JAWABAN SAYA:
1. Perbandingan 80 dengan 20%; Itulah sebabnya saya katakan dominan kepastiannya; bahwa dunia ini ada Perancangnya. Nyaris mustahil jika nggak ada Perancangnya. Begitu 'kan?! Disini ada beberapa pertanyaan yang perlu untuk dijawab: a. Kira-kira berujud seperti apakah Perancang itu? Benda mati, Teori Evolusi, Hukum Fisika/kimia, Makhluk hidup, Alien? b. Jika diukur dengan tingkat kecerdasan manusia di zaman ini, maka dimanakah posisi kecerdasan Perancang tersebut? Dibawah manusia, sederajat dengan manusia, sedikit di atas manusia, jauh tak terkirakan oleh pikiran manusia. c. Bagaimana sikap Atheis terhadap Perancang ini? Biasa-biasa saja, mengagumi sebagaimana mengagumi seorang artis, sangat hormat, atau tunduk mati[sembah sujud]? d. Jika Atheis berkesempatan bertemu dengan Perancang ini, apa yang dilakukan? Memotretnya? Meraba-raba tubuhnya? Berusaha membikin perangkap untuk menangkapnya hidup-hidup seperti perangkap monyet? Menginterogasinya? Mengiris kulitnya untuk penelitian laboratorium? Menyuntiknya obat bius? 2. Asal bukan TUHAN? Suatu konsep berpikir yang lucu dan lugu sekali. Tapi juga ada benarnya, sebab: Atheis. Apa maksudnya asal bukan "TUHAN?" Apakah kalau ALLAH atau YAHWEH, atau GOD, atau YESUS KRISTUS, boleh?! Mengapa begitu pentingnya arti sebuah nama? Bagaimana pula jika bernama: Iblis atau Setan, atau Lusifer, atau Hantu? Mengapa membenci TUHAN? Bagaimana jika seandainya penemuan dikemudian hari menyatakan bahwa Perancang itu adalah TUHAN? Masih juga tetap nggak mau mengakuinya? 3. Anda katakan: "Secara ilmiah belum terbukti keberadaan si perancang alam semesta." Maka saya balik pertanyaannya: Secara ilmiah apakah sudah terbukti ketidakberadaan si Perancang alam semesta ini?" Dari 2 kemungkinan yang anda sediakan, mengapa harus dipaksakan pada 1 kemungkinan saja yang nilainya cuma 20% - Apakah cara berpikir demikian ini logis dan sehat? 4. Undian keberuntungan; Untunglah anda nyatakan sebagai pendapat pribadi, sebab kalau pendapat kelembagaan sudah pasti akan diketawain orang sebelum lembaga itu memasang papan namanya. Sebab setahu saya Atheis ini cenderung berpijak pada keilmiahan, yang anti: kebetulan, keberuntungan, nasib baik, nasib mujur apalagi takdir.
Jikalaupun tokh faktor kebetulan itu benar-benar ada, itu hanya sekali saja terjadinya, yaitu disaat terbentuknya Bumi ini. Nggak mungkin faktor kebetulan itu akan berjalan terus-menerus dari hari ke hari hingga meliputi jutaan hari. Sebab dari hari ke hari hingga hari ini, jika kita mau teliti, kita bisa menikmati pekerjaan tangan dari si Perancang itu, menyatakan bahwa DIA masih eksis hingga hari ini dan selama-lamanya.
Untuk membuat manusia, selain sperma dan sel telur yang diperlukan, perlu dipertimbangkan juga persediaan udara[oksigen]
Luar biasa sekali! Kalau kita menyaksikan Ikan-ikan yang hidup di air, Ikan-ikan itu tidak mungkin hidup di darat seperti kita, dan kita tidak mungkin hidup seperti mereka. Menyatakan bahwa system pernapasannya berbeda. Namun demikian kedua unsur tersebut, yaitu: udara dan air, bisa tersedia begitu melimpah, sehingga bisa diperoleh secara murah-murahan alias gratisan dan nggak perlu diusahakan sebagaimana kita membutuhkan nasi.
Jika system pernafasan itu 1 system saja, misalnya: udara saja, kita masih bisa berkata: Kebetulan. Tapi ini ada 2 system yang keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu: tersedia melimpah dan tak perlu diusahakan.
Berikutnya; antara udara dengan nasi, keduanya sama-sama merupakan kebutuhan hidup kita yang terpenting. Tapi yang terpenting, yaitu udara, yang kita butuhkan setiap detiknya, justru gratisan dan nggak perlu diusahakan apa-apa. Sementara nasi, yang merupakan kebutuhan nomor 2, selain perlu diusahakan, harganya juga gila-gilaan. Harga nasi[beras] disetarakan dengan harga barang-barang yang tidak vital bagi kita. Setiap saat harganya meningkat terus. Padahal itu kebutuhan penting kita, namun itu tidak mendapatkan fasilitas istimewa dari pemerintah, kecuali diberi label: Sembako; Sembilan bahan pokok saja.
Ini artinya, nasi, yang penting sekali bagi kita, masih bisa dikuasai oleh tangan manusia. Diberi harga dan harganya bisa dimain-mainkan. Tapi, udara, kelihatannya masih bisa dipertahankan secara gratisan. Yang teramat sangat-sangat dan sangat serta sangat penting justru gratisan. Apakah ini masuk dalam logika ilmu ekonomi, jika konsep ilmu ekonomi itu: "semakin penting semakin memiliki nilai ekonomis?"
Kelereng. Tahukah anda kelereng? Itu hanyalah mainan anak-anak kecil. Jika nggak ada kelereng, ya nggak apa-apa. Namun demikian itu ada harganya.
Durian Monthong. Sekalipun nggak makan Durian ini nggak apa-apa. Namun demikian harganya berlipat-lipat dari harga nasi.
Barang mainan saja mempunyai harga. Barang yang tidak begitu penting seperti Durian Monthong, harganya bisa melebihi barang yang penting, seperti: nasi. Bukankah logisnya harga nasi lebih mahal dari Durian Monthong, dan harga Udara lebih mahal dari harga nasi? Tapi kelihatannya logika kepentingan ini telah menjadi rusak. Kelihatannya ada Tangan yang tak kelihatan yang ikut mengatur pada komposisi yang sekarang ini. Seperti sengaja dirancang untuk kepentingan kehidupan kita, sebagai bentuk tanggungjawab pemeliharaanNYA.
Doktrin ekonomi jika dijalankan secara konsekwen pasti akan menjadi hukum rimba; yang kuat akan memakan yang lemah. Ini adalah bentuk Menara Babel zaman ini, dimana ekonomi dijadikan konsep yang menguasai segala aspek kehidupan kita. Dan Sang Perancang dunia ini tidak membiarkan itu terjadi. Maka dikacau-balaukannya konsep ekonomi, sebagaimana DIA mengacau-balaukan pendirian Menara Babel di zaman dulu. Itulah sebabnya idealisme ekonomi tak pernah berhasil mendisain dunia ini. xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN BUNG AP:
Bung Hakekat, Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx ADAKAH PERANCANG ALAM INI? TULIS SAYA: Jawablah pertanyaan saya ini: Kalau menurut teori dan pengetahuan/ pemikiran anda, alam semesta ini ada Perencananya atau nggak? Tolong berikan uraian yang singkat tapi memadai. Apakah bisa? xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWAB NY. MUS: Maunya anda itu khan agar saya menjawab seperti yang anda percaya, tapi masalahnya kalo saya percaya alam semesta ini ada perencananya, maka sebagai seorang ilmuwan saya harus bisa menunjukkan rencananya itu. Karena saya enggak bisa menunjukkan rencananya itu, maka sebaiknya anda saja yang menguraikan rencana2 nya itu karena setiap perencana harus menunjukkan rencananya, karena kalo tidak bisa menunjukkan rencananya.. xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN SAYA: Patut disayangkan jika jawaban anda buruk sekali. Tidak sesuai dengan besarnya koar-koar anda. xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN NY. MUS; Coba deh rangkai secara kronologis dulu bagaimana metode cara2 penciptaan "Tuhan" dulu sebelum dia bisa menciptakan alam semesta ini. Karena kalo berdasarkan ilmu pengetahuan penciptaan "Tuhan" ini bisa dibuktikan tempatnya dimulai dari angan2 mereka yang percaya. xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN SAYA; Tolong dijawab donk; xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN BUNG AP: Bung Hakekat, xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN SAYA: Waah, Perencana itu luas. Kalau saya bilang TUHAN, nggak nyambung dengan yang mempercayai Alien. TUHAN yang mana pula? Jadi, Perencana ya Perencanalah. Anggap aja kita menemukan barang di tengah jalan yang tidak kita ketahui siapa pemiliknya, tapi kita berkeyakinan secara logis bahwa barang itu pasti ada pemiliknya. Dan manakala kita berkata: "tidak ada pemiliknya", justru menjadi logika yang nggak logis. xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN BUNG AP: Jawaban atheis: xxxxxxxxxxxxxxxxxxx JAWABAN SAYA: 1. Seperti apakah diduga itu? Jika rumah anda kebobolan maling, sementara itu ada seorang asing yang lewat yang gerak- geriknya mencurigakan, tindakan apa yang hendak anda lakukan terhadap orang itu? a. Karena tidak terbukti, ya dibiarkan saja orang itu pergi. b. Diinterogasi; Dari hasil interogasi dugaan anda semakin meyakinkan, hanya saja orang itu tidak mau mengakuinya. Nah, apa langkah anda sekarang? Menangkap atau melepaskannya? [lebih tepat jika standart polisi yang digunakan] 2. Kalau menurut saya, diduga itu nilainya sudah sama dengan dipastikan. Alasan saya: a. Untuk menduga itu sudah melalui proses pemikiran yang paling teliti. Setidaknya sudah 80 persen pasti. b. Saya akan membuat kalimat hukum seperti ini: "Saya pastikan pencurinya adalah si "A" sampai ada pembuktian yang lebih up date." Dengan demikian maka dalil saya merupakan dalil yang bertanggungjawab.
Kalau tidak salah pernah ada kasus hukum yang seperti itu. Seseorang sudah divonis dan dipenjarakan selama puluhan tahun, sampai akhirnya diketemukan tersangka yang sesungguhnya, barulah kebenaran itu menjadi nyata. 3. Sangat tidak bertanggungjawab jika Atheis tidak memberikan kepastian, sementara golongan Theis masih eksis dengan keyakinannya. Golongan Theis menyuarakan 100 persen, sedangkan golongan Atheis memberikan dukungan 70-80 persen. Bukankah itu malah semakin menguatkan golongan Theis dan melemahkan dirinya sendiri? 4. Sampai kapan Atheis mengambangkan pendapatnya? Masak tanpa batas waktu? 5. Pertanyaan yang terpenting: Apa alasan ketidakpastiannya? Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
JAWABAN BUNG AP:
Bung Hakekat, Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
JAWABAN SAYA:
1. Perbandingan 80 dengan 20%; Itulah sebabnya saya katakan dominan kepastiannya; bahwa dunia ini ada Perancangnya. Nyaris mustahil jika nggak ada Perancangnya. Begitu 'kan?! Disini ada beberapa pertanyaan yang perlu untuk dijawab: a. Kira-kira berujud seperti apakah Perancang itu? Benda mati, Teori Evolusi, Hukum Fisika/kimia, Makhluk hidup, Alien? b. Jika diukur dengan tingkat kecerdasan manusia di zaman ini, maka dimanakah posisi kecerdasan Perancang tersebut? Dibawah manusia, sederajat dengan manusia, sedikit di atas manusia, jauh tak terkirakan oleh pikiran manusia. c. Bagaimana sikap Atheis terhadap Perancang ini? Biasa-biasa saja, mengagumi sebagaimana mengagumi seorang artis, sangat hormat, atau tunduk mati[sembah sujud]? d. Jika Atheis berkesempatan bertemu dengan Perancang ini, apa yang dilakukan? Memotretnya? Meraba-raba tubuhnya? Berusaha membikin perangkap untuk menangkapnya hidup-hidup seperti perangkap monyet? Menginterogasinya? Mengiris kulitnya untuk penelitian laboratorium? Menyuntiknya obat bius? 2. Asal bukan TUHAN? Suatu konsep berpikir yang lucu dan lugu sekali. Tapi juga ada benarnya, sebab: Atheis. Apa maksudnya asal bukan "TUHAN?" Apakah kalau ALLAH atau YAHWEH, atau GOD, atau YESUS KRISTUS, boleh?! Mengapa begitu pentingnya arti sebuah nama? Bagaimana pula jika bernama: Iblis atau Setan, atau Lusifer, atau Hantu? Mengapa membenci TUHAN? Bagaimana jika seandainya penemuan dikemudian hari menyatakan bahwa Perancang itu adalah TUHAN? Masih juga tetap nggak mau mengakuinya? 3. Anda katakan: "Secara ilmiah belum terbukti keberadaan si perancang alam semesta." Maka saya balik pertanyaannya: Secara ilmiah apakah sudah terbukti ketidakberadaan si Perancang alam semesta ini?" Dari 2 kemungkinan yang anda sediakan, mengapa harus dipaksakan pada 1 kemungkinan saja yang nilainya cuma 20% - Apakah cara berpikir demikian ini logis dan sehat? 4. Undian keberuntungan; Untunglah anda nyatakan sebagai pendapat pribadi, sebab kalau pendapat kelembagaan sudah pasti akan diketawain orang sebelum lembaga itu memasang papan namanya. Sebab setahu saya Atheis ini cenderung berpijak pada keilmiahan, yang anti: kebetulan, keberuntungan, nasib baik, nasib mujur apalagi takdir.
Jikalaupun tokh faktor kebetulan itu benar-benar ada, itu hanya sekali saja terjadinya, yaitu disaat terbentuknya Bumi ini. Nggak mungkin faktor kebetulan itu akan berjalan terus-menerus dari hari ke hari hingga meliputi jutaan hari. Sebab dari hari ke hari hingga hari ini, jika kita mau teliti, kita bisa menikmati pekerjaan tangan dari si Perancang itu, menyatakan bahwa DIA masih eksis hingga hari ini dan selama-lamanya.
Untuk membuat manusia, selain sperma dan sel telur yang diperlukan, perlu dipertimbangkan juga persediaan udara[oksigen]
Luar biasa sekali! Kalau kita menyaksikan Ikan-ikan yang hidup di air, Ikan-ikan itu tidak mungkin hidup di darat seperti kita, dan kita tidak mungkin hidup seperti mereka. Menyatakan bahwa system pernapasannya berbeda. Namun demikian kedua unsur tersebut, yaitu: udara dan air, bisa tersedia begitu melimpah, sehingga bisa diperoleh secara murah-murahan alias gratisan dan nggak perlu diusahakan sebagaimana kita membutuhkan nasi.
Jika system pernafasan itu 1 system saja, misalnya: udara saja, kita masih bisa berkata: Kebetulan. Tapi ini ada 2 system yang keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu: tersedia melimpah dan tak perlu diusahakan.
Berikutnya; antara udara dengan nasi, keduanya sama-sama merupakan kebutuhan hidup kita yang terpenting. Tapi yang terpenting, yaitu udara, yang kita butuhkan setiap detiknya, justru gratisan dan nggak perlu diusahakan apa-apa. Sementara nasi, yang merupakan kebutuhan nomor 2, selain perlu diusahakan, harganya juga gila-gilaan. Harga nasi[beras] disetarakan dengan harga barang-barang yang tidak vital bagi kita. Setiap saat harganya meningkat terus. Padahal itu kebutuhan penting kita, namun itu tidak mendapatkan fasilitas istimewa dari pemerintah, kecuali diberi label: Sembako; Sembilan bahan pokok saja.
Ini artinya, nasi, yang penting sekali bagi kita, masih bisa dikuasai oleh tangan manusia. Diberi harga dan harganya bisa dimain-mainkan. Tapi, udara, kelihatannya masih bisa dipertahankan secara gratisan. Yang teramat sangat-sangat dan sangat serta sangat penting justru gratisan. Apakah ini masuk dalam logika ilmu ekonomi, jika konsep ilmu ekonomi itu: "semakin penting semakin memiliki nilai ekonomis?"
Kelereng. Tahukah anda kelereng? Itu hanyalah mainan anak-anak kecil. Jika nggak ada kelereng, ya nggak apa-apa. Namun demikian itu ada harganya.
Durian Monthong. Sekalipun nggak makan Durian ini nggak apa-apa. Namun demikian harganya berlipat-lipat dari harga nasi.
Barang mainan saja mempunyai harga. Barang yang tidak begitu penting seperti Durian Monthong, harganya bisa melebihi barang yang penting, seperti: nasi. Bukankah logisnya harga nasi lebih mahal dari Durian Monthong, dan harga Udara lebih mahal dari harga nasi? Tapi kelihatannya logika kepentingan ini telah menjadi rusak. Kelihatannya ada Tangan yang tak kelihatan yang ikut mengatur pada komposisi yang sekarang ini. Seperti sengaja dirancang untuk kepentingan kehidupan kita, sebagai bentuk tanggungjawab pemeliharaanNYA.
Doktrin ekonomi jika dijalankan secara konsekwen pasti akan menjadi hukum rimba; yang kuat akan memakan yang lemah. Ini adalah bentuk Menara Babel zaman ini, dimana ekonomi dijadikan konsep yang menguasai segala aspek kehidupan kita. Dan Sang Perancang dunia ini tidak membiarkan itu terjadi. Maka dikacau-balaukannya konsep ekonomi, sebagaimana DIA mengacau-balaukan pendirian Menara Babel di zaman dulu. Itulah sebabnya idealisme ekonomi tak pernah berhasil mendisain dunia ini.
|
Kamis, 08 Juli 2010
BALI INFO - ADAKAH PERANCANG ALAM SEMESTA?
__._,_.___
.
__,_._,___
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar