pada 1961, maupun yang belum lama dimainkan di Jakarta. Di awal rembugan, Ikra dkk mencoba untuk membumikan Kereta Kencana pada situasi lokal. Tapi saya memutuskan untuk mementaskan apa adanya naskah yang dibuat oleh almarhum. Saya ingin pementasan akan merupakan dialog akrab dengan Rendra. Untunglah Ikra dan Niniek sepakat. Jadi inilah Kereta Kencana, karya Rendra yang saya/kami ekspresikan dengan bebas. Kami tidak membatasi diri pada realisme, tetapi juga tidak mencoba absurd. Kami berekspressi secara "santai", berjabatan dengan "Burung Merak" itu, sebagai teman yang sepengetahuan saya sangat "leluasa"dalam berkarya. Masih saya ingat, pada suatu kali di Teater Terbuka TIM , ketika kami latihan sebelum memainkan Oedipus Sang Raja (1969), "Pencetus Kaum Urakan" itu bilang, bahwa dia tak bisa menahan diri untuk tidak menyelipkan lelucon/guyonan dalam adegan yang serius sekali pun. Saya dan Ikra juga termasuk dalam jenis manusia semacam itu. Dalam teater tradisi Bali disebut "bebagrigan". Sementara itu, menarik sekali bahwa Ikra dan Niniek L.Karim adalah dua pemain kawakan dari kubu yang berbeda. Ikra dari Teater Kecil dan punya teater sendiri (Teater Saja) . Niniek dari teater Populer. Kedua teater itu, konsep dan pemahamannya tentang teater tidak sama. Memadukan kedua teknik bermain mereka dalam satu piring pementasan adalah pengalaman yang menarik. Saya ingin mengarahkan pementasan Kereta Kencana pada usaha "menonjolkan" kemampuan akting. Kami ingin menunjukkan bahwa "akting" tetap hidup dan punya lahan yang subur dalam khasanah teater modern Indonesai. Mudah-kudahan target tersebut tercapai. Harapan saya, penampilan Kereta Kencana ini, menambah segar ingatan kita pada sumbangan pemikiran-pemikiran Rendra pada perkembangan teater modern Indonesia. Manusia luar biasa yang buat saya tak tergantikan itu, telah meninggalkan banyak hal yang dapat menjadi pembelajaran buat para pekerja teater di Indonesia. Jakarta, 22 Oktober 09. . |
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar