Sabtu, 24 Oktober 2009

[bali-bali] OOT: Undangan teater - RENDRA, NINIEK L KARIM, IKRANAGARA, PUTU WIJAYA



SAKSIKANLAH TONTONAN TEATER

Judul: "KERETA KENCANA"
Karya: RENDRA

Pemain:
NINIEK L. KARIM – sebagai istri
IKRANAGARA – sebagai suami

Penata keperluan pentas:
TEATER PIN

Asisten Sutradara:
WENDY NASUTION

Sutradara:
PUTU WIJAYA

Tempat: SALIHARA, Pasar Minggu, Jakarta
Tanggal: 6 & 7 November 2009

PRODUKSI KERJASAMA SALIHARA & TEATER PIN

TEATER PIN adalah kelompok teater yang didirikan untuk mewadahi
produksi Kereta Kencana. Selanjutnya Teater PIN akan terus berusaha
untuk menampung kegiatan teater/pementasan/diskusi/aktivitas teater
lainnya, bagi siapa saja yang tidak ingin masuk dalam satu kelompok
teater tertentu. Teater PIN tidak punya anggota, tapi siapa saja dapat
menjadi bagian dari keluarga besar Teater PIN.




CATATAN dari Sutradara Putu Wijaya

Ketika di SMS Ikra agar menyutradarai Kereta Kencana untuk mengenang
Rendra di Salihara,  saya langsung bertanya: Apakah Ikra tahu Kereta
Kencana Rendra tidak sama dengan The Chairs karya Ionesco. Rendra
cenderung puitis-romantis sementara Ionesco absurd.

Kemudian saya SMS Mas Goen dan mengatakan untuk Salihara saya selalu
siap. Tapi mohon maaf, tentu saja Kereta Kencana yang bisa saya buat
nanti, agak beda dengan Kereta Kencana:  baik yang dipentaskan oleh
Rendra di Yogya pada 1961, maupun yang belum lama dimainkan di
Jakarta.

Di awal rembugan, Ikra dkk mencoba untuk membumikan Kereta Kencana
pada situasi lokal. Tapi saya memutuskan untuk mementaskan apa adanya
naskah yang dibuat oleh almarhum. Saya ingin pementasan akan merupakan
dialog akrab dengan Rendra. Untunglah Ikra dan Niniek sepakat.

Jadi inilah Kereta Kencana, karya Rendra yang saya/kami ekspresikan
dengan bebas. Kami tidak membatasi diri pada realisme, tetapi juga
tidak mencoba absurd. Kami berekspressi secara "santai", berjabatan
dengan "Burung Merak" itu, sebagai teman yang  sepengetahuan saya
sangat "leluasa"dalam berkarya.

Masih saya ingat, pada suatu kali di Teater Terbuka TIM , ketika kami
latihan sebelum memainkan Oedipus Sang Raja (1969), "Pencetus Kaum
Urakan"  itu bilang, bahwa dia tak bisa menahan diri untuk tidak
menyelipkan lelucon/guyonan dalam adegan yang serius sekali pun. Saya
dan Ikra juga termasuk dalam jenis manusia semacam itu. Dalam teater
tradisi Bali disebut "bebagrigan".

Sementara itu, menarik sekali bahwa Ikra dan Niniek L.Karim adalah dua
pemain kawakan dari kubu yang berbeda. Ikra dari Teater Kecil dan
punya teater sendiri (Teater Saja) . Niniek dari teater Populer. Kedua
teater itu,  konsep dan pemahamannya tentang teater tidak sama.
Memadukan kedua teknik bermain mereka dalam satu piring pementasan
adalah pengalaman yang menarik.

Saya ingin mengarahkan pementasan Kereta Kencana pada usaha
"menonjolkan" kemampuan akting. Kami ingin menunjukkan bahwa "akting"
tetap hidup dan punya lahan yang subur dalam khasanah teater modern
Indonesai. Mudah-kudahan target tersebut tercapai.

Harapan saya, penampilan Kereta Kencana ini, menambah segar ingatan
kita pada sumbangan pemikiran-pemikiran  Rendra pada perkembangan
teater modern Indonesia. Manusia luar biasa yang buat saya tak
tergantikan itu, telah meninggalkan banyak hal yang dapat menjadi
pembelajaran buat para pekerja teater di Indonesia.

Jakarta, 22 Oktober 09.




.






__._,_.___


Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Tidak ada komentar: