----- Original Message -----From: Agung PindhaSent: Friday, March 04, 2011 7:51 AMSubject: [bali-bali] Re: perlu di sikapi?????
Gimana kalau semua orang Jawa dipindahkan kembali ke Jawa atau transmigrasikan ke Kalimantan ??
Pokoknya jeg.. setiap orang yang bukan Bali dipulangkan dulu ke asalnya ,kalau masih penuh di Bali , baru orang Bali pindah ke Oz atau negara lain ....
Karena setiap satu orang Bali yang transmigran ke luar Bali digantikan dengan 10 orang masuk ke Bali.
shanti , men keto kenken ??
--- In bali-bali@yahoogroups.com, "Asana Viebeke Lengkong" <asanasw@...> wrote:
>
> P Probo:
>
>
>
> Pernyataan inikah yang anda anggap P Khun sedang melakukan shock terapi?????
>
>
>
> Ketua Apindo Bali Panundiana Khun pada keteranganya di Renon (14/2) menegaskan akibat semakin terbatasnya lahan
> pertanian maka sudah saatnya pemerintah untuk memberlakukan program trasmigrasi bagi para petani di Bali. Sebagai salah satu contoh program trasmigrasi petani ke Kalimantan.
>
>
>
>
>
>
>
> From: bali-bali@yahoogroups.com [mailto:bali-bali@yahoogroups.com] On Behalf Of Probo Raharjo
> Sent: Thursday, February 24, 2011 8:00 AM
> To: bali-bali@yahoogroups.com
> Subject: Bls: [bali-bali] perlu di sikapi?????
>
>
>
>
>
>
> SETUJU....shock terapi buat yang merasa hanya bisa hidup dari INVESTASI industri wisata....kalau tidak ada komentar Pak Khun..tidak yakin bakal sadar perlunya tetap menjaga lingkungan Pulau Bali...
>
> dan pertanian bukan hanya sebagai pelengkap industri wisata.
>
> Pertanyaan klasik "lebih dulu mana TELUR atau AYAM?"
>
>
>
> Probo
>
> --- Pada Rab, 23/2/11, Asana Viebeke Lengkong <asanasw@...> menulis:
>
>
> Dari: Asana Viebeke Lengkong <asanasw@...>
> Judul: [bali-bali] perlu di sikapi?????
> Kepada: bali-bali@yahoogroups.com
> Tanggal: Rabu, 23 Februari, 2011, 7:00 PM
>
>
>
> Industri Pertanian Tak Cocok di Bali
> Beritabali.com, Denpasar, Tingginya alih fungsi lahan menyebabkan semakin terbatasnya lahan pertanian di Bali. Kondisi ini yang menyebabkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menilai Bali sudah tidak cocok sebagai lokasi pengembangan industri pertanian.
>
> Ketua Apindo Bali Panundiana Khun pada keteranganya di Renon (14/2) menegaskan akibat semakin terbatasnya lahan
> pertanian maka sudah saatnya pemerintah untuk memberlakukan program trasmigrasi bagi para petani di Bali. Sebagai salah satu contoh program trasmigrasi petani ke Kalimantan.
>
> âKalau hanya petani penggarap itu kenapa tidak dibawa trasmigrasi saja ke Kalimantan. Di Kalimantan itu satu hektar hutan hanya dua juta. Bisa minta gratis. Kaltim, kalteng, Kalbar kebanyakan penduduknya orang Jawa semua. Penduduk lokalnya hanya 30 persen,â ujar Panundiana Khun.
>
> Panundiana Khun menambahkan walaupun pertanian dapat tetap dikembangkan di Bali, namun pertanian tersebut hanya sebagai pelengkap pariwisata semata. Selain itu pertanian hanya akan menjadi bagian dari paket wisata di Bali. (mlt)
>
__._,_.___
Kamis, 03 Maret 2011
[bali-bali] Re: perlu di sikapi?????
Bali memang terlalu kecil untuk pengembangan Industri Pertanian seperti Kelapa Sawit, etc seperti di Sumatra, Kalimantan, etc. Tapi bukan berarti Pertanian di Bali harus dimarginalkan. Bp. Panudiana Kuhn menyebut pengembangan pertanian Bali untuk menunjang Pariwisata, ini juga tidak terlalu salah. Atau kalau kita mau lebih moderat bisa juga sebaliknya Pariwisata menunjang pertanian di Bali.
Satu hal yang ingin saya garis bawahi, seharusnya kita sebagai Krama Bali stop dan tidak mendikotomikan antara Pariwisata dan Pertanian Bali/Budaya Bali. Lebiah2 seolah-olah Parawisata ini akan menghancurkan budaya/masyarakat Bali. Hal ini sangat tidak realistis dan cendrung tidak mensyukuri anugrah Pariwisata ini bagi Krama Bali. Bali tidak mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah seperti Pulau tetangganya (minyak, gas, tambang,dll). Pariwisatalah yang menjadi penyelamat Bali dari segi ekonomi. Kita sadari antara Pariwisata dan Budaya Bali ini ibarat telor sama ayamnya. Kalau tanpa budaya Bali belum tentu perkembangan pariwisata ini sedemikian pesatnya. Juga kalau tanpa pariwisata belum tentu Budaya Bali ini secerlang ini sinarnya. Tanpa pariwisata (dengan tiadanya alternative sumber daya alam yang lain) mungkin Bali hanyalah seonggok pulau yang terdiri dari perani kelen. Jadi mari kita mensyukuri pariwisata ini.
Mengenai Transmigrasi, ini mungkin bisa menjadi salah satu cara (walaupun tidak begitu urgent lagi kalau Bali tetep seperti sekarang sebagai tujuan wisata unggulan dunia). Mungkin Bp. Kuhn melihat padatnya Bali sudah hampir sama seperti Jawa yang akhirnya melahirkan kantong2 kemiskinan. Kita Krama Bali disarankan untuk mengikuti jejak transmigran Jawa yang sudah merambah kemana-mana di seantero negeri. Jadi jangan jadi jago kandang saja. Ini juga saran yang tidak jelek.
Beberapa bulan lalu saya pergi ke Lampung dan melihat Krama Bali disepanjang jalan yang saya lalui. Ada rasa bangga menyelimuti saya bahwa Krama Bali ternyata bisa juga survive disini. Konflik pasti ada. Bahkan dirumah sendiri konflik itu bisa terjadi. Ini mestinya tidak menjadi penghalang. Ada beberapa sanak famili yang ternyata kehidupannya jadi lebih baik disini. Ternyata lebih dahulu transmigran ini punya mobil ketimbang sanak famili saya yang tetep di kampung menjadi pedagang acung.
Ke depan Krama Bali mudah2an bisa menjadi contoh bagi aplikasi ke-Bhineka-Tungaal-Ika-an Bangsa Indonesia ini. Seperti telah kita contohkan di tanah Bali sendiri, yang tidak hanya menjadi tempat yang nyaman bagi anak bangsa ini, bahkan sangat nyaman untuk anak berbagai bangsa di dunia. Saya boleh bangga bahwa Bali telah menjadi tempat yang kosmopolitan. Dan melihat semakin banyak Krama Bali yang menjadi kosmopolitan juga (tinggal di Jerman, OZ, Amrik, dll)
Kembali kepada pengembangan pertanian di Bali, beberapa wacana dan kebijakan yang baik telah di ketengahkan terutama menyangkut Bali go green & clean, Bali go organic, etc. Ini hal yang sangat bagus bila benar2 diwujudakn dan mudah2an tidak berhenti hanya diwacana saja. Konsep2 itu benar2 akan membawa Bali ke arah yang positif. Di satu sisi akan mampu menyelamatkan alam dan budaya Bali, dan disisi lain akan memperkuat branding Bali sebagain destinasi pariwisata dunia yang berkualitas. Ayolah, semua komponen masyarakat Bali mari bersatu mewujudkan hal ini. Terutama kepada Guru Wisesa yang memegang kendali, jangan hal ini hanya stop ditingkat wacana tapi minim realisasi.
Saya melihat ada beberapa realisasi seperti Simantri, dan ini cukup bagus. Tapi masih banyak langkah dan aksi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Contoh, kita belum melihat penangan sampah secara terpadu. Kita sadari sampah ini kalau tidak ditangani akan menjadi bencana yang tinggal menunggu waktu saja. Balum ada kita lihat sosialisasi yang gencar atau bila perlu dengan Perda untuk pemisahan sampah organik dan non organik. Begitu juga di tempat2 umum belum banyak tempat sampah yang memisahkan antara organik dan non organik. Belum ada gerakan masal (pabrik) yang mengolah sampah organik menjadi kompos. Bahkan di Pura2 yang sampahnya jelas2 lebih dari 80% organik dibiarkan saja menjadi tumpukan sampah yang menggunung dan bau. Seharusnya pemerintah melakukan penanganan akan hal ini dengan membangun pabrik kompos yang berskala besar.
Dan masih banyak lagi langkah2 yang perlu dilakukan untuk benar2 mewujudkan Bali go green and clean serta Bali go organic ini.
Salam Ajeg Bali,
KS
Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar