Minggu, 23 November 2008

[bali-bali] Re: FW: [indonesian-heritage] FW: Defisit Kedaulatan

--- In bali-bali@yahoogroups.com, Popo Danes <popo@...> wrote:
Dengan menangnya Obama yg muda dan pintar menjadi presiden AS memang
kita harus bangga dikit dan ini perlu ditiru oleh pemuda2 Indonesia
untuk menjadi presidennya Indonesia demi kepentingan rakyat
banyak,kesejahtraan rakyat indonesia yg bhenika ini,negara amerika
saja bisa maju dengan kekayaan tidak sekaya indonesia ini,kita cuma
membenahi watak dan perilaku manusianya saja,dan saya berpikir kapan
indonesia bersih dari segala KKN nya soalnya melamar cari kerja
disegala bidangnya masih main tombok2an,otomatis kalau dapat kerjanya
mengembalikan duit tombokannya dulu,
Semoga 2009 nanti Indonesia bisa,,,,seperti rakyat kecil ini/yang
dicita2kan oleh pendirinya.
>
> Saya share lagi di milist kita.
>
> pd
>
>
> ------ Forwarded Message
> From: setyanto <setyanto@...>
> Reply-To: <indonesian-heritage@yahoogroups.com>
> Date: Mon, 24 Nov 2008 08:54:12 +0700
> To: setyanto <setyanto@...>
> Subject: [indonesian-heritage] FW: Defisit Kedaulatan
>
>
>
>
> Dari Milis tetangga, menarik untuk dibaca dan perlu kita renungkanŠŠ
>
> sps
> +++
>
>
>
> From: APWKomitel@yahoogroups.com
[mailto:APWKomitel@yahoogroups.com] On
> Behalf Of iwan piliang
> Sent: Monday, November 24, 2008 8:03 AM
> To: apwkomitel@yahoogroups.com; jurnalisme@yahoogroups.com;
> lebaran@yahoogroups.com; persindonesia@yahoogroups.com;
> tionghoa-net@yahoogroups.com; blogger-indonesia@yahoogroups.com;
> presstalk@yahoogroups.com
> Subject: [APWKomitel] Defisit Kedaulatan
>
>
> SKETSA
> Senin, 24 November 2008
> Defisit Kedaulatan
>
> RABU, 19 November 2008 di jam makan siang di food court, kondominium
> Bellagio, lantai enam, kawasan Mega Kuningan Jakarta. Baru kali itu
saya
> mencoba makan siang di sana. Saya memilih masakan Menado, di salah
satu
> konter. Melihat ikan kembung berkuah bening, bercabe rawit,
bertomat hijau,
> mak nyus, mengundang selera.
>
> Ketika hendak membayar, barulah tahu saya bahwa pembelian
menggunakan kartu
> yang dikeluarkan pengelola, tinggal digesekkan, tidak bisa cash - -
yang di
> setiap konter makanan tersedia - - maka dari sebuah layar monitor
kecil,
> keluar daftar isian. Penjual tinggal meng-klik menu berikut harga.
Kendati
> cuma sebuah food court, tetapi well IT (Information Technology).
> Penampilan makanan dibanding pengecapan cita rasa tidak membuat
kecewa. Jus
> yang saya pesan pun, tidak encer, sebagaimana acap saya mengalami
memesan
> jus jambu klutuk di tempat lain: dingin mengilu gigi, es batu
dijuskan
> melimpah ruah.
>
> Sebaliknya, di Bellagio ada sesuatu yang membuat gigi nyeri.
> Bukan.
> Bukan, karena menahan sakit karena ketulangan ikan kembung.
> Melainkan, mata saya tertumbuk ke pemandangan poster Barack Obama
yang
> digantung berjejeran turun ke arah lobby. Lumayan banyak
berjuntaian. Di
> banner itu ada foto obama, siluet biru, macam warna di situs
internetnya;
> mybarackobama.com, ada siluet bendera Amerika Serikat. Bagian ini
tidak
> mengganggu saya. Tetapi tulisan di bagian bawah itu membuat selain
gigi
> merapat, mata saya pun enggan berkedip. Suapan nasi pun terhenti.
Bunyi
> tulisan itu: ³Presidenku!² Satu kata dengan tanda pentung.
>
> Di dalam benak mengolah itu visual: foto Obama, bendera AS,
bertulisan,
> presidenku.
> Bukankah presiden negeri ini SBY?!
> Saya mengira-ngira apakah dalam waktu setelah pengumuman Obama
menang dalam
> pemilihan umum, lalu ada acara merayakan kemenangannya di lokasi
itu? Kalau
> pun ada apa pantas kata Presidenku untuk dituliskan? Lama juga saya
belum
> menemukan jawaban, apa sesungguhnya yang terjadi? Tudingan singkat
apa yang
> dapat ditujukan ke fenomenon itu?
>
> PUKUL 12.30 di depan restoran Hotel Sofyan Betawi, Cut Mutiah,
Menteng
> Jakarta Pusat. Di sebuah meja, duduk Ibrahim Basrah, Ketua Umum
Partai
> Kedaulatan, mengenakan t-shirt, bersahaja.
>
> Hampir semua peserta Seminar dan Testimoni bertopik Krisis Global
Pasca
> Pertemuan G-20 dan SKB 4 Menteri, tampak tak mengenal Ibrahim.
Testimoni di
> forum seminar disampaikan oleh; Gunawan - Indonesian Human Rights
Committee
> for Social Justice, M. Syafiq Alielha, Persaudaraan Indonesia, Adi
R -
> Serikat buruh Indonesia, M Reza - Serikat Nelayan Indonesia, Dani
Setiawan -
> Koalisi Anti Utang.
> Di luar forum di ruang pertemuan, di meja bersama Ibrahim, saya
mendapatkan
> dua buah kata yang saya jadikan judul tulisan ini. ³Negeri ini
defisit
> kedaulatan, ³ ujar Ibrahim.
> Menurut Undang Undang Dasar (UUD) yang telah diamandemen, Pasal 1
ayat 2;
> Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang
> Dasar.
> Di manakah rakyat di tempatkan dalam sepuluh tahun reformasi
belakangan?
> Bagaimana peranan partai, yang secara jelas dominan menjalankan
perpolitikan
> seakan menyandera kepentingan kedaulatan rakyat. ³Dan kenyataan
fungsi
> rakyat itu mengalami inflasi pula,² tutur Ibrahim.
> Jika saja inflasi itu sebuah angka yang berkorelasi dengan rupiah
yang dalam
> setahun mencakup rata-rata 10%, maka dalam sepuluh tahun reformasi,
inflasi
> kedaulatan itu bisa saja menjadi pari-purna: 100% .
> Repotnya nominal rupiah dapat dihitung secara nyata. Begitu juga
dengan
> defisit neraca pembayaran berjalan, bisa dituang ke timbunan ang
Tetapi
> déficit kedaulatan, sulit menghitungnya, cuma menajam dirasakan.
> Tentulah tidak dapat dibuat kesimpulan, hanya karena sebuah banner
yang
> menuliskan Obama Presidenku dan dipajang sebuah mal di apartemen,
lalu kita
> mengalami defisit kedaulatan.
> Namun di lapangan, sekadar contoh, simak saja karena tidak adanya
> intermediasi perbankan di dunia pertambangan, kapling-kapling izin
usaha
> pertambangan batubara diperjualbelikan ke asing di rata-rata 5.000
hektar,
> hanya Rp 25 miliar saja di Kalimantan. Hingga hari ini, kendati duni
> gonjang-ganjing menghadapi resesi lagi, harga batubara dunia masih
tetap
> prospektif, pemilik dan pengusahanya sebagian besar bukan lagi
rakyat
> Indonesia. Ini contoh lainnya.
> Bagaimana kedaulatan berada di tangan rakyat, urusan pasal 33, ayat
3, yang
> berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
> dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran
> rakyat. ³Lah kini untuk minum air kemasan saja, sudah dominan milik
asing
> kok,² ujar pemberi testimoni, di forum yang banyak dihadiri kalangan
> marjinal dan buruh itu.
> Untuk sekadar melengkapi data, selain dunia perbankan sebagian saham
> perusahaan BUMN sudah berada di tangan asing. Di bawah ini, layak
juga
> disimak catatan angka-angka, yang saya dapatkan dari milis
APWKOMITEL,
> Warnet, tentang penjualan saham BUMN yang dilakukan, di setiap era
> kepemepimnan setelah reformasi:
>
> A.Masa Kepemimpinan Presiden B.J. Habibie, Ketua DPR RI/MPR RI
Harmoko (21
> Mei 1998 ­ 19 Oktober 1999 )
>
> 1.Penjualan saham PT Semen Gresik Tbk sebanyak 14 % senilai Rp
1.317 miliar.
> 2.Penjualan 49 % saham PT Pelindo II senilai USD 190 juta..
> 3.Penjualan 51% saham PT pelindo III senilai USD 157 juta.
> 4.Penjualan 9,62 % saham PT Telkom senilai Rp 3.188 miliar.
>
> B.Masa Kepemimpinan Presiden Gus Dur, Ketua DPR RI Akbar Tanjung,
Ketua MPR
> RI Dr. Amien Rais (20 Oktober 1999 ­ 23 Juli 2001)
>
> Tidak ada privatisasi.
>
> C.Masa Kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI
Akbar
> Tanjung, Ketua MPR RI Dr. Amien Rais (24 Juli 2001 ­ 19 Oktober 2004)
>
> 1.Penjualan 9,2 % saham PT Kimia Farma Tbk senilai Rp 110 miliar.
> 2.Penjualan 19,8% saham PT Indofarma Tbk senilai Rp 150 miliar.
> 3.Penjualan 30 % saham PT Sucofindo senilai USD 45,4 juta.
> 4.Penjualan 11,9 % saham PT Telkom Tbk senilai Rp 3.100 miliar.
> 5.Penjualan 8,06 % saham PT Indosat Tbk senilai Rp 967 miliar.
> 6.Penjualan 41,94 % saham PT Indosat Tbk senilai USD 608,4 juta.
> 7.Penjualan 3,1 % saham PT Telkom senilai Rp 1.100 milyar.
> 8.Penjualan 15 % saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk senilai
Rp 156
> milyar.
> 9.Penjualan 41,99 % saham PT WNI senilai Rp 255 miliar.
> 10.Penjualan 20 % saham PT Bank Mandiri Tbk senilai Rp 2.547 miliar.
> 11.Penjualan 16,67 % saham PT Indocement TP Tbk senilai Rp 1.167
miliar.
> 12.Penjualan 30 % saham PT BRI Tbk senilai Rp 2.512 miliar.
> 13.Penjualan 20 % saham PT PGN Tbk senilai Rp 1.235 milyar.
> 14.Penjualan 49 % saham PT Pembangunan Perumahan senilai Rp 60,49
miliar.
> 15.Penjualan 24,5 % saham PT Adhi Karya senilai Rp 56 miliar.
> 16.Penjualan 10 % saham PT Bank Mandiri senilai RP 2.844 miliar.
> 17.Penjualan 12,5 % saham PT tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
senilai Rp 180
> miliar.
>
> Ini belum termasuk penjualan dua kapal tanker maksi, yang hingga
kini
> penghentian perkaranya, seakan masih kontro versi di Kejaksana
Agung.
>
> D. Masa Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua DPR
RI Ir.
> H.R. Agung Laksono, Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid (20 Oktober 2004 ­
> sekarang)
>
> 1. Penjualan 5,31% saham aset PT PGN Tbk senilai Rp 2,088 miliar.
> 2. Penjualan 15 % saham PT BNI Tbk senilai Rp 4.034 miliar.
> 3. Penjualan 31,7 % saham PT Wijaya Karya Tbk senilai Rp 775,38
miliar.
> 4.Penjualan 30 % saham PT Jasa Marga Tbk senilai Rp 3,468 miliar.
>
> MINGGU, 23 November 2008, pukul 9.00, saya sudah berada di arena
Pesta
> Blogger 2008. (Khusus reportase pesta blogger, esok akan saya
tuangkan di
> prestalk.info). Kedutaan Amerika Serikat, sebagai salah satu
sponsor acara,
> memajang booth, dengan pasrtisi apik, sedinding berwarna dasar
biru, berlogo
> AS. Ada meja. Ada buku yang siap diundi, dibagikan gratis; salah
satu buku
> Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach.
> Di meja lain, ini yang berkait dengan tulisan berjudul defisit
kedaulatan,
> agaknya; beberapa wanita, orang Indonesia, yang sudah disiapkan,
menyebarkan
> formulir untuk menjadi warga negara AS, mendapatkan green card.
> Bagi saya hal demikian tentu sah saja. Namanya juga sudah di alam
terbuka.
> Toh kalaupun mereka tak membuka stand di situ, untuk menjadi calon
warga
> negara AS, setiap orang bisa dapat mengisi formular ke website
kedutaan AS
> di sini.
> Namun di ranah alam demokrasi seakan defisit kedaulatan nyata
adanya. Plus
> dari pengalaman kecil di seputar Jakarta mengamati banner Obama,
melihat
> stand kedubes AS menawarkan menjadi warga negara, dan keadaan
sektor riil
> tidak tumbuh, membuat rakyat kebanyakan kian sulit.
> Iming-iming pindah warga negara menjadi sebuah tawaran menarik. Saya
> pribadi, menjadi seakan bermimpi akhirnya, untuk pergi saja ke
negeri yang
> memajukan peradaban.
> Tetapi di lubuk hati yang paling dalam, tetap mengatakan, Indonesia
tumpah
> darahku. Mungkin melalui tetap menulis di-blog.presstalk.info ini,
yang
> sangat kecil gapaiannya, setidaknya dapat menyampaikan pesan, ya
macam hal
> di atas.
>
> Saya pun terkejut ketika seorang kawan menceritakan, bahwa Presiden
SBY
> ketika di AS, yang secara khusus meminta bicara dengan Barack Obama
melalui
> telepon hanya untuk lima menit saja, tidak berkenan sang presiden
terpilih
> itu - - sosok yang pernah bersekolah dua tahun di SD Besuki,
Menteng,
> Jakarta Pusat itu.
> Saya senang ketika isteri saya tidak pula larut dalam eforia Obama,
kendati
> dia juga alumni SDN Menteng 01, Besuki.
> Maka saya pun heran, eforia apakah yang kita gadang-gadang dengan
kemenangan
> Obama?
> Saya sepakat dengan kalimat Ibrahim Basrah, sosok seorang ketua
umum partai
> baru yang bersahaja: Defisit Kedaulatan, untuk kita renungkan.
> Saatnya, terutama bagi kalangan muda, tidak cuma larut latah pesta
kemangan
> Obama. Anda, kita semua, harus berpikir pada 2009, membuang borok
yang telah
> mendefisitkan kedaulatan. Campakkan itu. Tempelkan Merah Putih di
dada
> Anda.***
>
> Iwan Piliang, blog-presstalk.info
>
> +++
>
>  
>
>
>
> ------ End of Forwarded Message
>

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:bali-bali-digest@yahoogroups.com
mailto:bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: