shanti , ohio gosaimasu.
--- In bali-bali@yahoogroups.com, "Asana Viebeke Lengkong" <asanasw@...> wrote:
>
> Memang agak panjang, tapi baik sekali untuk dibaca.
>
>
>
> dari milis tetangga, could be usefull.
> Salam "gambaru" !!!
>
>
>
> Viebeke
>
>
>
>
>
>
>
>
> Ditulis oleh seorang mahasiswi yg tinggal Jepang:--- ---------Say YES to
> GAMBARU!
>
> By Rouli Esther Pasaribu
>
> Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di
> Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai
> titik darah penghabisan. Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama
> prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih
> lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo
> berjuang bersama-sama) , motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin
> penelitian lebih dan lebih lagi).
>
> Sampai rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU?
> apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.
>
>
>
> Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja, yang kalo males
> atau ketemu banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja deh.
>
> Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai
> shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha
> abis-abisan)
>
> Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan
> "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini
> adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan
> terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan tu"
> (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah
> kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan
> ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).
>
>
> Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti,
> kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya.
>
> Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolah
> nya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja
> terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena
> kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2
> dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah,
> tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat
> menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.
>
> Akibatnya, kalo naik sepeda ditanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an
> kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo
> berjuang, mama ayo fight!).
>
> Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah
> penghabisan it's a must!
>
> Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget
> dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan
> 9.0 di jepang bagian timur.
>
> Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan
> sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal
> yang gampang untuk dihadapi.
>
> Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari
> semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan
> terbesar di dunia.
>
> Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik
> kebingungan karena bencana ini.
>
> Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau
> mesti ngapain.
>
> Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika
> stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan
> membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban
> bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan.
>
> Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis
> seluruh kehidupan yang mereka miliki.
>
> Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan. Tapi apa yang terjadi
> pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana,
>
> gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV.
> Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan
> anak negeri juga gw tunggu2in.
>
> Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan
> anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong?
> Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :
>
> 1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
>
> 2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi
>
> bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di
> wilayah
>
> tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)
>
> 3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan
>
> pemadaman listrik terencana
>
> 4. Tips-tips menghadapi bencana alam
>
> 5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam
>
> 6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang
> terkena
>
> bencana
>
> 7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga
>
> yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar
>
> bernilai banget harganya)
>
> 8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang
>
> dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari
>
> kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo
> diterjemahkan
>
> secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
>
> 9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :*ada
> yang
>
> nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap
> tenang
>
> dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian :
>
> gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara.
>
> Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan
>
> menyerah)
>
> *Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita
> mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;
>
> Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu
> bintang yang sangat indah.
>
> Warga Sendai, lihatlah ke atas. Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah
> melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener
> merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga
> dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya
> alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar
> biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu.
>
> Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU.
> Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam
> hidup. Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan.
>
> Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya,
> Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput
> yang bergoyang... ..I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini
> yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa
> kita ngga akan bisa maju.
>
> Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan
> persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani
> bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika
> diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari
> masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan
> baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.
>
> Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk
> apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo
> mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah
> nanggung. Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu,
> iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian,
> bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa
> bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini.
>
> Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan
> sastra inggris atau sastra barat lainnya. Tapi sekarang, gw bisa bilang
> dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut
> ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru
> itu yang paling megang adalah jepang.
>
> Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga
> daripada go international dan sejenisnya itu. Benar, sastra jepang, gender
> dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan
> mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa,
> salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan
> gw bersyukur ada di sini, saat ini.
>
> Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di
> mall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana
> pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga.
>
> Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni
> gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha
> itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni
> tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. (Saya ucapkan terima
> kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru
> bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental
> gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang
> Jepang). Say YES to GAMBARU!
>
>
>
>
> --
> - Laksmi K. Satrio -
>
>
>
>
> --
> - Laksmi K. Satrio -
>
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/bali-bali/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
bali-bali-digest@yahoogroups.com
bali-bali-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
bali-bali-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar