Dear, Semua
Nama Saya I Komang Gunita
Dalam kebingungan saya menghadapi situasi yang saya hadapi kini, mencoba sampaikan kepada teman - teman sekalian berharap dapat membantu saya menemukan jalan keluar yang seadilnya.
Saya Memiliki Seorang Putri dan dua orang Putra
Putri saya sekarang duduk di kelas XI IPA SMAN I Amlapura, Pada Hari senen, 10 Januari 2011 selepas Upacara yang kurang lebih pukul 08.30 wita anak saya dan temannya bermaksud masuk keruang kelas, tetapi sebelum sampai pintu masuk kelas, anak saya melihat ada kakak kelas duduk- duduk di kebun didepan kelas anak saya. Kemudian salah seorang murid yang duduk-duduk itu sengaja didorong ke arah anak saya dan anak yang didorong kearah anak saya dengan ditekukkan tangannya oleh teman yang satunya lagi dibantingkan ke hulu hati anak saya. Anak saya masih sempat mendengar ejekan yang ditujukan kepadanya dan salah seorang temannya yang duduk-duduk berujar eh lessy kamu kok tega amat gituin temannya...? Itu kata -kata terahir yang didengar oleh anak saya sebelum matanya berkunang dan dunia berputar lantas anak saya tidak sadarkan diri. Demikian cerita yang dapat anak saya sampaikan kehadapan saya. Selanjutnya cerita yang benar setelah anak saya pingsan tidak ada yang berani bicara apa yang sesungguhnya terjadi.
Selah sekitar Jam 10.30wita saya justru dihubungi oleh kakak perempuan saya yang dihubungi oleh anaknya yang sedang kuliah di Udayana .yang dihubungi oleh temannya yang kebetulan saat itu sedang Trainee di SRUD Amlapura yang mendengar alamat pasien dari kampung saya, sebagai rasa kemanusiaan dan ingin si pasien dapat pertolongan sesegera mungkin, si trainee ine cepat -cepat menghubungi temannya yang sedang kuliah di Unud yang mana berasal dari kampung sipasien yang memerlukan pertolongan yang kebetulan pula yang dihubungi adalah paman si pasien itu.
Setelah anak saya sadarkan diri pihak rumah sakit minta jaminan uang biar anak saya dapat obat-batan yang dibutuhkan. Dengan rasa tanggung jawab terhadap teman yang lagi sakit, teman -teman anak saya yang menggotong ke UGD harus rela mengeluarkan uang jajan mereka ada yg lima ribu, dua ribu ,sepuluh ribu sampai ahirnya terkumpul semuanya lima puluh ribu rupiah dipakai jaminan untuk pengambilan obat.
Rumah tempat tinggal saya kurang lebih memerluan sekitar 45 menit sampai rumah sakit. Saat saya dihubungi sudah sekitar satu jam dari kejadian. Sampai rumah sakit saya lihat anak saya sudah siuman dengan alat bantu pernapasan masih terpasang dihidungnya. Saya coba tetap tegar dan sabar menghadapi situasi ini, pelan-pelan saya mencoba bertanya keadannya dengan berlinag air mata anak saya terdiam sambil menahan dadanya yang terasa teramat sakit. dalam kebingungan saya menunggu jawaban anak saya salah seorang temannya datang menghampiri Istri saya yang kebetulan sedang meremas - remas jari kaki anak saya mereka membisikkan kata sambil malu-malu bahwa mereka mengumpulkan uang jaminan dari uang saku mereka yg peruntukannya sebagai uang makan siang mereka. Dengan perasaan haru saya sampaikan terimakasih dan uang yang mereka kumpulkan untuk jaminan pengambilan obat saya kembalikan dan saya katakan semua biaya rumah sakit akan dibayar oleh pihak ASKES. Karena anak saya adalah peserta ASKES.
Selang setengah jam berikutnya anak saya sudah mulai berani cerita apa sesungguhnya yang terjadi. Bahwa mereka yang duduk-duduk itu memang sering melakukan intimidasi terhadap anak saya dan teman -temannya, hampir sering dilakukan apakah dikantin, tempat parkir dan dihalaman sekolah. Anak saya tidak berani cerita sama siapa saja takut dengan ancaman mereka itu.
Dari kejadian itu yang paling sangat saya sayangkan dan sesali kenapa pihat sekolah (Guru) mereka tidak ada yang perduli mau meminjamkan uang lima puluh ribu untuk jaminan obat ? dan kenapa pula mereka tidak ada yang perduli dgn siswanya yang lagi tertimpa musibah ?
Saking kecewanya saya, ahirnya saya beritahukan kepada teman-teman anak saya yang sedari tadi nungguin di ruang UGD, bahwasanya peristiwa yang menimpa anak saya mau saya laporkan kepada pihak Kepolisian. Mereka mendukung langkah saya, salah seorang teman anak saya bilang pada saya mau bilang pada pihak sekolah saya persilahkan bila itu dirasa perlu.
Selang beberapa saat ada dua orang guru datang pada saya dan mengatakan terserah keinginan saya. Sesuai perintah dokter anak saya diperbolehkan pulang dengan catatan bila mengeluh sakit segera dibawa kembali. Ditengah perjalanan pulang, anak saya mengeluh kesakitan setiap mau bernafas. Tidak mau ambil resiko saya bawa balik kembali ke UGD. Kemudian anak saya di ronsen. Sesuai hasil ronsen tidak ada patah tulang begitu kata dokter cuman ada pembengkakan bagian hulu hati sebelah kiri. Disarankan cepat pulang istirahat dan minum obat.
Begitu saya mau mengantar anak saya pulang datang Guru -Guru dan Kepala
Sekolah berbicara dengan anak dan istri saya, yang mana saat itu saya sedang berbira dengan dokter yang menangani anak saya dari awal masuk UGD. Kata istri saya mereka mau mendamaikan antara pihak saya, sekola dan yang dicurigai sebagai tersangka. Kemudian saya menghampiri si kepala Sekolah
Saya katakan alangkah tidak etisnya bila mau bicara perdamaian, anak saya memerlukan istirahat dan harus minum obat. Sampai-sampai pihak rumah sakit geleng-geleng kepala menyaksikan peristiwa ini. ruang UGD yang seharusnya tenag, mereka buat seperti pasar jalanan keluar masuk dan berbicara seenaknya.
Ahirnya Hari itu juga peristiwa itu saya laporkan kepada pihak kepolisian Kota Amlapura dengan bukti laporan sudah saya pegang. Ditengah perjalanan saya ditelpon oleh pihak kepolisian tempat saya melapor, bahwasanya mereka mau mendamaikan antara saya, pihak sekolah dan tersangka.
Saya sampaikan hukum harus ditegakkan. Peristiwa ini bagi saya sangat menyakitkan dan semoga tidak ada yang mencoba menut-nutupi.
Setelah dua hari istirahan anak saya katakan sakitnya masih sedikit terasa, mau sekolah yang katanya ada ulangan hari ini. Saya katakan silahkan
Ternyata belum satu jam disekolah anak saya katakan tolonng hentikan perkara ini dan dia minta pindah.
Sebagai orang tua saya tidak mengerti peristiwa apa yang sedang terjadi hari ini, padahal sebelumnya dia berharap polisi segera mengambil tindakan terhadap tersangka biar tidak ada lagi premanisasi disekolah yang menurut anak saya sangat dibanggakan ini. Yang keadan ini telah dialami sejak setahun lalu.
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan
Hormat saya
I Komang Gunita
Br. Dinas Kanginan Pesedahan, Manggis, Karangasem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar