MAAFKAN DAKU, BINATANG
TERIMAKASIH, CERMIN SEJATI
Sadarku ini datang terlambat
: aku mohon dimaafkan.
Lebih baik datangnya terlambat
Dari pada bolos tak datang sama sekali
Jadi maafkanlah aku, binatang
Di mana pun engkau berada
Atau pun sekedar masih nama
Masalahnya
Seringkali aku jadikan engkau afatar manusia buruk rupa
Agar wajah sejati –wajah manusia– tak tampak
Tapi akhirnya sadar pun datang – harus aku akui datangnya terlambat
Ketika cermin sejati menolak berkolusi
Cermin sejati tampilkan wajah manusia meskipun yang buruk rupa
: yang tampak bukan wajahmu, binatang
Terimakasih, cermin
Maafkan daku, gurita di Lautan Pasifik
– engkau bukan koruptor ataupun pelaku KKN
Maafkan daku, badak di Ujung Kulon
– engkau bukan si main hantam keromo pelanggar HAM
Maafkan daku, tikus di kebun sayur Bu Inem
– bukan perusak tatanan birokrasi pemerintahan negeriku
Maafkan daku, kerbau di sawah Pak Amat
– engkau bukan si bebal tak bisa belajar dari sejarah bangsaku
Maafkan daku, ular dan buaya dan rayap dan ulat … dst
Maafkan daku, binatang
: kalian bukan si buruk rupa itu semua
Terimakasih, cermin
: wajah yang kau tampilkan wajah kami para manusia senyatanya
cermin sejati puisi sejati
– yang buruk
: laknat terkutuk
– yang elok
: puji syukur
– yang abu-abu
: di balik kabut rahasia maha
Harus aku akui sadarku ini datang terlambat
Karenanya aku mohon dimaafkan, wahai binatang
Di mana pun engkau berada di darat, di laut di udara
Atau pun engkau yang sekedar masih nama
USA – 2007
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar