Semeton sareng sami,
Gagasan Bali On Rail, maaf bagi saya, hanya gagasan pengadaan projek ( sebutan jargon Project Oriented).
Padahal pembangunan setiap projek sepatutnya terlebih dahulu mulai dari tinjauan mengenai prakiraan kebutuhan
(disebut sebagai ungkapan Demand Forecast).
Dari prakiraan kebutuhan (Demand Forecast ) lalu dicari solusi pasokan ( Supply ) yang optimal untuk memenuhui
Demand. Yang dimaksud dengan solusi optimal, didasarkan atas solusi biaya termurah (least cost solution ) tanpa
melanggar syarat batas (contraints, lingkungan, social, seperti melanggar kawasan suci misalnya ). Kaedah perencanaan
proyek public ini harus ditaati , dengan disertai pertanggungjawaban public, secara terbuka dengan melibatkan
partisipasi public, masyarakat.
Gagasan Bali On Rail, kereta api keliling bali, seperti seakan-akan sudah merupakan satu alternative solusi optimal,
apa sudah dibandingkan dengan modus transportasi yang lain?.
Studi Kelayakan katanya akan dilakukan dalam 3 (tiga) bulan dan proyek akan diselesaikan pada akhir tahun 2014,
akhir pemerintahan SBY.
( Mumpung masih kuasa ?).
Apa benar Fesibility Study yang menyangkut aspek tehnis, ekonomi, keuangan, social politik (penerimaan masyarakat,
public acceptance) bisa diselesaikan dalam 3 ( tiga) bulan, dengan disertai tindakan melakukan survai lapangan dan
mendapatkan persetujuan Pemerintah Daerah, apalagi kesepakatan dari Masyarakat? Kalau Pre- Feasibilty Study
( dibuat dari belakang meja) 3 bulan mungkin masih bisa, tapi kwalitasnya ?
Kita bisa melakukan pembahasan panjang mengenai gagsan Gagasan Bali On Rail, tapi kiranya perlu diketahui dan disadari
masayarakat terus disodori proyek keputusan dari atas top down. Project Oriented masih terus digagas.
Coba perhatikan projek berikut :
- Jembatan Selat Sunda, mengabaikan alternatives pembangunan pelabuhan dan angkutan yang lebih luas bukan saja dari
Merak-Bakahuni, tapi pelabuhan lain dari Lampung- ke Banten, Sunda Kelapa atau ke Bekasi misalnya (konsep
Negara Maritime diabaikan).
- PLTN di Indonesia ( seolah hanya PLTN yang bisa memenuhui kebutuhan listrik), walaupun terjadi kecelakaan Fukushima.
- Gedung DPR, tanpa merinci kebutuhan ruangan dan kemungkinan pegawai, staf ahli, yang bisa menyampaikan laporan
kinerjanya melalui internet..
- Di masa lalu Proyek PLTGU Pemaron, yang tidak mencerminkan solusi optimal ( kebutuhan listrik terbesar di Bali Selatan,
minyak diangkut dari Terminal Padang Bai dengan tongkang, listrik dibangkitkan di Pemaron, lalu listriknya dikirim ke selatan,
proyek cagjag-cigjig, bukankah begitu Pak Nyoman Suwela, bersama masyarakat Pemaron menolak proyek yang membisingi
kawasan wisata Lovina?).
Pernahkah proyek2 tsb dijelaskan secara rinci ke masyarakat ?
Oleh karena itu gagasan proyek seperti itu patut dipertanyakan dulu rinciaanya sebelum dapat memperoleh persetujuan
masyarakat. Memang lama, Pemerintah perlu dan diminta kerja keras untuk melengkapi gagasannya dulu.
Mungkin sekian dulu.
SALAM.
Nengah Sudja.
From: bali-bounce@lp3b.or.id [mailto:bali-bounce@lp3b.or.id] On Behalf Of Asana Viebeke Lengkong
Sent: Tuesday, April 12, 2011 7:57 PM
To: bali@lp3b.or.id; bali-bali@yahoogroups.com
Subject: [bali] BAli on Rails
Posted on 12 April 2011.
Bali Moving Ahead with Plans for a US$ 770 million Rail System.
(2011-04-11) The Indonesian government is moving ahead with plans to construct a 560 kilometer long rail system circumnavigating Bali at a total cost of Rp. 7 trillion (US$770 million).
The State news agency Antara quoted the Minister of Culture and Tourism, Jero Wacik, who said: "A survey is now being conducted on the feasibility (of the project) by a consultant of PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). In three month's time, a plan will be published , including both the grand design and a budget."
(image from embraceadventure.com)
Wacik states that the new Bali rail system will redistribute wealth and improve the welfare of the Balinese public. The minister said that both foreign and local investors would be invited to take part in the creation of the Bali rail system.
"While a
number has not been created, PT KAI estimated the round Bali system including stations will cost Rp. 7 trillion. There are many private and foreign investors who want to take part in building the 560 kilometer long rail." explained Wacik.
A main goal of undertaking the construction of the rail system circling Bali is to achieve a more even distribution of tourist visitors to the now less-visited areas of north Bali.
Explained Wacik: "The political will is to evenly distribute development, because in south Bali there is an over accumulation of hotels, tourists and human population. The airport is already small while the number of tourists continues to increase. By building the proposed rail system we will achieve a more equitable distribution (of tourists) in Bali. This will create new economic opportunities in Bali's north."
The Minister hopes the round-Bali rail system can be operation by 2014, near the end of President Yudhoyono's final term of office. Adding, "if we can't
(finish the project) in 2014, at least half of the rail system in Bali will be finished. Then by the end of this administration a part of the rail system can operate."